Mendengar ucapan Nyonya Elisabeth Shanara merasa gembira sekaligus kasihan, dia pikir mungkin begitulah nasib kebanyakan orang tua, walau kekayaan berlimpah, anak cucu jika sudah besar maka akan jarang bersama mereka.
Shanara dapat mengerti perasaan Oma saat itu, selain dia memang sangat ingin belajar memasak dia juga berfikir menemani Oma akan membantu wanita tua itu sedikit bahagia, entah kenapa dalam hati muncul perasaan perduli pada wanita ini. "Oma, kalau begitu Shanara akan berkunjung pada hari libur." "Hem, itu bagus, Oma akan menyuruh sopir menjemput mu. "Ah, Shanara rasa itu tidak perlu Oma, tidak mau merepotkan." Shanara bisa naik bis saja. Ucapnya menolak "Akan lebih baik jika di jemput sopir, nanti kamu tidak akan kerepotan mencari alamat Oma. Pinta nyonya Elisabeth berharap gadis itu tidak menolak permintaannya. Shanara tampak berfikir, mungkin ada benarnya yang di ucapkan Oma, dia belum pernah kerumah Oma tentu belum tau tempat tinggal wanita itu. "Ya baiklah Oma, Maaf akan merepotkan." Ucapnya sopan "Tidak perlu sungkan, Oma sangat senang Shanara mau ke rumah Oma. Ucap nyonya Elisabeth bersemangat. "Nah kalau begitu sekarang oma pulang dulu, nanti kabari Oma saat kamu libur. Ucap nyonya Elisabeth berdiri dan mengambil tas tangan nya. Walau sudah tua tapi dia masih terlihat sangat elegan dan cantik, Shanara sangat kagum. "Baik oma." Shanara akan mengabari oma nanti. Ucap Shanara sambil mengantar wanita itu ke pintu. Setelah kepergian Elisabeth Shanara membereskan rumahnya, Sudah hampir 2 minggu ini dia tidak berada dirumah. Tadi saat nyonya Elisabeth berkunjung dia merasa sedikit malu dengan keadaan rumahnya yang kotor dan berantakan.Tapi Shanara kagum dengan wanita itu walaupun dia adalah orang terpandang tapi dia tidak keberatan berada di tempat sederhana seperti rumahnya ini.
Hampir dua jam kemudian Shanara baru menyesaikan pekerjaannya diapun berniat untuk mandi dan beristirahat namun saat dia baru akan masuk kamar mandi, pintunya di ketuk dari luar. "Siapa lagi yang datang?" Pikirnya, Tidak banyak orang yang tau rumah nya ini. Walaupun enggan Shanara tetap membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang."Jack !!?" Ucapnya kaget ketika melihat Jackob.
"Hi Sha." Ucap Jackob tersenyum di depan pintu. "Untuk apa kamu kesini?" Tanya Shanara dengan nada dingin. "Shanara.'' Apa begitu cara mu menyambut tamu,,? Ucap Jackob setengah bercanda. "Hemph ! Apa tamu itu tau dia di undang atau tidak?" Shanara menjawab masih dengan nada dingin, dia benar-benar tidak berniat menyambut Jackob dengan ramah, Shanara berdiri di depan pintu dengan melipat kedua tangan nya di depan dada. "Apa kamu tidak ingin membiarkan aku masuk Sha?" Melihat sikap Shanara yang begitu dingin padanya Jackob merasa sedikit kesal. "Untuk apa?" Shanara mulai sedikit kesal "Sha." Beri aku kesempatan untuk menjelaskan kesalah pahaman di antara kita. Ucap Jackob tidak ingin menyerah, dia yakin Shanara masih mencintainya. "Jackob! Hubungan kita sudah berakhir tidak ada yang perlu kamu jelaskan. Ucap Shanara segera berbalik badan dan hendak menutup pintu. Tapi Jackob bergerak cepat menahan pintu itu sambil berkata ''Sha.'' Tolong beri aku kesempatan.'' Aku tau semua ini salahku, tapi aku janji tidak akan berbuat begitu lagi. Ucap nya dengan nada memelas. ''Jack ! Semua sudah berakhir empat tahun lalu, lagipula mau kamu kemanakan si Maggie?! Shanara meninggikan