Bab 55Berdetik-detik lamanya Lovita termangu dengan ponsel yang berada di dalam genggamannya. Sampai detik ini Lovita belum tahu harus membalas seperti apa pada Leo.Lovita mengambil napas dalam-dalam kemudian melepaskannya seperlahan mungkin. Juna tidak boleh mendengarkan embusan napas beratnya yang menggambarkan bagaimana galaunya perasaan Lovita saat ini.Sadar kalau dirinya tidak akan mungkin mengabaikan pesan tersebut karena Leo pasti akan semakin curiga, Lovita memutuskan untuk menjawab."Le, sorry, aku nggak di rumah. Aku lagi di luar."Balasan dari Leo datang dengan cepat."Kamu ke mana udah keluar sepagi ini?"Lovita membalas lagi pesan tersebut."Aku lagi olahraga di luar, Le.""Nggak lama tapi kan? Bilang kalau kamu sudah di rumah, aku bakal ke sana. Laper banget nih."Astaga, kenapa Leo jadi ngotot begini? Nggak biasanya lelaki itu memaksa Lovita. Apa jangan-jangan Leo memiliki firasat bahwa Lovita sedang membohonginya?"Le, sorry, aku nggak bisa mastiin balik ke rumah ja
Bab 56Hari pertama Lovita bekerja di Best TV begitu menyenangkan. Tugasnya adalah merias news anchor, bintang tamu atau siapa pun yang akan tampil membawa acara. Orang pertama yang berhasil mendapat sentuhan jari-jari lentiknya adalah Rina, seorang news anchor yang bawelnya bukan main. Tapi untung Lovita sudah biasa menghadapi berbagai macam tingkah klien dan tahu bagaimana cara menyikapinya. Ada-ada saja memang tingkah laku orang. Ingin terlihat cantik tapi tidak mau diarahkan dan merasa paling tahu. Di hari pertama juga Lovita berhasil menyesuaikan diri dengan baik. Ia mendapat banyak teman baru yang menyambutnya dengan hangat."Lovita, ayo ikut saya." Juna muncul ketika Lovita sedang bersiap-siap hendak makan siang.Lovita pikir Juna memanggilnya untuk urusan pekerjaan, ternyata bukan."Kita mau ke mana, Mas?" tanyanya ingin tahu saat langkah lelaki itu menuntunnya ke luar."Kita makan siang.""Makan siang?" ulang Lovita terkejut. Masalahnya adalah kenapa Juna mengajaknya? Kenap
Bab 57Tanpa terasa sudah satu bulan lamanya Lovita bekerja di Best TV sebagai make up artist. Sejauh ini segalanya berlangsung dengan baik meski Lovita kerap ketar-ketir takut ketahuan kalau dirinya hamil. Atau tertangkap basah oleh Leo. Namun, Leo yang semakin ke sini semakin sibuk sehingga mengurangi jadwal pertemuan mereka adalah keuntungan lain yang membuat Lovita bisa bekerja dengan tenang.Sampai pertanyaan itu mengejutkan Lovita."Lo kenapa sih, Lov, pake baju longgar melulu?" tanya Ririn, MUA senior di Best TV."Iya nih. Gue perhatiin juga gitu." Disa, MUA lain ikut keheranan.Lovita menelan salivanya yang terasa kelat. Ia merasa sedikit gugp, terlebih ketika Disa dan Ririn saat ini tengah menatap lekat padanya menunggu jawaban Lovita.Tentu saja dua cewek itu merasa heran. Di saat para wanita seusia mereka berdandan modis cenderung seksi dan berlomba-lomba agar terlihat cantik dan menarik, Lovita malah setia dengan kemeja besar dan boyfriend jeans. Atau tunik di bawah lutut
Bab 58Lovita masuk ke toilet. Di sana perempuan muda itu berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke pintu. Napasnya sesak. Bahunya turun naik. Ia sibuk menenangkan kegelisahannya sekarang.Jika Leo datang itu artinya mereka akan bertemu. Ke mana Lovita akan menghindar? Ia tidak punya tempat untuk lari. Di Best TV hanya ada satu ruang rias. Ruang itu luas dan besar. Di sanalah segala kegiatan tata rias berlangsung. Lagi pula orang-orang pasti jadi curiga jika Lovita kabur.Setelah lama bersandar di belakang pintu Lovita menyeret langkah pelan. Ia bercermin di kaca wastafel. Terlihat jelas di sana bahwa mukanya pucat. Bukan karena sakit atau belum makan. Tapi karena ia merasa sangat ketakutan.Ketukan di pintu toilet beserta suara Disa yang terdengar membuat Lovita terbangun dari lamunan."Lov! Lovita! Lo ada di dalam?"Lovita menujukan pandangannya ke arah pintu."Lov! Are you okay?" panggil Disa kembali sambil memutar-mutar handle pintu. Ia takut terjadi sesuatu pada Lovita lantaran
