"Silangkan kalau kalian mau mencoba." Tapi jangan lupa aku sudah mengingatkan kalian." Ucap Brad
Masih tetap sibuk di belakang bar Shanara hanya mendengarkan komentar para pelanggan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Cocktail Tomb Rider yang ia ciptakan itu memang memiliki kemampuan membuat orang yang minum lemas secara perlahan. Karena rasa yang enak dan naiknya perlahan membuat orang terus memesan tanpa mendapat effek yang cepat. Tapi setiap alcohol pasti memabukan jika di konsumsi berlebihan. Saat sudah hampir pukul 10 keadaan bar sedikit santai. "Matt, Jordan." Aku tinggal sebentar." Ucapnya segera menuju kekamar mandi. Tiga menit kemudian dia keluar setelah mencuci tangan dan merapikan diri dia berniat kembali ke belakang bar, tinggal satu jam lagi dia sudah bisa pulang, hari pertama cukup melelahkan pikirnya. Namun saat dia baru keluar melewati tembok pembatas bar dan kamar mandi dia berpapasan dengan orang yang sangat tidak dia harapkan bertemu disini. "Hey coba lihat Siapa ini?" Teriak keysha, dia adalah sahabat Maggie, tentu saja ketiga gadis lain lansung mendekat ketika mendengar suara Keysha yang lantang. "Siapa Key,,? Tanya sebuah suara yang berhasil melewati kerumunan menghampiri mereka "Maggie" bisik Shanara, dia tidak menyangka bisa bertemu dengan nya disini."Aaiih." Shanara? Apa yang kamu lakukan disini?" Ucapnya pura-pura kaget, dia sudah tau Shanara bekerja di The Heaven setelah menyuruh orang memata-matai gadis itu dan diam-diam menunggu kesempatan ini.
"Mag,, apa kamu tidak lihat dia menggunakan seragam karyawan?" Dia pasti bekerja disini." Ucap salah satu teman Maggie yang sedikit gemuk. "Hah?" Seorang putri yang dulu sombong karena memiliki segalanya, sekarang hanyalah karyawan bar." Ha..ha..hah.." Ini lucu sekali ! Ucap Keysha sambil tertawa mengejek. "Key." Kamu lupa ya? Diakan melarikan diri empat tahun lalu karena ketahuan merayu Jack." Walau Maggie tidak mempermasalahkan hal itu, tapi dia tetap ketakutan, karena kontrak kerja sama antara perusahan peninggalan Clerk akan terancam bangkrut jika Keluarga Persley memutuskan kontrak kerja sama itu. Ucap Nancy salah satu teman dekat Maggie. Mendengar itu mata Shanara membesar, dia di anggap telah merayu Jack?" Apa ini! Jack adalah kekasihnya selama dua tahun bagaimana bisa dia menjadi orang yang merayu. Melihat Shanara akan mengucapkan sesuatu, Maggie lansung memotong." Shanara.." Aku sudah melupakan masalah itu, biar bagaimanapun kita ini bersaudara." Apa kamu tidak akan kembali kerumah?" Ucap Maggie menunjukan simpati. Shanara hanya bisa mengepal tinju, dia tau Maggie hanya berkata begitu demi terlihat baik di didepan teman-temannya. "Maggie." Untuk apa kamu masih begitu baik padanya?" Hubungan mu sama Jackob hampir berantakan gara-gara dia! Untung saja kelurga Jackob tidak terpengaruh dan tetap melangsungkan pertunangan kalian tiga tahun lalu. Ucap Keysha tidak mengerti mengapa kelihatannya Maggie tidak membenci Shanara. "Hah? Tunangan?" Pikir Shanara, jadi selama ini mereka benar-benar telah bertunangan?" Bagaimana masalah nya jadi terbalik begini?" Bukan kah dia yang menjadi kekasih Jackob dan Maggielah yang merampasnya dari tangan Shanara? Tapi kenapa malah dirinya yang di salahkan. "Bukankah ini yang namanya maling teriak maling?" Tiba-tiba Shanara tanpa menyadari kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Apa maksudmu berkata begitu?" Maggie terlihat tidak senang melihat Shanara membantah tuduhan teman-temannya. "Apa maksud dari kata-kataku itu kamu tau dengan jelas." Apa kamu juga mau melempar batu lalu menyembunyikan tangan mu Mag?" Aku tau apa yang kamu beritahu semua orang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ucap Shanara ingin segera berlalu dari sana. Namun sebelum dirinya balik tangan Keysha mencengkram pergelangannya. "Shanara jangan memfitnah kamu! Sudah bersyukur Tuan Franky tidak menuntut mu karena telah melarikan diri dari perjanjian kontrak empat tahun lalu. Harusnya kamu berterimakasih pada tante Winnie. Ucap Keysha kesal masih mencengkram pergelangan tangan Shanara dengan kuat hingga memerah. Dimata teman-temanya Maggie, Shanara adalah gadis yang tidak tau balas budi, semenjak kedua orang tua Shanara meninggal tante Winnie adalah orang yang berjasa padanya. Wanita itu rela merawat