Share

Pilih Siapa?

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 16:10:45

Hari-hari Anisa diwarnai dengan kebimbangan yang semakin mendalam. Setelah pertemuannya dengan Arya dan perhatian yang diberikan Malik, ia merasakan ada perubahan dalam dirinya. Rasanya sulit untuk menentukan jalan yang harus ia ambil. Malik selalu ada di saat-saat yang membingungkan ini, memberikan kenyamanan yang berbeda dari yang Arya tawarkan. Namun, kenangan akan Arya juga masih menguasai sebagian besar hatinya, menciptakan ruang yang penuh dengan keraguan.

Pekerjaannya di kafe membantu Anisa mengalihkan pikiran untuk sementara, tetapi begitu ia selesai, semua emosi itu kembali muncul. Setiap kali ia menutup mata di malam hari, wajah Arya dan Malik bergantian hadir di pikirannya, membuatnya sulit untuk tidur.

Suatu sore, ketika Anisa sedang membereskan kafe sebelum pulang, Malik datang dengan senyuman khasnya yang menenangkan. Ia menawarkan untuk mengantarnya pulang, dan Anisa, yang merasa lelah, menerima tawarannya tanpa ragu.

Di perjalanan, suasana terasa hening, namun bukan ka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Kelam   Menuntut

    Sejak beberapa minggu terakhir, Anisa merasa ada yang berbeda dalam tubuhnya. Rasa mual yang datang hampir setiap pagi, kelelahan yang tidak biasa, dan perubahan suasana hati yang terasa makin intens membuatnya curiga. Awalnya, ia mencoba mengabaikannya, berharap itu hanya akibat dari kelelahan atau perubahan hormon sementara. Namun, semakin lama, semakin yakin bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.Akhirnya, Anisa memberanikan diri untuk membeli alat tes kehamilan. Kalau waktu itu Anisa tes ditemani Arya, maka kali ini dia akan mengetes sendiri. Pagi itu, ia menunggu dengan gugup sambil memegang alat tes yang menunjukkan dua garis merah. Perasaan campur aduk menyelimutinya antara bahagia, khawatir, dan takut. Ia tahu, hidupnya akan berubah drastis setelah ini.Malam itu, Anisa menelepon Arya dan memintanya untuk bertemu di sebuah kafe kecil yang biasanya mereka datangi. Arya, yang tidak tahu alasan di balik permintaan mendadak itu, menyetujui dengan suara yang terdengar agak p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Bayangan Kelam   Sebuah Harapan

    Hari-hari berlalu begitu cepat sejak pernikahan mereka. Anisa dan Arya kini memulai kehidupan baru sebagai pasangan suami istri, meskipun perjalanan mereka masih jauh dari mudah. Kehidupan pernikahan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan dan harapan, kini menghadapi tantangan baru yang tak terduga. Meskipun demikian, mereka berdua terus berusaha untuk mempertahankan cinta mereka dan menjaga kebahagiaan yang telah mereka bangun bersama.Kehamilan Anisa semakin berkembang, dan tubuhnya mulai menunjukkan perubahan yang semakin jelas. Ia merasakan sedikit kelelahan, tetapi di sisi lain, ada kebahagiaan yang tak bisa digambarkan saat memikirkan bahwa ia akan segera menjadi ibu. Arya selalu ada di sisinya, membantu mengurus segala kebutuhan, dan memberikan dukungan penuh. Meskipun keluarganya, terutama ibunya, masih menentang pernikahan mereka, Arya tidak pernah ragu untuk mempertahankan Anisa dan anak yang sedang dikandungnya.Suatu sore, saat Arya pulang kerja, ia melihat Anisa duduk di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Bayangan Kelam   Ketabahan

    Beberapa minggu setelah peristiwa yang mengguncang hubungan Anisa dengan ibu Arya, keadaan mulai sedikit tenang. Arya, yang terus berada di sisi Anisa, mengupayakan segala hal untuk membuatnya merasa nyaman dan aman. Namun, masih ada perasaan bersalah dalam dirinya karena ia belum bisa sepenuhnya menenangkan Anisa dari tekanan keluarganya, terutama ibunya yang selalu memandang sinis dan menyalahkan Anisa atas kondisi kesehatan yang dialaminya selama kehamilan.Sejak kejadian pendarahan itu, Anisa banyak menghabiskan waktu di rumah dan terpaksa meninggalkan beberapa pekerjaan sampingan yang dulu sering ia lakukan. Ia kini lebih fokus menjaga kehamilannya, meskipun terkadang ia merasa kehilangan kegiatan yang dulu mengisi harinya. Arya selalu berusaha menghiburnya, namun tak bisa dipungkiri bahwa kondisi mereka semakin terasa sulit dan melelahkan.Pada suatu sore, ketika Arya tengah menyiapkan makanan untuk Anisa di dapur, ponselnya berdering. Itu adalah telepon dari ibunya."Arya, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Bayangan Kelam   Di Tengah Derita