nada suaranya. Hatinya masih sakit telah di hianati walau semua itu sudah empat tahun lalu tapi kehadiran Jackob kali ini hanya menggores kembali bekas luka itu. ''Shanara aku bisa mengakhiri hubungan ku dengan Maggie saat ini juga jika kamu mau kembali padaku.'' Jackob masih dengan nada memelas, hatinya benar-benar mengharap Shanara mau memaafkannya. Tapi hati Shanara telah membatu ''Mengakhiri?'' Berarti kamu benar-benar memiliki hubungan dengan nya! Ucap Shanara mencibir, lalu menambahkan ''Jack..'' Aku harap kamu jangan menggangguku lagi ! Ucap Shanara tanpa memberi kesempatan pada Jackob untuk merespon dengan cepat dia membanting pintu lalu menguncinya. Dia menyandarkan tubuhnya di pintu itu, air mata jatuh tanpa bisa dia tahan, Rasa sakit dalam hatinya kembali membawa nya ke masa lalu yang amat menyakitkan baginya itu. Laki-laki yang sangat di cintainya dan adalah orang satu-satunya yang dia harapkan menjadi pendamping hidupnya itu telah menggores luka yang begitu dalam di hatinya. Shanara menghela nafas lalu menghapus air matanya dalam hati dia berkata ''Sha..'' Air mata mu ini terlalu berharga untuk kau gunakan pada laki-laki brengsek seperti itu. Di luar pintu Jackob tertegun, Shanara apakah kamu sudah benar-benar melupakan ku?'' Apa sudah tidak ada lagi cinta di hatimu untuk ku Sha?! Hatinya sedih tapi dia sadar dalam hal ini dia lah yang bersalah tapi dia tidak ingin menyerah begitu saja dia yakin bisa membujuk gadis itu kembali padanya. Memandang pintu yang tertutup itu Jackob kemudian menghela nafas sambil berkata dalam hati ''Sha.. Kamu adalah milik ku dan akan kembali pada ku. Ucapnya dengan langkah berat berjalan menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Dari kejauhan di dalam sebuah taxi sepasang mata memandang ke arah Jackob yang berjalan dan memasuki mobilnya, Maggi mengepalkan tangan ''Jack.'' Kamu adalah milik ku dan selamanya akan menjadi milikku. Ucapnya dalam hati Setelah mendapat tamu tak di undang itu Shanara segera mandi kemudian membaringkan tubuhnya yang terasa lelah namun dia tidak dapat memejamkan mata.Jackob tidak akan menyerah begitu saja dia tau itu, Sekarang pria itu sudah tau tempat tinggalnya dia pasti akan kembali kesini pikir Shanara.
Apa yang harus aku lakukan? mencari apartement yang murah dan layak seperti ini tidak mudah di kota Adelite, tapi jika dirinya tetap tinggal disini dia tidak akan bisa hidup tenang. ''Maggie..'' Wanita itu tidak akan tinggal diam, Shanara tau kakak tirinya itu, Jika dia berhasil merampas Jackob dari tangan Shanara maka dia tidak akan senang jika mengetahui niat Jackob yang ingin kembali pada Shanara. ''Arhh mengapa mereka masih saja mengganggu hidup ku ! Sepertinya aku memang harus mencari tempat tinggal baru.'' Secepatnya lebih baik, Pikir Shanara, Membuka ponsel untuk melihat-lihat apartement baru. Ada begitu banyak apartement di kota Adelite tapi untuk mendapatkan yang murah dan layak itu sangat susah, Daerah C apartement memiliki harga dua kali lipat dari kawasan D, Dan untuk Shanara yang hanya bekerja di sebuah bar, Itu tentu bukan harga sewa yang murah. Shanara membanting ponsel nya di atas ranjang.'' Setelah hampir setengah jam membuka berbagai website real estate dia tidak dapat menemukan harga yang sesuai untuk nya.Apakah dirinya harus pindah dari kota ini?'' ''Tidak! dia sudah sangat nyaman disini, jika dia pindah dia harus memulai semuanya dari awal lagi.
