Bab 57Tanpa terasa sudah satu bulan lamanya Lovita bekerja di Best TV sebagai make up artist. Sejauh ini segalanya berlangsung dengan baik meski Lovita kerap ketar-ketir takut ketahuan kalau dirinya hamil. Atau tertangkap basah oleh Leo. Namun, Leo yang semakin ke sini semakin sibuk sehingga mengurangi jadwal pertemuan mereka adalah keuntungan lain yang membuat Lovita bisa bekerja dengan tenang.Sampai pertanyaan itu mengejutkan Lovita."Lo kenapa sih, Lov, pake baju longgar melulu?" tanya Ririn, MUA senior di Best TV."Iya nih. Gue perhatiin juga gitu." Disa, MUA lain ikut keheranan.Lovita menelan salivanya yang terasa kelat. Ia merasa sedikit gugp, terlebih ketika Disa dan Ririn saat ini tengah menatap lekat padanya menunggu jawaban Lovita.Tentu saja dua cewek itu merasa heran. Di saat para wanita seusia mereka berdandan modis cenderung seksi dan berlomba-lomba agar terlihat cantik dan menarik, Lovita malah setia dengan kemeja besar dan boyfriend jeans. Atau tunik di bawah lutut
Bab 58Lovita masuk ke toilet. Di sana perempuan muda itu berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke pintu. Napasnya sesak. Bahunya turun naik. Ia sibuk menenangkan kegelisahannya sekarang.Jika Leo datang itu artinya mereka akan bertemu. Ke mana Lovita akan menghindar? Ia tidak punya tempat untuk lari. Di Best TV hanya ada satu ruang rias. Ruang itu luas dan besar. Di sanalah segala kegiatan tata rias berlangsung. Lagi pula orang-orang pasti jadi curiga jika Lovita kabur.Setelah lama bersandar di belakang pintu Lovita menyeret langkah pelan. Ia bercermin di kaca wastafel. Terlihat jelas di sana bahwa mukanya pucat. Bukan karena sakit atau belum makan. Tapi karena ia merasa sangat ketakutan.Ketukan di pintu toilet beserta suara Disa yang terdengar membuat Lovita terbangun dari lamunan."Lov! Lovita! Lo ada di dalam?"Lovita menujukan pandangannya ke arah pintu."Lov! Are you okay?" panggil Disa kembali sambil memutar-mutar handle pintu. Ia takut terjadi sesuatu pada Lovita lantaran
Bab 59Pertemuan itu tidak terhindari. Lovita menatap Leo takut-takut. Sedangkan Leo sangat terkejut mendapati istrinya ada di tempat yang tidak disangka-sangka dan akan direncanakan untuk meriasnya.Selama sepersekian detik Leo berpikir cepat harus menampakkan reaksi seperti apa pada orang-orang di sekitarnya. Di satu titik ia tersadar bahwa dirinya tidaklah sepopuler itu. Orang-orang Best TV tidak tahu bahwa dulu di depan publik dirinya dan Lovita pernah menjadi pasangan suami istri."Hai, jadi lo yang mau ngerias gue?"Lovita jelas saja kaget lantaran Leo bersikap tidak mengenalnya. Beruntung Lovita paham. Ia mengikuti permainan Leo.Lovita melengkungkan bibirnya membentuk senyum tipis. Kemudian mengarahkan Leo agar segera duduk karena Lovita harus meriasnya.Leo menurut. Setelah duduk dan Lovita memulai aksinya tidak sepatah kata pun Leo berbicara. Pun dengan Lovita. Situasi ini terasa begitu awkward.Lovita tidak memiliki nyali untuk membangun percakapan. Ia berkonsentrasi meria
Bab 60Lovita mengembuskan napas panjang. Ia baru saja menghubungi Leo, namun suaminya itu tidak merespon. Bukan hanya satu kali, tapi berulang-ulang Lovita hubungi dan hasilnya tetap sama. Leo mengabaikannya. Ya, Lovita tahu kalau pria itu marah padanya. Tapi seharusnya tidak berlarut-larut begini.Lovita membaca ulang deretan pesan yang sudah dikirimnya pada lelaki itu. Leo memang sudah membacanya, tapi tidak ada satu pun balasan dari pria itu. Malah pesan terakhir Lovita belum dibaca sama sekali. Atau jangan-jangan Leo memang sengaja tidak membacanya.Belum putus asa, Lovita mengetikkan barisan kata-kata yang nanti akan dikirimnya pada Leo."Leo, sorry. Aku tahu kamu masih marah sampai saat ini. Tapi aku udah jelasin alasanku, Le. Aku harap kamu ngerti. Aku juga minta maaf. Bukannya aku nggak menghargai kamu. Aku sangat menghormati kamu sebagai suamiku. Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik. Aku tunggu di rumah ya."Send.Pesan terkirim.Lovita belum melepaskan tatapan dari lay