    Pagi itu, Anisa terbangun dengan perasaan lebih lega setelah dukungan Arya malam sebelumnya. Namun, bayangan tentang tekanan yang ia alami dari keluarga Arya tetap menghantuinya. Apalagi saat mengingat peristiwa pendarahan yang hampir saja merenggut kebahagiaannya menjadi calon ibu.Anisa memandang keluar jendela, melihat sinar matahari yang perlahan menerangi kota. Ia sadar, dirinya tak bisa terus-menerus terpuruk. Dalam hati, ia bertekad untuk menjadi lebih kuat demi bayi yang dikandungnya, meski dukungan dari keluarga Arya terasa berat untuk didapatkan.Di sisi lain, Arya sedang menyiapkan sarapan di dapur. Ia ingin memberikan perhatian ekstra pada Anisa, terlebih setelah kejadian-kejadian terakhir yang menimpa mereka. Ia ingin Anisa merasa diperhatikan dan dicintai, agar semangatnya kembali pulih.Ketika Anisa melangkah masuk ke dapur, Arya tersenyum lebar. “Selamat pagi, sayang. Sarapan spesial untuk istri tercinta hari ini,” ujarnya sambil menyiapkan secangkir teh hangat untuk A

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Bayangan Kelam   Secercah Harapan

    Pagi itu, sinar matahari menyelusup melalui celah-celah tirai kamar. Anisa membuka matanya dengan perasaan yang sedikit lega setelah hari-hari yang melelahkan. Semalam ia memutuskan untuk melepaskan semua beban pikiran dan mulai mengisi harinya dengan harapan baru. Arya masih tertidur di sampingnya, dengan wajah yang tampak damai. Anisa tersenyum, menyadari betapa beruntungnya ia memiliki seseorang seperti Arya yang selalu ada di sisinya, walau banyak cobaan yang menghampiri.Setelah berdiam sejenak, Anisa memutuskan untuk bangkit lebih dulu. Ia melangkah perlahan ke dapur, menyiapkan sarapan kecil untuk mereka. Saat ia sedang menggoreng telur, Arya tiba-tiba muncul dari belakang dan memeluknya. Kehangatan pelukan Arya seolah memberinya energi tambahan."Selamat pagi, Sayang," Arya membisikkan dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur."Selamat pagi juga," jawab Anisa sambil tersenyum. "Kamu tidur nyenyak?"Arya mengangguk. "Lebih nyenyak setelah melewati hari kemarin denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Bayangan Kelam   Bab 59

    Anisa terbaring lemah di rumah sakit. Pandangannya kosong, menatap langit-langit ruangan yang terasa sunyi. Kabar kegugurannya begitu menghantamnya dengan keras, membuat hatinya hancur dan tubuhnya terasa lelah. Sementara itu, Arya berdiri di sampingnya, namun sikapnya terlihat dingin. Tidak ada kata-kata penghiburan yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan datar yang seolah-olah menyalahkan Anisa atas apa yang terjadi. Ketika ibunya datang, bukannya memberi dukungan, justru cemoohan yang keluar dari mulutnya. "Kamu ini perempuan macam apa, sampai nggak bisa menjaga kandungan sendiri," ucapnya dengan nada penuh kemarahan. "Bagaimana Arya bisa punya masa depan dengan istri seperti kamu?" Anisa hanya bisa diam. Hatinya teriris mendengar kata-kata kasar itu, terlebih di saat ia merasa sangat rapuh dan membutuhkan dukungan. Ia mencoba menahan air matanya, namun tidak bisa. Rasa sakit yang ia alami, baik fisik maupun batin, begitu menyesakkan. "Maaf, Bu. Saya tidak bermaksud seperti i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Bayangan Kelam   Jarak Nyata

    Hari-hari berlalu, dan Anisa mulai menyadari bahwa Arya semakin berbeda. Sikapnya yang dulu penuh perhatian kini terasa dingin dan berjarak. Tidak ada lagi canda ringan di pagi hari atau pelukan hangat sebelum tidur. Sebaliknya, Arya lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah, entah dengan alasan pekerjaan atau sekadar "butuh udara segar."Anisa mencoba mencari penjelasan, meskipun hatinya merasa takut dengan apa yang mungkin ia temukan. Di meja makan suatu malam, Anisa mengumpulkan keberanian untuk bertanya."Arya, akhir-akhir ini kamu kelihatan sibuk banget. Apa ada yang terjadi?" tanyanya dengan nada hati-hati.Arya mendongak dari piringnya, lalu menghela napas panjang. "Nggak ada apa-apa, Nis. Aku cuma lagi banyak pikiran," jawabnya singkat, tanpa ekspresi.“Tapi aku merasa kamu semakin jauh,” ujar Anisa, suaranya sedikit bergetar.Arya menaruh sendoknya dengan sedikit kasar di atas meja. "Aku cuma butuh waktu, Anisa. Jangan terlalu menekan aku," ucapnya tegas, membuat Anisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Bayangan Kelam   Retaknya Hubungan

