Beranda / Romansa / Bayangan Kelam / Rahasia Gelap

Share

Rahasia Gelap

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 14:44:25

Anisa berdiri terpaku di depan bangunan tua yang seolah telah dilupakan oleh waktu. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya gemetar. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari makna dari semua yang baru saja ia alami. Johan, Arya, rahasia kelam yang selama ini disembunyikan, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.

Dengan langkah berat, Anisa memutuskan untuk masuk ke dalam bangunan itu. Jantungnya berdebar kencang saat ia mendekati pintu depan yang berderit ketika dibuka. Aroma kayu tua dan debu menyeruak, mengingatkannya pada sebuah tempat yang sudah lama ditinggalkan. Suasana di dalam begitu sunyi, hanya suara langkah kaki Anisa yang bergema di sepanjang lorong.

Di tengah ruangan, ia melihat meja kayu panjang dengan beberapa kursi yang tampak usang. Di sudut ruangan, cahaya remang-remang dari lampu gantung yang berayun pelan, menambah kesan misterius tempat ini. Anisa merasa bulu kuduknya meremang, tapi ia tahu bahwa di s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Kelam   Terbuai

    Anisa duduk di sofa ruang tamu apartemen Arya, perasaannya campur aduk. Pertemuannya dengan Arya kali ini berbeda, semakin dalam ia mengenal Arya, semakin sulit baginya untuk memahami keputusan yang harus ia ambil. Arya berdiri tak jauh darinya, menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan tatapan tajam yang selalu mampu menembus hati Anisa.“Anisa, aku tidak ingin kamu salah paham,” ujar Arya, suaranya rendah dan berat, seolah menanggung beban yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Anisa hanya diam, matanya terpaku pada Arya, mencari kejujuran yang mungkin tersembunyi di balik sikap dinginnya. Dalam dirinya, Anisa berjuang antara keinginannya untuk tetap bersama Arya dan kenyataan bahwa pria itu menyembunyikan begitu banyak hal darinya.“Aku tahu, ada banyak hal yang belum kujelaskan padamu. Tapi aku hanya ingin kamu tahu satu hal...” Arya mendekat, berjalan perlahan menuju Anisa, setiap langkahnya terasa berat dan penuh makna. Saat Arya berdiri di depannya, ia menunduk sedikit, menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Bayangan Kelam   Terperangkap Dalam Pilihan

    Anisa menatap ponselnya yang masih bergetar di atas meja. Nama Arya muncul berkali-kali di layar, namun Anisa tidak lagi bergegas untuk mengangkatnya. Hatinya masih berperang, antara hasrat untuk kembali memeluk Arya dan keinginan untuk menyelamatkan dirinya dari hubungan yang semakin tidak sehat.Ia memutar kenangan-kenangan mereka di pikirannya. Ciuman lembut yang pernah membuatnya merasa aman, sentuhan hangat Arya yang dulu membuat dunia seakan berhenti. Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa semua itu hanyalah ilusi. Arya mungkin mencintainya, tapi cinta itu terbalut dengan rahasia gelap yang semakin menyesakkan.Anisa mendesah, lalu akhirnya mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk dari Arya. Pesan yang penuh dengan kata-kata manis, meminta maaf atas segala kebohongan dan memohon kesempatan lagi."Haruskah aku kembali padanya?" gumam Anisa pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Ia memikirkan percakapan terakhir mereka. Bagaimana Arya berusaha menjelaskan alasan di balik k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Bayangan Kelam   Bertemu Mantan

    Anisa sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan ketika secara tak sengaja ia melihat sosok yang tak asing. Langkahnya terhenti sejenak saat matanya menangkap pria dengan postur yang dulu begitu ia kenal, namun kini terlihat berbeda. Reza. Mantan kekasihnya itu berdiri di dekat salah satu kios, tapi ada sesuatu yang tak biasa dari penampilannya. Tubuhnya jauh lebih kurus, wajahnya pucat, dan rambutnya tampak berantakan. Anisa mengerutkan kening, merasa iba melihat keadaan Reza yang tampak begitu tidak terurus."Reza?" Anisa bergumam pelan, namun Reza tampak mendengarnya. Ia menoleh, dan begitu melihat Anisa, ekspresinya berubah seketika. Ada campuran keterkejutan dan kelegaan di matanya. Tanpa menunggu lebih lama, Reza melangkah mendekatinya."Anisa... ini benar kamu?" suara Reza terdengar serak, seperti orang yang sudah lama tidak berbicara dengan penuh emosi. Anisa hanya bisa mengangguk, menatap pria yang dulu pernah sangat ia cintai."Reza... apa kabar?" tanya Anisa pelan, meski d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Bayangan Kelam   Api Cemburu

