Bab 45Butuh beberapa detik bagi Leo untuk terbangun dari ketermanguan yang panjang dan mengatakan, "Hamil?" dengan suara yang begitu lirih.Nada suara lelaki itu membuat Lovita merasa jangan-jangan ini sebuah kesalahan. Jangan-jangan Leo tidak senang."Aku juga baru tahu seminggu yang lalu dan baru berani ngasih tahu kamu sekarang," ujar Lovita sembari menatap Leo takut-takut."Gimana bisa, Lov?""Apanya yang gimana bisa?""Gimana bisa kamu sudah tahu sejak seminggu yang lalu tapi baru bilang sama aku sekarang? Dan gimana bisa kamu hamil?"Pertanyaan kedua Leo membuat Lovita sedikit tersinggung dan hampir memancing emosinya."Ya bisalah! Kamu lupa setiap kali kita berhubungan kita nggak pernah pake pengaman. Aku ataupun kamu."Leo mengusap kasar mukanya lalu menyugar rambutnya dengan gerakan yang sama keras.Bagaimana bisa Lovita hamil di saat hubungan mereka backstreet seperti saat ini? Jangankan memberitahu bahwa dirinya memiliki anak, hubungan pernikahannya dengan Lovita yang ma
Bab 46Terlalu sulit bagi Lovita untuk menjabarkan perasaannya saat ini. Iya, Lovita memang sudah menduga bahwa Leo akan merasa berat menerima kehamilannya dengan dalih karir laki-laki itu. Tapi sedikit pun Lovita tidak mengira kalau Leo benar-benar akan menyuruhnya aborsi. Kenapa Leo setega itu? Lovita tetap tidak akan mau apa pun alasannya."Le, terlepas anak ini adalah anak kita berdua, lo mikir nggak kalau aborsi dosanya besar. Aborsi sama dengan membunuh, Le. Dan mirisnya yang bakal lo bunuh adalah anak kita berdua." Lovita mengatakannya dengan perasaan sedih. Kekecewaannya tidak lagi terdefinisikan dengan kata-kata."Aku nggak bermaksud gitu, Lov. Aku harap kamu ngerti kalau situasi ini sulit untuk kita," erang Leo frustasi."Aku nggak bakal koar-koar ke orang-orang tentang anak ini. Mereka nggak akan tahu kalau kamu punya anak. Aku juga nggak akan senekat itu. Apa tujuannya coba?""Tapi lama-lama perut kamu bakalan gede. Kamu mau jawab apa kalau orang-orang pada nanya?"Lovita
Bab 47"Kondisi janin Ibu sehat. Dia berkembang sesuai dengan usianya. Saat ini panjangnya sekitar 7,5 sentimeter, dan beratnya sekitar 100 gram. Dia berkembang sangat baik, Bu."Seulas senyum terkembang di bibir Lovita mendengar penuturan dokter yang menerangkan perkembangan janin yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya.Sudah beberapa kali Lovita mengunjungi dokter kandungan. Dan sejauh ini Leo tidak pernah satu kali pun menemaninya. Tentu saja hal itu tidak akan terjadi. Terlalu berisiko.Memang tidak semua orang mengenal Leo. Tapi di industri modelling pria muda itu begitu populer. Seringkali Lovita menerima pertanyaan dari dokter yang menanganinya. Kenapa suami Lovita tidak mendampingi. Dan Lovita selalu menjawab bahwa suaminya sedang bekerja di luar kota dan belum bisa pulang sehingga Lovita senantiasa sendiri.Setiap kali menanti antrian di ruang tunggu poli kandungan Lovita juga sering menahan cemburu melihat para wanita hamil lainnya datang bersama suami mereka. Lovita se
Bab 48Tahu dirinya tidak lagi menjadi pusat perhatian Leo, Michelle lantas mengalihkan pandangannya searah tatapan Leo. Perempuan itu juga terkejut ketika wajah Lovita muncul dalam penglihatannya. Ia merasa kesal tapi terlalu pandai berpura-pura menyembunyikan perasaan itu. Dilambaikannya tangan memanggil Lovita dan memberi isyarat agar mendekat padanya sembari mengembangkan senyum lebar.Lovita terpaku di tempatnya berdiri. Cara Michelle bersikap seolah hubungan mereka baik-baik saja. Seakan tidak pernah terjadi sesuatu yang buruk di antara mereka."Lov, itu Michelle kan? Ngapain dia manggil lo?" tegur Gina sambil menyikut lengan Lovita."Nggak tahu juga.""Terus lo bilang Leo lagi di Bali, kenapa bisa ada di sini? Dia bohongin lo?" tanya Gina lagi tanpa bermaksud memprovokasi."Entahlah," jawab Lovita setengah kesal. Kata-kata Gina mulai meracuninya. Jangan-jangan yang dikatakan sahabatnya itu benar. Leo membohonginya agar bisa leluasa dengan Michelle.Tanpa keduanya duga Michelle
Bab 49Leo ingin menghindar dengan cara memundurkan tubuhnya, tapi sudah terlambat. Michelle terlanjur mengelap sudut bibirnya."Oh." Hanya yang itu yang bisa Leo katakan. Lalu dipandanginya Lovita yang berada persis di hadapannya.Perempuan itu balas menatapnya. Ada luka di matanya. Tapi dalam keadaan genting seperti saat ini apa memangnya yang bisa Leo lakukan selain terus melanjutkan skenario?Gina yang duduk di sebelah Lovita merasa ikut tegang. Disikutnya lengan Lovita. Sahabatnya itu tidak bereaksi. Dia hanya menunduk sambil buru-buru menghabiskan makanannya.Lovita tidak sanggup lagi. Sambil terus menyuap sebelah tangannya mengelus perut, seakan sedang meminta anaknya untuk sabar sepertinya."Kita duluan ya," ujar Lovita setelah piringnya kosong."Buru-buru amat. Mau ke mana, Lov?" tanya Michelle."Masih ada urusan."Setelah mengucapkannya Lovita berdiri dengan cepat. Satu-satunya hal yang ingin dilakukannya adalah lenyap dari hadapan Leo dan Michelle."Lov, lo nggak apa-apa?"