    Waktu terus berlalu, tetapi luka di hati Anisa semakin menganga. Sikap Arya yang semakin dingin, ditambah tekanan dari ibu mertuanya, membuat Anisa merasa seperti tidak memiliki tempat di dunia ini. Hubungannya dengan Arya seperti berada di ujung tanduk, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana memperbaikinya.Suatu malam, ketika Anisa mencoba menyiapkan makan malam spesial untuk Arya, lelaki itu pulang dengan wajah muram. Anisa menyambutnya dengan senyuman kecil, meskipun dalam hati ia penuh kekhawatiran."Kamu pulang tepat waktu malam ini. Aku masak makanan kesukaanmu," ujar Anisa, berusaha terdengar ceria.Arya hanya mengangguk tanpa ekspresi. "Aku nggak lapar," jawabnya singkat, lalu langsung menuju kamar tanpa menghiraukan Anisa yang berdiri terpaku di ruang makan.Anisa mengepalkan tangannya di sisi meja, berusaha menahan air mata. Ia telah menghabiskan waktu seharian untuk membuat makan malam itu, berharap bisa memperbaiki hubungan mereka, tetapi usahanya kembali sia-sia.Setelah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

  • Bayangan Kelam   Bab 101

    Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut."Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be

  • Bayangan Kelam   Bab 100

    Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-

  • Bayangan Kelam   Bab 99

    Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An

  • Bayangan Kelam   Bab 98

    Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y

  • Bayangan Kelam   Bab 97

    Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin

  • Bayangan Kelam   Bab 96

    Anisa duduk di kursi kereta yang empuk, menatap pemandangan luar jendela yang bergerak cepat. Pikirannya masih berkecamuk dengan segala yang telah terjadi. Meski tubuhnya berada di dalam kereta, hatinya masih terbelenggu oleh bayang-bayang masa lalu. Malik, perpisahan, kesedihan, dan luka yang seolah tak pernah sembuh.Namun, kali ini, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Udara di luar sana terasa segar, dan setiap pemandangan yang ia lihat melalui jendela mengingatkan bahwa dunia ini jauh lebih luas dari yang pernah ia bayangkan. Perjalanan ini, meskipun terasa sepi, memberi Anisa rasa kebebasan yang telah lama ia dambakan.Kereta terus melaju, membawa Anisa menuju kota baru dan kehidupan baru yang penuh dengan kemungkinan yang belum terbuka. Namun, meskipun ada rasa harapan dalam hatinya, ada juga ketakutan. Takut jika langkah ini malah membawanya ke jalan yang lebih sunyi, lebih sepi daripada yang ia tinggalkan.“Ini hanya langkah awal,” Anisa bergumam, mencoba menenangkan diri. “Ak

  • Bayangan Kelam   Bab 95

    Hari-hari berlalu dengan ritme yang lambat namun pasti. Anisa mencoba menjalani hidup seperti biasa, tetapi setiap sudut rumah, setiap jejak langkah, dan setiap kenangan kecil tentang masa lalunya bersama Malik terus menghantuinya. Meskipun ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen di mana rasa sakit datang tiba-tiba, menyeretnya kembali ke dalam jurang kesedihan.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil menatap cangkir kopinya yang sudah dingin. Pikirannya melayang pada surat yang ditinggalkan Malik beberapa waktu lalu. Kata-kata penyesalan dari mantan suaminya membuat hati Anisa terasa campur aduk. Ia ingin melupakan, tapi sulit untuk memaafkan.“Anisa, sampai kapan kamu akan seperti ini?” gumamnya pada diri sendiri. Ia tahu bahwa menyimpan dendam atau sakit hati hanya akan memperburuk keadaan.Di tengah kegalauannya, Roy terus hadir dalam hidup Anisa, meski ia tidak memaksa. Roy paham bahwa Anisa butuh waktu untuk pulih, dan ia memilih menjadi pendengar yang baik.Suatu so

  • Bayangan Kelam   Bab 94

    Hari-hari berlalu dengan lambat bagi Anisa. Meskipun ia sudah memulai langkah kecil untuk melanjutkan hidup, bayangan masa lalunya dengan Malik masih sering menghantui.Setiap sudut rumah menyimpan kenangan, tawa, tangis, hingga pertengkaran terakhir yang berakhir dengan perceraian.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Ia merenung, mencoba menerima kenyataan bahwa hidupnya kini telah berubah. Ia bukan lagi istri Malik, bukan lagi calon ibu yang penuh harapan. Ia hanyalah seorang wanita yang mencoba berdiri di tengah reruntuhan hidupnya.Anisa akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Malik. Meski hatinya berat, ia merasa ada tanggung jawab yang belum selesai. Ia ingin mengucapkan terima kasih sekaligus berpamitan dengan mereka.Ketika tiba di depan rumah keluarga Malik, pintu terbuka dan ibu Malik menyambutnya dengan ekspresi terkejut. “Anisa? Kamu datang?”Anisa mengangguk pelan. “Iya, Bu. Saya ingin berpamitan. Saya piki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status