Shanara hingga membiayai sekolahnya sampai selesai, tapi Shanara malah melarikan diri ketika diminta menikahi Franky demi menyelamatkan perusahan yang terancam bangkrut. Tapi Shanara yang tau betul kejadian sebenarnya tidak dapat menerima tuduhan demi tuduhan yang tertuju padanya. Dengan segenap tenaga dia menghempas tangan Keysha yang mencengkramnya itu hingga terlepas. "Keysha ! Aku peringatkan kamu jangan terlalu ikut campur jika tidak tau kenyataan yang sebenarnya. Ucap Shanara geram, dia lalu menatap dingin ke arah Maggie yang sedari tadi hanya diam menonton. Tatapan itu membuat Maggie sedikit terkejut. "Shanara.." Baik aku maupun mama menganggap masalah ini sudah selesai empat tahun lalu." Kamu kembali lah kerumah, kita bisa membicarakan hal ini baik-baik. Ajak Maggie berusaha tenang dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Dia pikir jika kali ini berhasil membujuk Shanara untuk kembali maka gadis ini masih bisa mereka manfaatkan. "Pulang?" Hemph! Aku sudah tidak memiliki rumah." Bukan kah rumah ku telah kalian rampas?" Bentak Shanara kesal "Apa maksudmu Shanara?" Mama adalah istri papa yang sah." Sudah wajar jika warisannya di atur oleh mama yang merupakan orang tua kita." Maggie tidak mau kalah meninggikan nada suaranya. "Apa kamu lupa Maggie?" Kedua orang tua ku sudah meninggal! Ucap Shanara, hatinya sakit saat ucapan itu keluar dari mulutnya. "Aku tau." Tapi mamaku adalah mamamu juga, sejak kedua keluarga kita bersatu kita adalah saudara, sudah sepantasnya kita saling memperdulikan satu sama lain. Ucap Maggie terus berusaha terlihat baik Mendengar kata-kata Maggie, Shanara semakin kesal, ingin rasanya mencakar wajah yang penuh sandiwara di hadapan nya itu. Tapi dia menahan diri, dengan menghela nafas dia berusaha tetap tenang. "Sudahlah Maggie! Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan orang seperti ini, dia tidak akan pernah menghargai kebaikan mu." Ucap Keysha mengajak Maggie pergi. "Shanara." Aku tau kamu menyukai Jackob, jika kamu bersedia kembali kerumah aku akan mengalah" Aku bisa membatalkan pertunaganku dengan nya. Ucap Maggie tampak memelas. "Maggie! Apa kamu sudah gila?" Kalian sudah bertunganan selama tiga tahun." Kamu mau membatalkan pertungan kalian hanya demi wanita yang tidak tau balas budi ini. Bentak Keysha ketika mendengar ucapan Maggie. Dia tidak dapat mengerti kenapa Maggie yang begitu tulus hingga rela menyerahkan Jackob demi adik tirinya itu. Tapi Shanara hanya tertawa sinis mendengar lelucon itu, lalu berkata "Oh?" Iyakah?" Kalau begitu sana batalkan dulu pertungan kalian." Jika sudah, kamu boleh kembali kesini menjemputku !." Ucap Shanara santai, dia tau Maggie tidak akan melakukan hal itu, ucapannya barusan hanya acting. "Shanara!" Kamu benar-benar tidak tau malu..!" Tunangan kakakmu sendiri mau kamu rampas. Keysha benar-benar geram "Aku heran, Maggie dan tante Winnie walau tidak ada hubungan darah masih perduli pada orang yang tidak tau diri seperti ini." Ucap Nancy sambil mencibir Entah apa yang di katakan ibu dan anak itu pada orang-orang sehingga Shanaralah yang paling buruk di mata mereka. "Maaf! Aku tidak banyak waktu berdebat dengan kalian." Maggie" ingat ucapanmu." Aku akan menunggu hari dimana kamu akan dengan suka rela melepaskan Jackob." Ucap Shanara tersenyum sinis sambil meninggalkan keempat orang itu tanpa memberi mereka kesempatan untuk merespon. "Kamu !!" Maggie tidak dapat mengatakan apa-apa melihat Shanara sudah berbalik badan dan berjalan cepat ke arah bar. Dia merapatkan gigi sambil mengepal kedua tangannya menahan emosi, dia tau Shanara sengaja mengucapkan itu karena biar bagaimanapun juga Maggie tidak akan pernah mau membatalkan pertunganya dengan Jackob yang telah susah payah dia dapat. Tapi tidak ada yang tau hal itu kecuali dirinya, mama dan Shanana. Karena terlalu terburu-buru berjalan dan dalam emosi yang memuncak Shanara tidak terlalu memperhatikan langkahnya, Tiba-tiba saja kerumunan orang itu menepi dan Shanara yang sedang tenggelam dalam pikirannya tidak menyadari itu semua, dia yang berjalan sambil tertunduk itu tiba-tiba menabrak sesuatu yang keras."Aarhhh"! Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh kebelakang, Tidak dapat mengelak apa yang akan terjadi selanjutnya dia memejamkan mata untuk menerima rasa sakit.