''Ahh Sial! Kenapa harus bertemu lagi dengan dua orang itu?! Gerutu Shanara kesal ''Ya sudahlah! Semoga saja Jackob tidak mengganggunya lagi.'' Walau kenyataan itu tipis tapi Shanara tetap berdo'a dalam hati. Dia akan segera mencari tempat tinggal baru, mungkin Clara nanti dapat membantunya. Pikir Shanara. Besok dia akan bertanya pada sahabatnya itu dan mungkin juga bisa bertanya pada Daniel, biar bagimanapun juga dia harus pindah dari sini secepat mungkin. Untuk saat ini dia benar-benar tidak ingin bertemu lagi dengan mereka. Apalagi jika Winnie mengetahui keberadaannya itu akan sangat merepotkan, wanita itu pasti akan membuat hidupnya tambah sengsara.Ibu dan anak yang rakus akan harta walau sudah merampas segalanya dari tangan keluarga Shanara mereka tidak akan pernah puas.
Dan jika Maggie dan Jackob benar-benar memiliki hubungan khusus maka mereka akan menganggap Shanara sebagai ancaman.Pukul tiga keesokan harinya Shanara memasuki The Heaven bar lewat pintu karyawan setelah berada di dalam dia di sambut ramah oleh rekan kerja yang hampir tiga minggu ini tidak dilihatnya. "Shanara.." Akhirnya kamu kembali juga! Bar mulai sepi tanpa kamu. Ucap Vivian yang sudah bekerja disana lebih lama dari Shanara. "Maaf.. Aku.. Ucapannya segera di potong oleh Vivian "Kami semua sudah tau dari Clara." Katanya kamu habis kecelakanan." Bagaimana keadaan mu? Tanya Vivian tampak kawatir. Walau tidak sedekat Clara, Vivian adalah gadis yang baik dan ramah, Shanara tersenyum lalu berkata "Aku sudah tidak apa-apa." Tidak ada yang serius. Ucapnya "Oh syukurlah kalau begitu! Karena kalau kamu libur lebih lama lagi aku takut Daniel akan gulung tikar. Ucapnya sembari terkekeh. "Ahh ya! dia ada di ruangannya." Sana gih temui dia
"Silangkan kalau kalian mau mencoba." Tapi jangan lupa aku sudah mengingatkan kalian." Ucap Brad Masih tetap sibuk di belakang bar Shanara hanya mendengarkan komentar para pelanggan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Cocktail Tomb Rider yang ia ciptakan itu memang memiliki kemampuan membuat orang yang minum lemas secara perlahan. Karena rasa yang enak dan naiknya perlahan membuat orang terus memesan tanpa mendapat effek yang cepat. Tapi setiap alcohol pasti memabukan jika di konsumsi berlebihan. Saat sudah hampir pukul 10 keadaan bar sedikit santai. "Matt, Jordan." Aku tinggal sebentar." Ucapnya segera menuju kekamar mandi. Tiga menit kemudian dia keluar setelah mencuci tangan dan merapikan diri dia berniat kembali ke belakang bar, tinggal satu jam lagi dia sudah bisa pulang, hari pertama cukup melelahkan pikirnya.