    Hari itu terasa begitu tenang, tetapi hati Anisa justru sebaliknya. Ia sudah bertemu dengan Reza beberapa kali dalam minggu terakhir. Reza semakin sering menghubunginya, meminta bertemu hanya untuk sekadar mengobrol. Awalnya, Anisa berpikir bahwa ia hanya ingin memastikan Reza baik-baik saja. Meskipun ia telah menolak permintaan Reza untuk kembali, ia tak mampu sepenuhnya memutuskan hubungan baik mereka sebagai teman. Namun, semakin lama, Reza mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia belum menyerah.Anisa duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, menunggu kedatangan Reza. Sesekali, ia mengecek ponselnya, memikirkan alasan yang bisa ia berikan pada Arya. Selama ini, Anisa merahasiakan pertemuannya dengan Reza dari Arya. Ia tahu Arya tak akan menyukainya dan pasti salah paham. Arya orang yang mudah cemburu, dan di balik semua rahasianya, ia memiliki kontrol yang sangat kuat terhadap kehidupan Anisa.Reza tiba beberapa menit kemudian, dengan senyumnya yang familiar. Wajahnya memang masih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Bayangan Kelam   Antara Dua Hati

    Anisa duduk di kamarnya dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya kusut, tidak tahu harus melangkah ke mana. Sejak pertemuan terakhir dengan Reza, semuanya semakin kacau. Ia ingin segala sesuatunya kembali seperti dulu, tapi kenyataan malah semakin rumit. Di satu sisi, Arya semakin posesif dan sering kali tidak bisa mengendalikan emosinya, sementara di sisi lain, Reza muncul lagi dengan segala penyesalannya. Reza, meski sudah tak lagi bekerja dan hidupnya tampak berantakan, masih terus berusaha untuk mendapatkan perhatian Anisa. Hari itu, Reza datang lagi ke kafe tempat mereka sering bertemu, tanpa undangan, tanpa peringatan. "Anisa, tolong beri aku kesempatan sekali lagi," pinta Reza, suaranya terdengar lirih namun mendesak. Anisa menghela napas panjang, menatap Reza yang terlihat lelah dan kehilangan arah. "Reza, kita sudah membicarakan ini. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Aku sudah bersama Arya sekarang," jawab Anisa dengan nada tegas, meskipun hatinya sedikit berget

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Bayangan Kelam   Bimbang

    Anisa duduk termenung di atas kasurnya, menatap ponsel yang terus bergetar. Nama Arya muncul di layar, tetapi jari-jarinya tak bergerak untuk menjawab. Ia tak sanggup. Setelah kejadian kemarin, kepalanya penuh dengan pertanyaan, kebingungan, dan rasa sakit yang menghimpit dada.Sementara itu, pikiran tentang Reza juga terus membayanginya. Wajahnya yang kurus, matanya yang tampak letih dan penuh penyesalan. Anisa tak bisa mengabaikan fakta bahwa ia merasa kasihan pada Reza, meski tahu dirinya tak boleh terlalu terlibat. Tapi, bagaimana mungkin ia tak peduli? Reza adalah bagian dari masa lalunya yang pernah ia cintai sepenuh hati.“Aku nggak mungkin kembali ke dia,” Anisa berbisik pelan pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya. Namun, kenangan masa lalu mereka berdua terus membayang. Semua yang pernah mereka lalui bersama, kebahagiaan, kesedihan, dan cinta yang pernah ia rasakan untuk Reza. Anisa meremas bantalnya, seolah berharap bantal itu bisa meredam perasaannya yang bercamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Bayangan Kelam   Antara Pekerjaan dan Perasaan

    Hari-hari Anisa kini dipenuhi dengan rutinitas di kantor baru sebagai asisten pribadi. Pekerjaan di perusahaan pemasaran digital ini sebenarnya tidak terlalu sulit, namun ritme yang cepat dan tuntutan klien sering membuatnya merasa kewalahan. Setiap hari ia harus mengatur jadwal pertemuan, menyiapkan presentasi, dan memastikan klien mendapat update yang mereka butuhkan tepat waktu.Pagi itu, Anisa tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Kopi panas di tangan, ia segera duduk di meja kerjanya dan membuka laptop, mempersiapkan diri untuk rapat penting dengan salah satu klien besar. Sekilas, ia merasa pekerjaannya mulai teratur, meski pikiran tentang Arya dan Reza masih membebani benaknya. Namun, bekerja keras menjadi pelariannya dari kebingungan yang terus menghantuinya.Telepon di mejanya berdering, memecah fokusnya. “Anisa, rapatnya akan dimulai dalam sepuluh menit. Klien sudah di ruang meeting,” suara atasannya terdengar di ujung telepon.“Oh, baik, Pak. Saya segera ke sana,” jawab A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Bayangan Kelam   Lembaran Baru