Namun antisipasinya itu tidak datang sesuai ekspektasinya, sebuah tangan kokoh dan hangat memegang pinggang ramping nya. Tubuh Shanara terhenti di udara, dia perlahan membuka mata untuk melihat siapa yang telah membantunya itu. Sepasang mata yang indah menatap dalam ke wajahnya yang panik, wajah tampan laki-laki asing itu membuat jantung Shanara bergetar, seumur hidupnya belum pernah melihat wajah setampan itu.Melihat adegan itu spontan semua menatap tajam ke arah Shanara terutama para wanita kesal sekaligus iri bisa berada dalam dekapan pria setampan itu. "Hey..!!! Bu..bukan kah dia..dia itu Gillian..?" Pekik salah satu wanita dari kerumunan orang. "Maksud mu?" Gillian Anderson?" Jerit wanita di samping wanita tadi. "Benar! Aku yakin sekali itu dia." Walau tidak seratus persen karena laki-laki itu sangat jarang muncul di media tapi laki-laki itu pernah muncul dalam sebuah interview ekslusive beberapa tahun lalu saat dia mengambil Alih kendali perusahaan raksasa milik keluarganya. Di kota Adelite siapa yang tidak kenal dengan keluarga Anderson, keluarga yang paling mendominasi dan merupakan keluarga terkaya nomor satu disana. Berita mengenai pengalihan hak kuasa Anderson Corp pada putra tunggal mereka Gillian Anderson itu cukup menggemparkan beberapa tahun lalu
Di balik tembok dekat pintu keluar Hellen menyentuh bagian dadanya, hatinya terasa sakit, saat keluar dari ruangan VIP The Heaven tadi dia tidak secara lansung meninggalkan tempat itu, dengan bersandar di tembok ruang VIP yang tidak kedap suara itu dia dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Hellen baru menyadari selama ini dirinya hanya di manfaatkan oleh mereka, Dia merasa sangat kecewa karena selama ini orang-orang yang dia anggap teman itu tidak pernah tulus padanya. Hellen melangkah keluar The Heaven dengan wajah tertunduk dan hati yang penuh emosi. Di tempat lain di sebuah Villa mewah kawasan A, Gillian duduk di ruang kerjanya menghadapi setumpuk dokumen namun pikiran laki-laki itu tidak berada di sana, sepasang mata nya yang tajam menatap jari-jari tangan nya, dia kembali teringat insiden di bar tadi, dia begitu dekat dengan gadis itu hingga menyentuh pinggang dan lengan nya, Tapi yang membuat Gillian merasa
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Saat dia memasuki ruang tamu dia terkejut melihat siapa yang kini sedang duduk bersama kedua orang tuanya. "Maggie !!" Apa yang kamu lakukan disini?" Jackob kaget melihat Maggie yang tengah duduk santai mengobrol bersama kedua orang tua Jackob Tuan dan Nyonya Persley. "Jack! Kebetulan kamu kembali, Papa baru saja mau menelpon mu. Ucap Jarrot Persley yang lansung menghampiri dan merangkul pundak Jackob "Jack ! Kenapa tidak bilang papa dan mama kalau kamu di luar sana sudah memiliki kekasih dan sudah memberi kami cucu." Clarrise Persley menimpali seraya menuntun Jackob untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mendengar kedua ucapan papa dan mamanya wajah Jackob seketika berubah, sepasang mata tajamnya menatap Maggie penuh tanda tanya dan kemarahan, tatapannya itu membuat bulu kuduk Maggie merinding. "Sebentar ma, pa ! Jackob ingin bicara pribadi deng
