Bab 49Leo ingin menghindar dengan cara memundurkan tubuhnya, tapi sudah terlambat. Michelle terlanjur mengelap sudut bibirnya."Oh." Hanya yang itu yang bisa Leo katakan. Lalu dipandanginya Lovita yang berada persis di hadapannya.Perempuan itu balas menatapnya. Ada luka di matanya. Tapi dalam keadaan genting seperti saat ini apa memangnya yang bisa Leo lakukan selain terus melanjutkan skenario?Gina yang duduk di sebelah Lovita merasa ikut tegang. Disikutnya lengan Lovita. Sahabatnya itu tidak bereaksi. Dia hanya menunduk sambil buru-buru menghabiskan makanannya.Lovita tidak sanggup lagi. Sambil terus menyuap sebelah tangannya mengelus perut, seakan sedang meminta anaknya untuk sabar sepertinya."Kita duluan ya," ujar Lovita setelah piringnya kosong."Buru-buru amat. Mau ke mana, Lov?" tanya Michelle."Masih ada urusan."Setelah mengucapkannya Lovita berdiri dengan cepat. Satu-satunya hal yang ingin dilakukannya adalah lenyap dari hadapan Leo dan Michelle."Lov, lo nggak apa-apa?"
Bab 50Lovita mengusap perutnya sambil bercermin mematut diri di kaca. Perempuan itu mengganti-ganti posisi berdirinya beberapa kali mulai dari menghadap ke kaca, menyamping ke kanan, menyerong ke kiri. Dan hasilnya adalah sama. Ukuran perutnya tersamarkan akibat blouse longgar yang dikenakannya. Tidak akan ada orang-orang yang akan tahu bahwa dirinya sedang berbadan dua kecuali orang-orang terdekatnya yang juga ada dua. Yaitu suami dan sahabatnya sendiri.Lovita masih mematut diri di cermin ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Bersamaan dengan itu suara Gina terdengar memanggilnya."Lov, lo udah siap?""Udah, bentar!"Lovita beranjak dari depan cermin, menyambar tas, kemudian membuka pintu kamar yang sebenarnya tidak dikunci."Orang yang jemput lo udah datang," kata Gina memberitahu.Hari ini Lovita akan menggantikan teman Gina untuk merias klien. Utusan dari klien itulah yang saat ini sedang menjemputnya.Lovita mengangguk."Cakep banget, anjir," ujar Gina sebelum Lovita melangk
Bab 51Lovita: Yang bener aja, Le. Aku nggak mungkin cancel. Itu namanya nggak profesional. Aku minta kamu ngerti, Le.Balasan pesan dari Leo muncul di handphone Lovita dalam hitungan detik.Leo: Ini bukan masalah aku nggak ngerti, Lov. Aku minta kamu batalin job itu justru karena aku sangat mengerti. Saat ini kamu sedang hamil.Lovita: Orang hamil bukannya nggak boleh beraktivitas, Le. Lagian kandunganku tergolong aman. Aku nggak ada masalah apa-apa. Dokter bilang calon anak kita sehat.Setelah pesan Lovita terkirim beberapa detik setelahnya Leo langsung menelepon. Ponsel Lovita bergetar di dalam genggaman perempuan itu.Lovita tidak langsung menjawab. Ia tengah mempertimbangkan. Jika menerima panggilan dari Leo mungkin saja mereka akan berdebat kemudian bertengkar. Sedangkan saat ini ada Juna di sebelah Lovita. Maka Lovita kirimkan satu pesan lagi pada Leo setelah mereject panggilan suaminya itu.Lovita: Le, nggak usah telepon. Aku lagi sama klien. Nggak enak. Nanti kalo job-ku udah
Bab 52Lovita menunggu sampai Juna masuk ke dalam mobilnya. Begitu kendaraan pria tersebut meninggalkan halaman rumah barulah Lovita melangkahkan kakinya.Gerakan Lovita terhenti begitu saja ketika menyaksikan siapa yang saat ini sedang duduk di kursi kayu beranda rumah. Lampu beranda memang redup sehingga apa pun tidak terlihat terlalu jelas. Bahkan Lovita tidak tahu entah sejak kapan suaminya itu berada di sana.Yang Lovita tahu, saat ini, melalui temaram cahaya ia bisa melihat wajah Leo yang terlihat datar dan dingin. Leo yang tertangkap oleh lensa mata Lovita sekarang bukanlah Leo yang suaminya yang hangat. Tapi sosok Leo yang lain. Leo yang dulu menjadi musuh Lovita."Le, kamu di sini? Kapan datang? Aku nggak tahu kalau ada kamu. Kok nggak bilang dulu kalau mau ke sini?" tanya Lovita."Sejak kapan aku harus minta izin kalau mau ke sini?" balas Leo. Suara dan wajah lelaki itu sedingin wajahnya."Maksudku bukan begitu. Biasanya kamu kan ngasih tahu aku dulu." Dalam kondisi normal