Bab 50Lovita mengusap perutnya sambil bercermin mematut diri di kaca. Perempuan itu mengganti-ganti posisi berdirinya beberapa kali mulai dari menghadap ke kaca, menyamping ke kanan, menyerong ke kiri. Dan hasilnya adalah sama. Ukuran perutnya tersamarkan akibat blouse longgar yang dikenakannya. Tidak akan ada orang-orang yang akan tahu bahwa dirinya sedang berbadan dua kecuali orang-orang terdekatnya yang juga ada dua. Yaitu suami dan sahabatnya sendiri.Lovita masih mematut diri di cermin ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Bersamaan dengan itu suara Gina terdengar memanggilnya."Lov, lo udah siap?""Udah, bentar!"Lovita beranjak dari depan cermin, menyambar tas, kemudian membuka pintu kamar yang sebenarnya tidak dikunci."Orang yang jemput lo udah datang," kata Gina memberitahu.Hari ini Lovita akan menggantikan teman Gina untuk merias klien. Utusan dari klien itulah yang saat ini sedang menjemputnya.Lovita mengangguk."Cakep banget, anjir," ujar Gina sebelum Lovita melangk
Bab 51Lovita: Yang bener aja, Le. Aku nggak mungkin cancel. Itu namanya nggak profesional. Aku minta kamu ngerti, Le.Balasan pesan dari Leo muncul di handphone Lovita dalam hitungan detik.Leo: Ini bukan masalah aku nggak ngerti, Lov. Aku minta kamu batalin job itu justru karena aku sangat mengerti. Saat ini kamu sedang hamil.Lovita: Orang hamil bukannya nggak boleh beraktivitas, Le. Lagian kandunganku tergolong aman. Aku nggak ada masalah apa-apa. Dokter bilang calon anak kita sehat.Setelah pesan Lovita terkirim beberapa detik setelahnya Leo langsung menelepon. Ponsel Lovita bergetar di dalam genggaman perempuan itu.Lovita tidak langsung menjawab. Ia tengah mempertimbangkan. Jika menerima panggilan dari Leo mungkin saja mereka akan berdebat kemudian bertengkar. Sedangkan saat ini ada Juna di sebelah Lovita. Maka Lovita kirimkan satu pesan lagi pada Leo setelah mereject panggilan suaminya itu.Lovita: Le, nggak usah telepon. Aku lagi sama klien. Nggak enak. Nanti kalo job-ku udah
Bab 52Lovita menunggu sampai Juna masuk ke dalam mobilnya. Begitu kendaraan pria tersebut meninggalkan halaman rumah barulah Lovita melangkahkan kakinya.Gerakan Lovita terhenti begitu saja ketika menyaksikan siapa yang saat ini sedang duduk di kursi kayu beranda rumah. Lampu beranda memang redup sehingga apa pun tidak terlihat terlalu jelas. Bahkan Lovita tidak tahu entah sejak kapan suaminya itu berada di sana.Yang Lovita tahu, saat ini, melalui temaram cahaya ia bisa melihat wajah Leo yang terlihat datar dan dingin. Leo yang tertangkap oleh lensa mata Lovita sekarang bukanlah Leo yang suaminya yang hangat. Tapi sosok Leo yang lain. Leo yang dulu menjadi musuh Lovita."Le, kamu di sini? Kapan datang? Aku nggak tahu kalau ada kamu. Kok nggak bilang dulu kalau mau ke sini?" tanya Lovita."Sejak kapan aku harus minta izin kalau mau ke sini?" balas Leo. Suara dan wajah lelaki itu sedingin wajahnya."Maksudku bukan begitu. Biasanya kamu kan ngasih tahu aku dulu." Dalam kondisi normal