Share

Bayang-bayang Mafia
Bayang-bayang Mafia
Penulis: Aat

Awal yang Kelam

Penulis: Aat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 23:42:13

Di malam yang dingin itu, hujan deras mengguyur kota, membuat suasana kelam yang menyelimuti setiap sudut jalan di salah satu kota, di San Fransisco. Suara sirene polisi dan deru mesin kendaraan roda empat membaur menjadi satu, menciptakan simfoni kegelisahan yang menyelimuti seorang pemuda di tepi jalan tersebut. Dia berdiri diam ditempatnya, tanpa berniat beranjak dari sana, matanya menatap kosong ke arah tempat di mana hidupnya berubah 180 derajat.

....

Lima bulan yang lalu, Rafael Santoro hanya seorang masih mahasiswa biasa, dengan impiannya yang sederhana bercita-cita untuk menjadi desainer grafis. Tetapi semua mimpi itu hancur dalam sekejap mata. Ketika ayahnya, yang tiba-tiba saja, ditemukan tewas dalam baku tembak di belakang bar yang biasa ayahnya kunjungin. Sejak saat itu, kemarahan dan rasa kehilangan menggerogoti jiwanya seperti hama yang tak terhindarkan.

Rafael sangatmengingat dengan jelas hari itu—hari ketika ia menerima telepon dari ibunya. Suara panik ibunya, yang penuh akan isak tangis, masih terngiang di telinganya.

"Rafael, ayahmu... hiks... ayahmu...dia... sudah tiada." Kalimat itu, kalimat yang seolah-olah menjadi mantra yang menghantui di setiap langkahnya.

Rasa sakit yang membuatnya tidak bisa tidur, bahkan tidak nafsu makan. Dalam hatinya, hanya satu hal yang dapat Rafael rasakan yakni, keinginan untuk membalas dendam.

Dia berdiri di depan cermin, menatap bayangan di depannya. Dalam bayangan itu, dia telah melihat seorang pemuda yang telah berubah, seorang pemuda yang tidak lagi bisa mengabaikan panggilan darahnya, dan seorang pemuda yang harus membuang jauh mimpinya.

Dalam hatinya, dia tahu bahwa jalan satu-satunya yang bisa membuatnya menghadapi kematian ayahnya, ialah hanya dengan dia masuk ke dalam dunia yang telah merenggut ayahnya tersebut, dua yang selama ini ayahnya gandrungin. Dia harus menjadi bagian dari mafia.

Dengan langkah yang mantap, Rafael melangkah menuju bar tempat dimana ayahnya dibunuh. Setiap langkah kakinya terasa berat, dipenuhi dengan bayangan bagaimana pekelahian ayahnya dimata itu, yang menjadi memori buruk dalam dirinya. Dia merasa seolah-olah ia bisa mendengar rasa sakit ayahnya di malam itu, teriakan putus asa ayahnya ketika mendapat pukulan, dengan nafas berat ia berdiri di depan bar menatap dengan jelas bangunan di depannya.

Setibanya di dalam bar, ia merasa suasana di ditempat itu agak pengap, tempat yang penuh sesak dan bising akan suara musik yang dimainkan.

Matanya mengarah ke setiap sudut bar, matanya berhenti mencari ketika dia melihat seorang pria bertato di sekujur tubuhnya— Vincenzo Marino, dia lah yant Rafael cari, bos mafia yang dikenal kejam di San Fransisco. Rafael menarik nafasnya untuk meredakan ketegangannya, dia tahu bahwa tidak bisa mundur. Dia harus melakukan ini. Dia harus mendapatkan informasi tentang siapa yang membunuh ayahnya.

“Rafael Santoro,” dia memperkenalkan diri dengan suara bergetar di depan boss mafia itu, sangat berusaha keras untuk terdengar percaya diri. “Saya di sini, untuk berbicara denganmu tuan."

Vincenzo mengangkat alisnya, menatap pemuda di depannya dengan remeh, sangat tidak terkesan. “Apa yang membuatmu berpikir, bahwa aku mau membuang waktuku dengan bocah sepertimu?”

Rafael menelan ludah mendengar perkataanya, tetapi dia tidak mundur. “Saya ingin bergabung menjadi anggotamu. Saya ingin belajar menjadi mafia.”

Vincenzo tertawa pelan mendengar penjelasannya, tawa yang terasa dingin dan menusuk. “Belajar? Menjadi mafia? hahahahaha. Anak muda, di sini tidak ada namanya belajar, di sini hanya ada cara bertahan untuk hidup atau mati.”

Rafael merasakan badannya menegang. Dia tahu bahwa keputusannya akan dia ambil kali ini bisa mengubah segalanya, hidupnya. Namun, kemarahan dan rasa kehilangan yang menggerogoti di hatinya memberinya keberanian yang tidak terduga.

“Jika itu yang harus saya lakukan untuk mendapatkan keadilan, maka saya siap,” kata Rafael dengan tegas, menatap mata Vincenzo dengan berani.

Vincenzo membalas menatapnya, seolah-olah sedang menilai Rafael sejenak, seolah mencari sesuatu di dalam diri pemuda itu. Pada akhirnya, dia mengangguk. “Baiklah jika itu maumu. Kita lihat seberapa besar keberanianmu untuk bertahan.”

Rafael tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa kembali. Dalam benaknya, bayangan ayahnya menghilang, dan hanya satu pikiran yang tersisa—balas dendam adalah satu-satunya jalan untuk menemukan keadilan untuk ayahnya..

