Bab 44Berhari-hari Lovita menyimpan sendiri kabar baik itu tanpa memiliki secuil pun keberanian untuk memberitahunya pada Leo. Selain Leo sedang sibuk dan Lovita tidak ingin mengganggu konsentrasinya, Lovita belum siap menghadapi reaksi Leo. Ia takut mendengar penolakan Leo dan menyaksikan raut denial lelaki itu. Lovita menyesali kecerobohannya. Semestinya mereka menggunakan pengaman setiap kali berhubungan. Seharusnya sejak awal dirinya menggunakan kontrasepsi. Namun karena semua sudah terjadi Lovita tidak dapat berkata apa-apa. Ia hanya bisa pasrah menerima. Bagi Lovita kehamilannya adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri."Aku mau ke rumah sekarang, jangan ke mana-mana," kata Leo menelepon Lovita.Jantung perempuan itu sontak memompa darah lebih kencang dari yang seharusnya. Sudah hampir satu minggu ini mereka tidak berjumpa lantaran aktivitas Leo yang padat. Kerinduan Lovita pada lelaki itu begitu membuncah. Tapi kali ini detak jantung Lovita terasa lebih cepat bukan ha
Bab 45Butuh beberapa detik bagi Leo untuk terbangun dari ketermanguan yang panjang dan mengatakan, "Hamil?" dengan suara yang begitu lirih.Nada suara lelaki itu membuat Lovita merasa jangan-jangan ini sebuah kesalahan. Jangan-jangan Leo tidak senang."Aku juga baru tahu seminggu yang lalu dan baru berani ngasih tahu kamu sekarang," ujar Lovita sembari menatap Leo takut-takut."Gimana bisa, Lov?""Apanya yang gimana bisa?""Gimana bisa kamu sudah tahu sejak seminggu yang lalu tapi baru bilang sama aku sekarang? Dan gimana bisa kamu hamil?"Pertanyaan kedua Leo membuat Lovita sedikit tersinggung dan hampir memancing emosinya."Ya bisalah! Kamu lupa setiap kali kita berhubungan kita nggak pernah pake pengaman. Aku ataupun kamu."Leo mengusap kasar mukanya lalu menyugar rambutnya dengan gerakan yang sama keras.Bagaimana bisa Lovita hamil di saat hubungan mereka backstreet seperti saat ini? Jangankan memberitahu bahwa dirinya memiliki anak, hubungan pernikahannya dengan Lovita yang ma
Bab 46Terlalu sulit bagi Lovita untuk menjabarkan perasaannya saat ini. Iya, Lovita memang sudah menduga bahwa Leo akan merasa berat menerima kehamilannya dengan dalih karir laki-laki itu. Tapi sedikit pun Lovita tidak mengira kalau Leo benar-benar akan menyuruhnya aborsi. Kenapa Leo setega itu? Lovita tetap tidak akan mau apa pun alasannya."Le, terlepas anak ini adalah anak kita berdua, lo mikir nggak kalau aborsi dosanya besar. Aborsi sama dengan membunuh, Le. Dan mirisnya yang bakal lo bunuh adalah anak kita berdua." Lovita mengatakannya dengan perasaan sedih. Kekecewaannya tidak lagi terdefinisikan dengan kata-kata."Aku nggak bermaksud gitu, Lov. Aku harap kamu ngerti kalau situasi ini sulit untuk kita," erang Leo frustasi."Aku nggak bakal koar-koar ke orang-orang tentang anak ini. Mereka nggak akan tahu kalau kamu punya anak. Aku juga nggak akan senekat itu. Apa tujuannya coba?""Tapi lama-lama perut kamu bakalan gede. Kamu mau jawab apa kalau orang-orang pada nanya?"Lovita
Bab 47"Kondisi janin Ibu sehat. Dia berkembang sesuai dengan usianya. Saat ini panjangnya sekitar 7,5 sentimeter, dan beratnya sekitar 100 gram. Dia berkembang sangat baik, Bu."Seulas senyum terkembang di bibir Lovita mendengar penuturan dokter yang menerangkan perkembangan janin yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya.Sudah beberapa kali Lovita mengunjungi dokter kandungan. Dan sejauh ini Leo tidak pernah satu kali pun menemaninya. Tentu saja hal itu tidak akan terjadi. Terlalu berisiko.Memang tidak semua orang mengenal Leo. Tapi di industri modelling pria muda itu begitu populer. Seringkali Lovita menerima pertanyaan dari dokter yang menanganinya. Kenapa suami Lovita tidak mendampingi. Dan Lovita selalu menjawab bahwa suaminya sedang bekerja di luar kota dan belum bisa pulang sehingga Lovita senantiasa sendiri.Setiap kali menanti antrian di ruang tunggu poli kandungan Lovita juga sering menahan cemburu melihat para wanita hamil lainnya datang bersama suami mereka. Lovita se