Melihat adegan itu spontan semua menatap tajam ke arah Shanara terutama para wanita kesal sekaligus iri bisa berada dalam dekapan pria setampan itu. "Hey..!!! Bu..bukan kah dia..dia itu Gillian..?" Pekik salah satu wanita dari kerumunan orang. "Maksud mu?" Gillian Anderson?" Jerit wanita di samping wanita tadi. "Benar! Aku yakin sekali itu dia." Walau tidak seratus persen karena laki-laki itu sangat jarang muncul di media tapi laki-laki itu pernah muncul dalam sebuah interview ekslusive beberapa tahun lalu saat dia mengambil Alih kendali perusahaan raksasa milik keluarganya. Di kota Adelite siapa yang tidak kenal dengan keluarga Anderson, keluarga yang paling mendominasi dan merupakan keluarga terkaya nomor satu disana. Berita mengenai pengalihan hak kuasa Anderson Corp pada putra tunggal mereka Gillian Anderson itu cukup menggemparkan beberapa tahun lalu
Di balik tembok dekat pintu keluar Hellen menyentuh bagian dadanya, hatinya terasa sakit, saat keluar dari ruangan VIP The Heaven tadi dia tidak secara lansung meninggalkan tempat itu, dengan bersandar di tembok ruang VIP yang tidak kedap suara itu dia dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Hellen baru menyadari selama ini dirinya hanya di manfaatkan oleh mereka, Dia merasa sangat kecewa karena selama ini orang-orang yang dia anggap teman itu tidak pernah tulus padanya. Hellen melangkah keluar The Heaven dengan wajah tertunduk dan hati yang penuh emosi. Di tempat lain di sebuah Villa mewah kawasan A, Gillian duduk di ruang kerjanya menghadapi setumpuk dokumen namun pikiran laki-laki itu tidak berada di sana, sepasang mata nya yang tajam menatap jari-jari tangan nya, dia kembali teringat insiden di bar tadi, dia begitu dekat dengan gadis itu hingga menyentuh pinggang dan lengan nya, Tapi yang membuat Gillian merasa
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Saat dia memasuki ruang tamu dia terkejut melihat siapa yang kini sedang duduk bersama kedua orang tuanya. "Maggie !!" Apa yang kamu lakukan disini?" Jackob kaget melihat Maggie yang tengah duduk santai mengobrol bersama kedua orang tua Jackob Tuan dan Nyonya Persley. "Jack! Kebetulan kamu kembali, Papa baru saja mau menelpon mu. Ucap Jarrot Persley yang lansung menghampiri dan merangkul pundak Jackob "Jack ! Kenapa tidak bilang papa dan mama kalau kamu di luar sana sudah memiliki kekasih dan sudah memberi kami cucu." Clarrise Persley menimpali seraya menuntun Jackob untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mendengar kedua ucapan papa dan mamanya wajah Jackob seketika berubah, sepasang mata tajamnya menatap Maggie penuh tanda tanya dan kemarahan, tatapannya itu membuat bulu kuduk Maggie merinding. "Sebentar ma, pa ! Jackob ingin bicara pribadi deng
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Shanara dapat merasakan nafas mint laki-laki itu yang membuat jantung nya berdegup tak beraturan. Memang benar yang dia ucap kan, ini yang kedua kalinya mereka bertemu dan selalu saja saat dia akan terjatuh dan berakhir dalam pelukan pria itu. "Eeh maaf.'' Ucap Shanara gugup sembari kembali berdiri. Kamu tidak apa-apakan? Tanya laki-laki itu dengan sikap yang amat lembut sambil memperhatikan Shanara dari atas ke bawah untuk memastikan kulit gadis itu tidak terkena kuah panas tadi. " Tidak aku tidak apa-apa.'' Terimakasih! Ucap Shanara sedikit bergetar karena gugup. Untung saja dia tadi bergerak cepat melempar mangkuk itu kesamping karena kalau tidak, tubuh dan wajahnya pasti terkena kuah panas itu. "Sha..'' Kamu tidak apa-apa?" Tanya Oma menghampiri seraya memandang Shanara dari atas ke bawah memeriksa keadaan gadis itu dengan raut panik masih melekat di wajahnya yang mulai keriput. "Ahh..eeh Oma.. Iya.. Maaf telah membuat mu kawatir, tadi Saya terpel