Bab 61Selama sepersekian detik sahabat Lovita itu tidak dapat berbicara apa pun. Tidak sepatah kata pun yang sanggup terlontar dari bibirnya. Ia kehilangan cadangan narasinya. Pemandangan di hadapannya ini benar-benar tidak sedikit pun ada dalam prediksinya."Cari siapa ya?" Michelle, perempuan yang berada di hadapannya itu bertanya, membangunkan Gina dari ketermanguan panjang."Lo ngapain di sini?" Gina bertanya balik, mengabaikan pertanyaan dari Michelle.Michelle jelas saja tidak senang mendengar pertanyaan yang ditujukan padanya. Perempuan itu bersedekap, memberi Gina tatapan tidak suka."Maksud lo apa ya?""Maksud gue lo kenapa ada di apartemen Leo?""Ada urusan apa lo nanya-nanya?""Jelas gue nanya ini kan apartemen Leo." Suara Gina ikut meninggi mendengar Michelle menaikkan nada suaranya."Emang nggak boleh gue berada di apartemen cowok gue sendiri? Lagian apa sih urusannya sama lo? Datang-datang langsung kayak petugas sensus?!"Apa lo bilang? Leo cowok lo?!" pekik Gina hampi
Bab 62Leo dan Michelle memasuki ruang rias yang di dalamnya terdapat Lovita dan para penata rias lainnya.Sudah sejak tadi jantung Lovita berdebar kencang. Tubuhnya gemetar tanpa kendali. Bahkan tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin. Semua itu terjadi bukan karena belum makan, tapi karena Lovita terlalu khawatir."Hei, lo Lovita kan?" tanya Michelle begitu melihat Lovita ada di ruangan yang sama dengannya.Lovita terpaksa mengiakan walau sesungguhnya saat ini hatinya luar biasa sakit."Long time no see. Apa kabar lo, Lov?" tanya Michelle lagi dengan ramah seakan di antara mereka tidak pernah terjadi apa-apa. Dia juga memindai sekujur tubuh Lovita dari puncak kepala sampai bawah kaki."Never been better," jawab Lovita dengan senyum manisnya yang memperkuat pernyataannya barusan."Syukurlah. Lo gemukan ya sekarang." Michelle bisa melihat perubahan bobot tubuh Lovita sejak terakhir mereka bertemu."Mungkin karena sekarang hidup gue terlalu bahagia," kata Lovita. Sekali lagi menyu
Bab 63Lovita pikir setelah pengakuan paling jujur yang disampaikannya akan membuat Juna terkejut atau bahkan syok berat. Tapi yang dipikirkannya tidak terjadi. Juna malah tersenyum merespon yang membuatnya terheran-heran. Memangnya apa yang lucu? Lovita masih belum tahu letaknya di mana."Mas Juna nggak marah?" tanya Lovita takut-takut."Kenapa saya harus marah?" balas Juna ringan."Karena saya sudah berbohong. Apa Mas Juna nggak merasa ditipu?""Memangnya apa alasan kamu melakukannya? Kenapa kamu harus bohong, Lovita?""Saya nggak yakin akan diterima di sini kalau hamil, Mas.""Kamu salah. Di Best TV nggak pernah ada peraturan melarang para karyawannya untuk hamil kecuali laki-laki."Lovita refleks tertawa mendengar candaan yang diselipkan Juna di akhir ucapannya. Dirinya yang tadi merasa tegang kini menjadi sedikit lebih rileks."Selain itu apa ada alasan lain kamu menyembunyikan kehamilan itu?"Lovita tidak langsung menjawab. Hatinya dilingkupi perasaan bimbang. Haruskah ia juj
Bab 64"Lesu banget muka lo. Kenapa lagi sih?" Pertanyaan tersebut Lovita dengar begitu menginjakkan kakinya di rumah. Gina, sang sahabat tengah menatapnya dengan heran.Lovita mengempaskan diri dengan lesu di sofa di sebelah Gina. Berdetik-detik lamanya Lovita di sana tanpa mengeluarkan sepotong kata pun. Terang saja tingkah best friend forever-nya itu membuat Gina khawatir bukan main."Lov, is everything okay?" Gina menyentuh pundak Lovita. Sejak tadi Lovita lemas seperti kehilangan semangat hidup."Hari ini berat banget buat gue, Gin." Lovita mengeluarkan suara pada akhirnya."What happened? Cerita sama gue. Seberat apa pun gue bakal dengerin. Kalaupun nggak ada solusinya, at least lo ngerasa lega karena udah sharing."Gina benar. Meskipun nanti sahabatnya itu tidak bisa memberinya jalan keluar tapi setidaknya sesak di dada tidak lagi disimpannya sendiri."Tadi gue ketemu Leo. Dia nggak sendiri. Ada Michelle juga. Mereka syuting buat acara gosip gitu. Rumpi Sore-sore namanya.""Iya