Bab 53Penawaran menarik? Hal menarik apa yang sedang ditawarkan oleh Juna padanya? "Maaf, Mas, maksud Mas penawaran menarik apa ya?" tanya Lovita penasaran."Begini. Orang tua saya memiliki stasiun televisi dan saya juga bekerja di sana. Saya tertarik buat merekrut kamu sebagai salah satu tim tata rias. Soal gaji saya jamin cukup memuaskan. Nanti selain gaji akan ada juga bonus yang nilainya tidak sedikit. Bagaimana kira-kira, apa kamu tertarik?"Sejujurnya, Lovita begitu tertarik oleh tawaran yang menggiurkan itu. Sudah lama ia ingin kembali menekuni dunia yang bukan hanya sekadar passion baginya, namun juga tempatnya mengais rezeki. Hanya saja Lovita belum bisa memutuskan sekarang, meski sebesar apa pun keinginannya saat ini."Maaf, Mas, bisa kasih saya waktu? Saya harus memikirkannya dulu," jawab Lovita sopan. Lovita harap Juna mau memberinya kesempatan. Semoga saja."Oh boleh. Tapi kalau bisa jangan terlalu lama.""Baik, Mas.""Saya tunggu ya."Lovita mengangguk tanda mengangg
Bab 54Pagi-pagi sekali Lovita sudah siap. Ia berdandan secantik mungkin. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja dan bergabung menjadi tim tata rias Best TV. Lovita nggak mau tampil malu-maluin di hari pertamanya ini. Apalagi kesan pertama adalah penentu segalanya.Kemarin saat Lovita mengirimkan pesan pada Juna mengenai jawabannya, pria itu langsung menelepon. Mereka berbicara cukup banyak. Di antara perbincangan mereka yang panjang Lovita menanyakan tentang kasusnya bersama Michelle dulu. Juna bilang itu nggak akan menjadi masalah."Mas Juna sekarang sudah tahu kenapa saya sempat vakum jadi MUA. Apa itu nggak akan menjadi masalah jika saya kerja di tempat Mas Juna?""Kenapa harus jadi masalah?" Pria itu balik bertanya."Nama saya sudah buruk. Buktinya saya nggak diterima di mana-mana. Orang-orang udah nggak percaya sama saya," beber Lovita melepaskan sesak di dada."Semua orang pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Bukan hanya kamu, tapi juga saya. Dan saya nggak pernah melihat
Bab 55Berdetik-detik lamanya Lovita termangu dengan ponsel yang berada di dalam genggamannya. Sampai detik ini Lovita belum tahu harus membalas seperti apa pada Leo.Lovita mengambil napas dalam-dalam kemudian melepaskannya seperlahan mungkin. Juna tidak boleh mendengarkan embusan napas beratnya yang menggambarkan bagaimana galaunya perasaan Lovita saat ini.Sadar kalau dirinya tidak akan mungkin mengabaikan pesan tersebut karena Leo pasti akan semakin curiga, Lovita memutuskan untuk menjawab."Le, sorry, aku nggak di rumah. Aku lagi di luar."Balasan dari Leo datang dengan cepat."Kamu ke mana udah keluar sepagi ini?"Lovita membalas lagi pesan tersebut."Aku lagi olahraga di luar, Le.""Nggak lama tapi kan? Bilang kalau kamu sudah di rumah, aku bakal ke sana. Laper banget nih."Astaga, kenapa Leo jadi ngotot begini? Nggak biasanya lelaki itu memaksa Lovita. Apa jangan-jangan Leo memiliki firasat bahwa Lovita sedang membohonginya?"Le, sorry, aku nggak bisa mastiin balik ke rumah ja
Bab 56Hari pertama Lovita bekerja di Best TV begitu menyenangkan. Tugasnya adalah merias news anchor, bintang tamu atau siapa pun yang akan tampil membawa acara. Orang pertama yang berhasil mendapat sentuhan jari-jari lentiknya adalah Rina, seorang news anchor yang bawelnya bukan main. Tapi untung Lovita sudah biasa menghadapi berbagai macam tingkah klien dan tahu bagaimana cara menyikapinya. Ada-ada saja memang tingkah laku orang. Ingin terlihat cantik tapi tidak mau diarahkan dan merasa paling tahu. Di hari pertama juga Lovita berhasil menyesuaikan diri dengan baik. Ia mendapat banyak teman baru yang menyambutnya dengan hangat."Lovita, ayo ikut saya." Juna muncul ketika Lovita sedang bersiap-siap hendak makan siang.Lovita pikir Juna memanggilnya untuk urusan pekerjaan, ternyata bukan."Kita mau ke mana, Mas?" tanyanya ingin tahu saat langkah lelaki itu menuntunnya ke luar."Kita makan siang.""Makan siang?" ulang Lovita terkejut. Masalahnya adalah kenapa Juna mengajaknya? Kenap