"Sha.." Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Elizabeth ketika dia melihat wajah murung Shanara setelah menatap lekat pada lukisan di ruang tamunya itu. "Aah Oma." Iya Saya tidak apa-apa." Jawab Shanara sedikit gugup. Elizabeth menatap lekat wajah Shanara yang tiba-tiba berubah murung itu. "Apa kamu yakin Sha.?" Tanya Elizabeth untuk memastikan. "Iya oma, maaf sudah membuat oma kawatir, tadi saya hanya teringat masa lalu. Ucapnya menjelaskan. "Oh baiklah kalau begitu kita duduk dan minum dulu.'' Ajak Elizabeth sembari menuntun Shanara menuju Sofa. Sepertinya lukisan itu telah mengingatkan Shanara pada masa lalunya yang sepertinya bukanlah hal yang menyenangkan pikir Elizabeth. Dan dia pun tidak ingin memperpanjang masalah itu. Apa sebenarnya yang di alami gadis ini sehingga dia jadi tampak begitu sedih. Mungkin sebaiknya aku menyelidiki latar belakang Shanara. Pikir Elizabeth, walau status dan latar belakang keluarga tidak begitu penting baginya dan keluarga Ander
Sementara itu di kediaman nyonya Anderson suasana terlihat kembali tenang para pelayan telah selesai mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh kepala pelayan. "Apa kamu tidak kangen sama Oma?! Sudah hampir dua minggu kamu tidak menjenguk Oma loh! Suara berat Elizabeth terdengar memelas sambil menempelkan handphone ke telinganya. "Pokoknya Oma tidak mau tau, hari ini kamu harus datang menjenguk Oma! Titik!! Elizabeth menggunakan nada sedikit tinggi. Di seberang telepon Gillian tampak kehabisan alasan dia memijit keningnya, dia tau betul jika Oma sudah ngotot maka tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti kehendak beliau, walau saat ini pekerjaan nya menumpuk. Gillian menghela nafas menyerah, dia lalu berkata " Baiklah oma." Nanti Gillian akan mengunjungi Oma. Mendengar cucu semata wayang nya itu telah se
"Tuan Ryan maaf aku permisi dulu." Jika ada kesempatan kita mengobrol lagi lain kali ucap Danniel memohon diri. Walau dalam hati Ray masih ingin bersama gadis cantik itu tapi dia tau Danniel adalah atasan Shanara dan urusan mereka pasti bersangkutan dengan pekerjaan. "Oh ya, silahkan, aku akan sering berkunjung nanti. Ray mengangguk Shanara menarik lengan Clara yang masih bengong memandang wajah Ray. Ketiga orang itu berjalan menuju area dalam restoran. Pandangan Ray terus tertuju pada punggung Shanara, pikiran dan hatinya di penuhi oleh bayangan gadis itu. Dia pikir baru kali ini ada gadis yang tidak terpana oleh ketampan yang dimiliki Seorang Ryan. Di dalam restoran Danniel mengajak Shanara dan Clara masuk dalam restoran di lantai utama, ruangan itu berukuran sangat luas. "Sha." Sekarang Seaview telah resmi di buk
Teressa tampak mencoba mengingat-ingat ucapan Ray tadi malam, memang benar laki-laki itu tidak memaksa nya, tidak menjanjikan apa-apa padanya dan dia juga berterus-terang dari awal padanya. Tapi dia tidak dapat menerima kenyataan itu, dia ingin dapat menaklukan hati Ray tapi melihat sifat laki-laki playboy itu, apakah dia mampu bersabar dan terus menerus menelan sakit hati. Tapi demi perubahan status dia pikir dia harus berusaha menaklukan sang playboy itu. Saat ini di kota Adelite pria-pria luar biasa yang termasuk golongan top 10 tidak banyak lagi yang tersisa, selain Ray ada dua lagi pria lainnya, dia adalah Jimmy Lewis dan Zander Smith. Keluarga Smith termasuk keluarga kaya top sepuluh, sedang kan keluarga Lewis tidak ada yang tau jelas karena Jimmy Lewis tidak lagi memiliki keluarga. Kabar mengatakan kedua orang tua Jimmy meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia di paksa mengambil
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Saat dia memasuki ruang tamu dia terkejut melihat siapa yang kini sedang duduk bersama kedua orang tuanya. "Maggie !!" Apa yang kamu lakukan disini?" Jackob kaget melihat Maggie yang tengah duduk santai mengobrol bersama kedua orang tua Jackob Tuan dan Nyonya Persley. "Jack! Kebetulan kamu kembali, Papa baru saja mau menelpon mu. Ucap Jarrot Persley yang lansung menghampiri dan merangkul pundak Jackob "Jack ! Kenapa tidak bilang papa dan mama kalau kamu di luar sana sudah memiliki kekasih dan sudah memberi kami cucu." Clarrise Persley menimpali seraya menuntun Jackob untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mendengar kedua ucapan papa dan mamanya wajah Jackob seketika berubah, sepasang mata tajamnya menatap Maggie penuh tanda tanya dan kemarahan, tatapannya itu membuat bulu kuduk Maggie merinding. "Sebentar ma, pa ! Jackob ingin bicara pribadi deng
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u