Bab 59Pertemuan itu tidak terhindari. Lovita menatap Leo takut-takut. Sedangkan Leo sangat terkejut mendapati istrinya ada di tempat yang tidak disangka-sangka dan akan direncanakan untuk meriasnya.Selama sepersekian detik Leo berpikir cepat harus menampakkan reaksi seperti apa pada orang-orang di sekitarnya. Di satu titik ia tersadar bahwa dirinya tidaklah sepopuler itu. Orang-orang Best TV tidak tahu bahwa dulu di depan publik dirinya dan Lovita pernah menjadi pasangan suami istri."Hai, jadi lo yang mau ngerias gue?"Lovita jelas saja kaget lantaran Leo bersikap tidak mengenalnya. Beruntung Lovita paham. Ia mengikuti permainan Leo.Lovita melengkungkan bibirnya membentuk senyum tipis. Kemudian mengarahkan Leo agar segera duduk karena Lovita harus meriasnya.Leo menurut. Setelah duduk dan Lovita memulai aksinya tidak sepatah kata pun Leo berbicara. Pun dengan Lovita. Situasi ini terasa begitu awkward.Lovita tidak memiliki nyali untuk membangun percakapan. Ia berkonsentrasi meria
Bab 60Lovita mengembuskan napas panjang. Ia baru saja menghubungi Leo, namun suaminya itu tidak merespon. Bukan hanya satu kali, tapi berulang-ulang Lovita hubungi dan hasilnya tetap sama. Leo mengabaikannya. Ya, Lovita tahu kalau pria itu marah padanya. Tapi seharusnya tidak berlarut-larut begini.Lovita membaca ulang deretan pesan yang sudah dikirimnya pada lelaki itu. Leo memang sudah membacanya, tapi tidak ada satu pun balasan dari pria itu. Malah pesan terakhir Lovita belum dibaca sama sekali. Atau jangan-jangan Leo memang sengaja tidak membacanya.Belum putus asa, Lovita mengetikkan barisan kata-kata yang nanti akan dikirimnya pada Leo."Leo, sorry. Aku tahu kamu masih marah sampai saat ini. Tapi aku udah jelasin alasanku, Le. Aku harap kamu ngerti. Aku juga minta maaf. Bukannya aku nggak menghargai kamu. Aku sangat menghormati kamu sebagai suamiku. Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik. Aku tunggu di rumah ya."Send.Pesan terkirim.Lovita belum melepaskan tatapan dari lay
Bab 61Selama sepersekian detik sahabat Lovita itu tidak dapat berbicara apa pun. Tidak sepatah kata pun yang sanggup terlontar dari bibirnya. Ia kehilangan cadangan narasinya. Pemandangan di hadapannya ini benar-benar tidak sedikit pun ada dalam prediksinya."Cari siapa ya?" Michelle, perempuan yang berada di hadapannya itu bertanya, membangunkan Gina dari ketermanguan panjang."Lo ngapain di sini?" Gina bertanya balik, mengabaikan pertanyaan dari Michelle.Michelle jelas saja tidak senang mendengar pertanyaan yang ditujukan padanya. Perempuan itu bersedekap, memberi Gina tatapan tidak suka."Maksud lo apa ya?""Maksud gue lo kenapa ada di apartemen Leo?""Ada urusan apa lo nanya-nanya?""Jelas gue nanya ini kan apartemen Leo." Suara Gina ikut meninggi mendengar Michelle menaikkan nada suaranya."Emang nggak boleh gue berada di apartemen cowok gue sendiri? Lagian apa sih urusannya sama lo? Datang-datang langsung kayak petugas sensus?!"Apa lo bilang? Leo cowok lo?!" pekik Gina hampi
Bab 62Leo dan Michelle memasuki ruang rias yang di dalamnya terdapat Lovita dan para penata rias lainnya.Sudah sejak tadi jantung Lovita berdebar kencang. Tubuhnya gemetar tanpa kendali. Bahkan tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin. Semua itu terjadi bukan karena belum makan, tapi karena Lovita terlalu khawatir."Hei, lo Lovita kan?" tanya Michelle begitu melihat Lovita ada di ruangan yang sama dengannya.Lovita terpaksa mengiakan walau sesungguhnya saat ini hatinya luar biasa sakit."Long time no see. Apa kabar lo, Lov?" tanya Michelle lagi dengan ramah seakan di antara mereka tidak pernah terjadi apa-apa. Dia juga memindai sekujur tubuh Lovita dari puncak kepala sampai bawah kaki."Never been better," jawab Lovita dengan senyum manisnya yang memperkuat pernyataannya barusan."Syukurlah. Lo gemukan ya sekarang." Michelle bisa melihat perubahan bobot tubuh Lovita sejak terakhir mereka bertemu."Mungkin karena sekarang hidup gue terlalu bahagia," kata Lovita. Sekali lagi menyu