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Teressa tampak mencoba mengingat-ingat ucapan Ray tadi malam, memang benar laki-laki itu tidak memaksa nya, tidak menjanjikan apa-apa padanya dan dia juga berterus-terang dari awal padanya. Tapi dia tidak dapat menerima kenyataan itu, dia ingin dapat menaklukan hati Ray tapi melihat sifat laki-laki playboy itu, apakah dia mampu bersabar dan terus menerus menelan sakit hati. Tapi demi perubahan status dia pikir dia harus berusaha menaklukan sang playboy itu. Saat ini di kota Adelite pria-pria luar biasa yang termasuk golongan top 10 tidak banyak lagi yang tersisa, selain Ray ada dua lagi pria lainnya, dia adalah Jimmy Lewis dan Zander Smith. Keluarga Smith termasuk keluarga kaya top sepuluh, sedang kan keluarga Lewis tidak ada yang tau jelas karena Jimmy Lewis tidak lagi memiliki keluarga. Kabar mengatakan kedua orang tua Jimmy meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia di paksa mengambil
"Tuan Ryan maaf aku permisi dulu." Jika ada kesempatan kita mengobrol lagi lain kali ucap Danniel memohon diri. Walau dalam hati Ray masih ingin bersama gadis cantik itu tapi dia tau Danniel adalah atasan Shanara dan urusan mereka pasti bersangkutan dengan pekerjaan. "Oh ya, silahkan, aku akan sering berkunjung nanti. Ray mengangguk Shanara menarik lengan Clara yang masih bengong memandang wajah Ray. Ketiga orang itu berjalan menuju area dalam restoran. Pandangan Ray terus tertuju pada punggung Shanara, pikiran dan hatinya di penuhi oleh bayangan gadis itu. Dia pikir baru kali ini ada gadis yang tidak terpana oleh ketampan yang dimiliki Seorang Ryan. Di dalam restoran Danniel mengajak Shanara dan Clara masuk dalam restoran di lantai utama, ruangan itu berukuran sangat luas. "Sha." Sekarang Seaview telah resmi di buk
Shanara dapat merasakan nafas mint laki-laki itu yang membuat jantung nya berdegup tak beraturan. Memang benar yang dia ucap kan, ini yang kedua kalinya mereka bertemu dan selalu saja saat dia akan terjatuh dan berakhir dalam pelukan pria itu. "Eeh maaf.'' Ucap Shanara gugup sembari kembali berdiri. Kamu tidak apa-apakan? Tanya laki-laki itu dengan sikap yang amat lembut sambil memperhatikan Shanara dari atas ke bawah untuk memastikan kulit gadis itu tidak terkena kuah panas tadi. " Tidak aku tidak apa-apa.'' Terimakasih! Ucap Shanara sedikit bergetar karena gugup. Untung saja dia tadi bergerak cepat melempar mangkuk itu kesamping karena kalau tidak, tubuh dan wajahnya pasti terkena kuah panas itu. "Sha..'' Kamu tidak apa-apa?" Tanya Oma menghampiri seraya memandang Shanara dari atas ke bawah memeriksa keadaan gadis itu dengan raut panik masih melekat di wajahnya yang mulai keriput. "Ahh..eeh Oma.. Iya.. Maaf telah membuat mu kawatir, tadi Saya terpel
"Sha.." Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Elizabeth ketika dia melihat wajah murung Shanara setelah menatap lekat pada lukisan di ruang tamunya itu. "Aah Oma." Iya Saya tidak apa-apa." Jawab Shanara sedikit gugup. Elizabeth menatap lekat wajah Shanara yang tiba-tiba berubah murung itu. "Apa kamu yakin Sha.?" Tanya Elizabeth untuk memastikan. "Iya oma, maaf sudah membuat oma kawatir, tadi saya hanya teringat masa lalu. Ucapnya menjelaskan. "Oh baiklah kalau begitu kita duduk dan minum dulu.'' Ajak Elizabeth sembari menuntun Shanara menuju Sofa. Sepertinya lukisan itu telah mengingatkan Shanara pada masa lalunya yang sepertinya bukanlah hal yang menyenangkan pikir Elizabeth. Dan dia pun tidak ingin memperpanjang masalah itu. Apa sebenarnya yang di alami gadis ini sehingga dia jadi tampak begitu sedih. Mungkin sebaiknya aku menyelidiki latar belakang Shanara. Pikir Elizabeth, walau status dan latar belakang keluarga tidak begitu penting baginya dan keluarga Ander