    Anisa membuka hari dengan tekad yang sedikit berbeda. Pikirannya lebih tenang setelah memutuskan untuk tidak lagi melarikan diri dari masalah yang ada. Ia sadar, dirinya tidak bisa terus menerus ditarik dalam konflik antara Arya dan Reza, dua orang yang sama-sama pernah memenuhi hatinya, namun dengan cara yang sangat berbeda. Hari itu, Anisa memutuskan untuk memberikan waktu pada dirinya sendiri, sebuah kesempatan untuk memahami apa yang sebenarnya ia inginkan.Pagi itu di kantor, Anisa tersenyum lebih lepas, mencoba mengalihkan pikiran dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Ia mulai melihat ruang di mana ia bekerja sebagai tempat yang lebih dari sekadar pelarian. Kolega-kolega Anisa tampak mendukung keputusannya ini dengan memberikan semangat. Mereka menyadari perubahan dalam diri Anisa, yang kini terlihat lebih fokus dan lebih yakin pada dirinya sendiri.Di waktu makan siang, Anisa memilih untuk tidak langsung pergi ke kantin bersama teman-teman kantor seperti biasanya. Ia dudu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26

Bab terbaru

  • Bayangan Kelam   Bab 105

    Hujan turun rintik-rintik malam itu. Anisa duduk di dalam mobil Roy, menatap butiran air yang menempel di jendela. Udara dingin merayap ke dalam, tetapi ia merasa hangat dengan kehadiran Roy di sebelahnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Roy sambil menyodorkan jaketnya.Anisa menggeleng. “Nggak, aku suka hujan.”Roy tersenyum. “Aku juga.”Obrolan mereka mengalir begitu saja, tanpa beban. Anisa merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang sulit ia jelaskan.Sejak menjalin hubungan dengan Roy, hidupnya terasa lebih ringan. Roy selalu ada untuknya, memberikan perhatian yang ia butuhkan. Tetapi, semakin lama mereka bersama, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan Roy di luar pertemuan mereka. Roy tidak pernah mengajaknya ke rumah, tidak pernah bercerita banyak tentang masa lalunya.Tapi Anisa menepis pikirannya. Mungkin, Roy hanya butuh waktu. Lagipula, ia sendiri juga tidak i

  • Bayangan Kelam   Bab 104

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan setelah pertemuan terakhirnya dengan Roy. Tidak ada lagi bayang-bayang pria itu dalam pikirannya. Ia merasa seakan sudah melewati fase terburuk dalam hidupnya, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan.Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan.Malam itu, setelah pulang kerja, Anisa duduk di balkon apartemennya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia menghela napas panjang. Sepi. Itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.Sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran beberapa tahun lalu, Anisa sudah terbiasa hidup sendiri. Namun, entah mengapa malam ini kesepian itu terasa lebih menyakitkan.Ia mengambil ponselnya, membuka kontak, lalu menatap nama Roy yang tersimpan di sana.Ia ragu-ragu. Haruskah ia menghubunginya? Sejak mereka resmi berpacaran, Roy memang selalu ada untuknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Anisa—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.Sebelum sempat berp

  • Bayangan Kelam   Bab 103

    Hari-hari Anisa mulai berjalan lebih tenang setelah semua badai yang ia alami. Sejak putus dari Roy, ia merasa perlu waktu untuk menyembuhkan diri. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa ia telah kembali dikhianati, tapi setidaknya kali ini ia lebih kuat. Ia tidak ingin tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan seperti sebelumnya.Melukis menjadi pelariannya. Setiap coretan kuas di atas kanvas membantunya melupakan luka yang masih menganga. Ia mulai mengikuti kelas melukis di galeri seni dekat rumahnya, dan itu memberinya sedikit ketenangan.“Anisa, lukisanmu semakin berkembang,” puji salah satu instruktur di kelasnya. “Kamu punya bakat alami.”Anisa hanya tersenyum. Ia tak pernah berpikir bahwa ia punya bakat di bidang ini. Yang ia tahu, melukis membuatnya merasa hidup kembali.Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji seseorang.Suatu pagi, ketika Anisa sedang bersiap pergi ke galeri, ia mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengabaikannya pada awalnya, tapi ketika telepon i

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

  • Bayangan Kelam   Bab 101

    Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut."Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be

  • Bayangan Kelam   Bab 100

    Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-

  • Bayangan Kelam   Bab 99

    Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An

  • Bayangan Kelam   Bab 98

    Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y

  • Bayangan Kelam   Bab 97

    Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status