Bab 48Tahu dirinya tidak lagi menjadi pusat perhatian Leo, Michelle lantas mengalihkan pandangannya searah tatapan Leo. Perempuan itu juga terkejut ketika wajah Lovita muncul dalam penglihatannya. Ia merasa kesal tapi terlalu pandai berpura-pura menyembunyikan perasaan itu. Dilambaikannya tangan memanggil Lovita dan memberi isyarat agar mendekat padanya sembari mengembangkan senyum lebar.Lovita terpaku di tempatnya berdiri. Cara Michelle bersikap seolah hubungan mereka baik-baik saja. Seakan tidak pernah terjadi sesuatu yang buruk di antara mereka."Lov, itu Michelle kan? Ngapain dia manggil lo?" tegur Gina sambil menyikut lengan Lovita."Nggak tahu juga.""Terus lo bilang Leo lagi di Bali, kenapa bisa ada di sini? Dia bohongin lo?" tanya Gina lagi tanpa bermaksud memprovokasi."Entahlah," jawab Lovita setengah kesal. Kata-kata Gina mulai meracuninya. Jangan-jangan yang dikatakan sahabatnya itu benar. Leo membohonginya agar bisa leluasa dengan Michelle.Tanpa keduanya duga Michelle
Bab 49Leo ingin menghindar dengan cara memundurkan tubuhnya, tapi sudah terlambat. Michelle terlanjur mengelap sudut bibirnya."Oh." Hanya yang itu yang bisa Leo katakan. Lalu dipandanginya Lovita yang berada persis di hadapannya.Perempuan itu balas menatapnya. Ada luka di matanya. Tapi dalam keadaan genting seperti saat ini apa memangnya yang bisa Leo lakukan selain terus melanjutkan skenario?Gina yang duduk di sebelah Lovita merasa ikut tegang. Disikutnya lengan Lovita. Sahabatnya itu tidak bereaksi. Dia hanya menunduk sambil buru-buru menghabiskan makanannya.Lovita tidak sanggup lagi. Sambil terus menyuap sebelah tangannya mengelus perut, seakan sedang meminta anaknya untuk sabar sepertinya."Kita duluan ya," ujar Lovita setelah piringnya kosong."Buru-buru amat. Mau ke mana, Lov?" tanya Michelle."Masih ada urusan."Setelah mengucapkannya Lovita berdiri dengan cepat. Satu-satunya hal yang ingin dilakukannya adalah lenyap dari hadapan Leo dan Michelle."Lov, lo nggak apa-apa?"
Bab 50Lovita mengusap perutnya sambil bercermin mematut diri di kaca. Perempuan itu mengganti-ganti posisi berdirinya beberapa kali mulai dari menghadap ke kaca, menyamping ke kanan, menyerong ke kiri. Dan hasilnya adalah sama. Ukuran perutnya tersamarkan akibat blouse longgar yang dikenakannya. Tidak akan ada orang-orang yang akan tahu bahwa dirinya sedang berbadan dua kecuali orang-orang terdekatnya yang juga ada dua. Yaitu suami dan sahabatnya sendiri.Lovita masih mematut diri di cermin ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Bersamaan dengan itu suara Gina terdengar memanggilnya."Lov, lo udah siap?""Udah, bentar!"Lovita beranjak dari depan cermin, menyambar tas, kemudian membuka pintu kamar yang sebenarnya tidak dikunci."Orang yang jemput lo udah datang," kata Gina memberitahu.Hari ini Lovita akan menggantikan teman Gina untuk merias klien. Utusan dari klien itulah yang saat ini sedang menjemputnya.Lovita mengangguk."Cakep banget, anjir," ujar Gina sebelum Lovita melangk
Bab 51Lovita: Yang bener aja, Le. Aku nggak mungkin cancel. Itu namanya nggak profesional. Aku minta kamu ngerti, Le.Balasan pesan dari Leo muncul di handphone Lovita dalam hitungan detik.Leo: Ini bukan masalah aku nggak ngerti, Lov. Aku minta kamu batalin job itu justru karena aku sangat mengerti. Saat ini kamu sedang hamil.Lovita: Orang hamil bukannya nggak boleh beraktivitas, Le. Lagian kandunganku tergolong aman. Aku nggak ada masalah apa-apa. Dokter bilang calon anak kita sehat.Setelah pesan Lovita terkirim beberapa detik setelahnya Leo langsung menelepon. Ponsel Lovita bergetar di dalam genggaman perempuan itu.Lovita tidak langsung menjawab. Ia tengah mempertimbangkan. Jika menerima panggilan dari Leo mungkin saja mereka akan berdebat kemudian bertengkar. Sedangkan saat ini ada Juna di sebelah Lovita. Maka Lovita kirimkan satu pesan lagi pada Leo setelah mereject panggilan suaminya itu.Lovita: Le, nggak usah telepon. Aku lagi sama klien. Nggak enak. Nanti kalo job-ku udah