Sementara itu di kediaman nyonya Anderson suasana terlihat kembali tenang para pelayan telah selesai mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh kepala pelayan. "Apa kamu tidak kangen sama Oma?! Sudah hampir dua minggu kamu tidak menjenguk Oma loh! Suara berat Elizabeth terdengar memelas sambil menempelkan handphone ke telinganya. "Pokoknya Oma tidak mau tau, hari ini kamu harus datang menjenguk Oma! Titik!! Elizabeth menggunakan nada sedikit tinggi. Di seberang telepon Gillian tampak kehabisan alasan dia memijit keningnya, dia tau betul jika Oma sudah ngotot maka tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti kehendak beliau, walau saat ini pekerjaan nya menumpuk. Gillian menghela nafas menyerah, dia lalu berkata " Baiklah oma." Nanti Gillian akan mengunjungi Oma. Mendengar cucu semata wayang nya itu telah se
"Tuan Ryan maaf aku permisi dulu." Jika ada kesempatan kita mengobrol lagi lain kali ucap Danniel memohon diri. Walau dalam hati Ray masih ingin bersama gadis cantik itu tapi dia tau Danniel adalah atasan Shanara dan urusan mereka pasti bersangkutan dengan pekerjaan. "Oh ya, silahkan, aku akan sering berkunjung nanti. Ray mengangguk Shanara menarik lengan Clara yang masih bengong memandang wajah Ray. Ketiga orang itu berjalan menuju area dalam restoran. Pandangan Ray terus tertuju pada punggung Shanara, pikiran dan hatinya di penuhi oleh bayangan gadis itu. Dia pikir baru kali ini ada gadis yang tidak terpana oleh ketampan yang dimiliki Seorang Ryan. Di dalam restoran Danniel mengajak Shanara dan Clara masuk dalam restoran di lantai utama, ruangan itu berukuran sangat luas. "Sha." Sekarang Seaview telah resmi di buk
Teressa tampak mencoba mengingat-ingat ucapan Ray tadi malam, memang benar laki-laki itu tidak memaksa nya, tidak menjanjikan apa-apa padanya dan dia juga berterus-terang dari awal padanya. Tapi dia tidak dapat menerima kenyataan itu, dia ingin dapat menaklukan hati Ray tapi melihat sifat laki-laki playboy itu, apakah dia mampu bersabar dan terus menerus menelan sakit hati. Tapi demi perubahan status dia pikir dia harus berusaha menaklukan sang playboy itu. Saat ini di kota Adelite pria-pria luar biasa yang termasuk golongan top 10 tidak banyak lagi yang tersisa, selain Ray ada dua lagi pria lainnya, dia adalah Jimmy Lewis dan Zander Smith. Keluarga Smith termasuk keluarga kaya top sepuluh, sedang kan keluarga Lewis tidak ada yang tau jelas karena Jimmy Lewis tidak lagi memiliki keluarga. Kabar mengatakan kedua orang tua Jimmy meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia di paksa mengambil
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Saat dia memasuki ruang tamu dia terkejut melihat siapa yang kini sedang duduk bersama kedua orang tuanya. "Maggie !!" Apa yang kamu lakukan disini?" Jackob kaget melihat Maggie yang tengah duduk santai mengobrol bersama kedua orang tua Jackob Tuan dan Nyonya Persley. "Jack! Kebetulan kamu kembali, Papa baru saja mau menelpon mu. Ucap Jarrot Persley yang lansung menghampiri dan merangkul pundak Jackob "Jack ! Kenapa tidak bilang papa dan mama kalau kamu di luar sana sudah memiliki kekasih dan sudah memberi kami cucu." Clarrise Persley menimpali seraya menuntun Jackob untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mendengar kedua ucapan papa dan mamanya wajah Jackob seketika berubah, sepasang mata tajamnya menatap Maggie penuh tanda tanya dan kemarahan, tatapannya itu membuat bulu kuduk Maggie merinding. "Sebentar ma, pa ! Jackob ingin bicara pribadi deng
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u