Bab 40"Lov?" Gina terkejut ketika hari itu Leo datang dengan Lovita ke rumahnya. "Kalian bukannya udah cerai ya?"Lovita memang belum memberitahu secara langsung pada Gina. Tapi berita tersebut Gina dapat dari isu yang tersebar di antara para MUA. Sebagai penata rias para model bukan hal yang sulit bagi mereka untuk mengetahui isu-isu tersebut."Nanti gue jelasin. Boleh gue masuk dulu?" pinta Lovita lantaran dirinya dan Leo masih berdiri di sisi pintu."Masuk aja, pake minta izin segala. Kayak sama orang lain aja lo. Silakan, Le." Gina tersenyum hangat pada pria yang pernah menjadi suami sahabatnya.Leo mengangguk tipis lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah."Le, aku tinggal sebentar ya. Kamu duduk aja dulu," kata Lovita lalu menggamit tangan Gina masuk ke dalam kamar."Gimana ceritanya lo bisa sama Leo? Bukannya kalian udah cerai ya?" tuntut Gina menagih cerita begitu mereka berada di kamar."Gue minum dulu boleh kali?" Lovita menahan senyum melihat betapa antusias sahabatnya itu
Bab 41Sejak dulu Lovita tidak pernah bermimpi menikah dengan publik figur, bahkan di dalam mimpi terliarnya sekalipun. Namun garis hidup mempertemukannya dengan Leo dan menjadikannya sebagai pendamping laki-laki itu. Lovita juga tahu bahwa menikah dengan publik figur tidak akan mudah. Ia harus bisa mendukung pasangannya termasuk dari segi karir. Tapi, apakah Lovita tetap harus men-support Leo di saat orang yang telah menghancurkan karirnyalah yang menjadi partner kerja suaminya?"Nggak bisa dibatalin ya?" tanya Lovita mencoba menawar."Kamu tahu itu nggak akan mungkin, Lov," balas Leo memberi jawaban.Lovita mengembuskan napasnya. "Berapa lama?" tanyanya lagi."Lumayan lama. Selain photoshoot berdua, aku dan Michelle juga harus sering-sering promo dan terlibat kegiatan berdua.""Ada skinship juga?" Lovita yang belum puas masih terus bertanya. Ia harap akan mendengar jawaban yang melegakannya. Nyatanya hal itu tidak terjadi. Karena yang ia dengar dari Leo adalah, "Sedikit dan sewajarn
Bab 42Leo berdecak kecil. Di dalam hati lelaki itu menyumpah serapah atas tingkah manajernya yang selalu bersikap semaunya. Namun Leo tidak bisa melawan karena Jerry membelalakkan mata padanya sembari memberi isyarat bahwa Leo harus ikut dengan Michelle."Mau ke mana, Chel?" tanya Leo akhirnya mencoba mengikuti. Seperti yang pernah Jerry katakan padanya, untuk membangun chemistry maka Leo harus sering-sering berinteraksi dengan Michelle."Ngopi yuk. Ada kafe baru launching. Temen-temenku bilang makanan sama minumannya enak-enak di sana. Desainnya juga estetik. Aku pengin nyobain deh.""Pake mobil sendiri-sendiri tapi ya?" ujar Leo."Kalau pake mobil sendiri-sendiri namanya nggak pergi bareng dong," jawab Michelle. Gadis itu tertawa pelan.Mengembuskan napasnya, Leo terpaksa menerima kunci mobil dari tangan Michelle.Tidak lebih dari dua menit kemudian Leo dan Michelle sudah berada di dalam mobil Michelle dengan posisi Leo yang menyetir.Leo menekan pedal gas lebih dalam, membuat mobi
Bab 43Lovita menggegas langkahnya keluar kamar untuk membuka pintu. Setelah daun pintu terkuak ia dihadapkan langsung pada Leo. Lelaki itu benar-benar ada di hadapannya. "Kok ke sini?" Itu hal pertama yang meluncur keluar dari mulut Lovita."Emang aku nggak boleh ke sini?" balas Leo."Bukan nggak boleh sih, tapi kan ..." Tanpa perlu Lovita lanjutkan kalimatnya yang gantung Leo pasti tahu apa kelanjutannya."Kangen sama kamu, makanya aku ke sini.""Idih, baru juga ketemu tadi siang masa udah kangen aja." Lovita mengerling sembari menahan senyum di bibirnya."Ya mau gimana. Udah risiko punya istri cantik jadinya kangen terus."Lovita tidak menyangka kalau Leo yang dulu selalu bermuka datar dan bersikap dingin padanya kini bisa menggombal semanis ini yang membuat hati Lovita berbunga-bunga."Jadi sampai kapan aku bakal dibiarin berdiri di sini? Aku nggak boleh masukkah?"Perkataan Leo memberi Lovita kesadaran bahwa sudah sejak tadi lelaki itu berdiri di pintu."Hehe ... sorry." Lovita
Bab 44Berhari-hari Lovita menyimpan sendiri kabar baik itu tanpa memiliki secuil pun keberanian untuk memberitahunya pada Leo. Selain Leo sedang sibuk dan Lovita tidak ingin mengganggu konsentrasinya, Lovita belum siap menghadapi reaksi Leo. Ia takut mendengar penolakan Leo dan menyaksikan raut denial lelaki itu. Lovita menyesali kecerobohannya. Semestinya mereka menggunakan pengaman setiap kali berhubungan. Seharusnya sejak awal dirinya menggunakan kontrasepsi. Namun karena semua sudah terjadi Lovita tidak dapat berkata apa-apa. Ia hanya bisa pasrah menerima. Bagi Lovita kehamilannya adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri."Aku mau ke rumah sekarang, jangan ke mana-mana," kata Leo menelepon Lovita.Jantung perempuan itu sontak memompa darah lebih kencang dari yang seharusnya. Sudah hampir satu minggu ini mereka tidak berjumpa lantaran aktivitas Leo yang padat. Kerinduan Lovita pada lelaki itu begitu membuncah. Tapi kali ini detak jantung Lovita terasa lebih cepat bukan ha
Bab 45Butuh beberapa detik bagi Leo untuk terbangun dari ketermanguan yang panjang dan mengatakan, "Hamil?" dengan suara yang begitu lirih.Nada suara lelaki itu membuat Lovita merasa jangan-jangan ini sebuah kesalahan. Jangan-jangan Leo tidak senang."Aku juga baru tahu seminggu yang lalu dan baru berani ngasih tahu kamu sekarang," ujar Lovita sembari menatap Leo takut-takut."Gimana bisa, Lov?""Apanya yang gimana bisa?""Gimana bisa kamu sudah tahu sejak seminggu yang lalu tapi baru bilang sama aku sekarang? Dan gimana bisa kamu hamil?"Pertanyaan kedua Leo membuat Lovita sedikit tersinggung dan hampir memancing emosinya."Ya bisalah! Kamu lupa setiap kali kita berhubungan kita nggak pernah pake pengaman. Aku ataupun kamu."Leo mengusap kasar mukanya lalu menyugar rambutnya dengan gerakan yang sama keras.Bagaimana bisa Lovita hamil di saat hubungan mereka backstreet seperti saat ini? Jangankan memberitahu bahwa dirinya memiliki anak, hubungan pernikahannya dengan Lovita yang ma
Bab 46Terlalu sulit bagi Lovita untuk menjabarkan perasaannya saat ini. Iya, Lovita memang sudah menduga bahwa Leo akan merasa berat menerima kehamilannya dengan dalih karir laki-laki itu. Tapi sedikit pun Lovita tidak mengira kalau Leo benar-benar akan menyuruhnya aborsi. Kenapa Leo setega itu? Lovita tetap tidak akan mau apa pun alasannya."Le, terlepas anak ini adalah anak kita berdua, lo mikir nggak kalau aborsi dosanya besar. Aborsi sama dengan membunuh, Le. Dan mirisnya yang bakal lo bunuh adalah anak kita berdua." Lovita mengatakannya dengan perasaan sedih. Kekecewaannya tidak lagi terdefinisikan dengan kata-kata."Aku nggak bermaksud gitu, Lov. Aku harap kamu ngerti kalau situasi ini sulit untuk kita," erang Leo frustasi."Aku nggak bakal koar-koar ke orang-orang tentang anak ini. Mereka nggak akan tahu kalau kamu punya anak. Aku juga nggak akan senekat itu. Apa tujuannya coba?""Tapi lama-lama perut kamu bakalan gede. Kamu mau jawab apa kalau orang-orang pada nanya?"Lovita
Bab 47"Kondisi janin Ibu sehat. Dia berkembang sesuai dengan usianya. Saat ini panjangnya sekitar 7,5 sentimeter, dan beratnya sekitar 100 gram. Dia berkembang sangat baik, Bu."Seulas senyum terkembang di bibir Lovita mendengar penuturan dokter yang menerangkan perkembangan janin yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya.Sudah beberapa kali Lovita mengunjungi dokter kandungan. Dan sejauh ini Leo tidak pernah satu kali pun menemaninya. Tentu saja hal itu tidak akan terjadi. Terlalu berisiko.Memang tidak semua orang mengenal Leo. Tapi di industri modelling pria muda itu begitu populer. Seringkali Lovita menerima pertanyaan dari dokter yang menanganinya. Kenapa suami Lovita tidak mendampingi. Dan Lovita selalu menjawab bahwa suaminya sedang bekerja di luar kota dan belum bisa pulang sehingga Lovita senantiasa sendiri.Setiap kali menanti antrian di ruang tunggu poli kandungan Lovita juga sering menahan cemburu melihat para wanita hamil lainnya datang bersama suami mereka. Lovita se