Malam itu, hujan terus turun, seolah menghapus jejak-jejak masa lalu. Tetapi bagi Rafael, ini adalah awal yang kelam, langkah untuknya menuju kegelapan yang lebih dalam.

Bab terkait

  • Bayang-bayang Mafia   1. Warisan Gelap

    Rafael terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi yang selalu datang setiap malam, tadi kembali menghantuinya—mimpi tentang hari ketika ayahnya dibunuh. Rafael sangat mengingat dengan jelas setiap detik didalam mimpi itu, yang membuat pikiran tak karuan. Dia berusaha mengalihkan pikirannya, tetapi bayangan wajah ayahnya, penuh luka dan darah, terus mengganggu ketenangannya. Dia tidak bisa melupakan setiap mimpi itu, dan kini, mimpinya menjadi pengingat betapa berbahayanya jalan yang telah ia pilih.Setelah menghabiskan beberapa jam tanpa tidur, Rafael memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Pagi ini, dia merasa ada sesuatu yang harus dia lakukan. Keluarganya, meski sudah hancur, masih menyimpan kenangan yang berharga. Dia harus menggali lebih dalam, mencari tahu siapa ayahnya sebenarnya dan apa yang telah dilakukannya selama ini dalam organisasi tersebut.Rafael berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Ruangan itu dipenuhi deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   2. Bergabung dengan Kegelapan

    Rafael berjalan dengan cepat menjauhi gedung tua itu, hujan mulai mengguyur kota, tetapi tidak ada yang bisa menghentikan badai yang bergolak dalam dirinya. Ketika dia berlari, pikirannya dipenuhi dengan bayangan ayahnya dan kata-kata Vincenzo Marino yang terus menggema. Sementara Rafael menyusuri jalanan yang basah, di tempat lain, Vincenzo duduk di ruang bawah tanah bar miliknya, dikelilingi oleh para pengikut setianya. Dia memeriksa dokumen-dokumen yang tergeletak di meja, memastikan bahwa semua transaksi berjalan sesuai rencana. Vincenzo tahu bahwa ancaman dari kelompok mafia musuh semakin tinggi, dan dalam dunia mafia, kelemahan tidak pernah bisa ditoleransi. Vincenzo mengingat pertemuannya dengan Rafael di bar beberapa malam yang lalu. Dia melihat potensi dalam pemuda itu—sebuah keberanian yang bisa menjadi aset, atau malah kebodohan yang bisa membawa malapetaka. Keduanya bisa menjadi alat untuknya. Dia tidak bisa membiarkan Rafael terjebak dalam permainan yang lebih besar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   3. Uji Coba

    Rafael mengikuti Vincenzo ke ruangan yang dalam di bar, di mana dapat dilihatnya beberapa anggota mafia lain berkumpul. Suasana di dalam ruangan agak tegang; semua orang tampak serius, mereka berbicara dalam yang bisikan rendah. Rafael melihat sekeliling, merasakan aura kekuasaan yang menyelimuti tempat itu. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa tertekan oleh realitas baru yang dihadapinya. “Duduk,” kata Vincenzo, menunjuk ke sebuah kursi di tengah ruangan. Rafael mengangguk dan mengambil tempa duduk itu. Anggota mafia lainnya menatapnya dengan rasa curiga. Dia menyadari bahwa dia harus membuktikan dirinya di hadapan mereka. Vincenzo berdiri di depan semua orang, menarik perhatian mereka. “Teman-teman, ini Rafael Santoro. Dia ingin bergabung dengan kita. Namun, sebelum kita membuat keputusan, dia harus melewati ujian.” “Ujian?” tanya salah satu anggota, seorang pria besar dengan tato ular yang melilit pedang di lengan. “Apa yang bisa dia lakukan?” Vincenzo tersenyum sinis. “Ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   4. Pertemuan Tak Terduga

    Suasana di bar terasa tegang, saat Rafael dan informan itu masuk. Semua mata segera tertuju pada mereka, dan Rafael merasakan beratnya tatapan para anggota mafia yang mengelilinginya. Rafael melangkah ke sebuah ruangan. Di sudut ruangan, Vincenzo sedang duduk menunggu kedatantannya, ekspresinya sulit dibaca oleh Rafael. Rafael tahu bahwa ini adalah momen penting—dia harus menunjukkan bahwa dia pantas berada diposisi yang sekarang. “Rafael!” Vincenzo memanggilnya, suaranya dalam dan menggelegar di antara bisikan para pengunjung bar. “Kau berhasil membawa informan itu?” Rafael mengangguk, berusaha menahan ketegangan dihatinya. “Ya, dia di sini. Dia punya informan penting yang sedang kita cari.” Vincenzo melangkah maju, matanya mengamati informan yang tampak ketakutan. “Siapa namamu?” tanyanya tajam. “Luis,” jawab informan itu, suaranya bergetar. “Saya... saya hanya ingin hidup.” Vincenzo tersenyum sinis. “Kau akan hidup, Luis, jika kau memberi kami informasi yang kami butuhk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   5. Jejak Kegelapan

    “Luis, kau bisa menjelaskan di sini,” Vincenzo berkata, mempersilakan Luis untuk berbicara setelah mereka kembali ke bar. Luis tampak cemas, tetapi dia tahu bahwa inilah saatnya untuk mengungkapkan semua yang dia ketahui. “Saya mendengar bahwa Marco sedang merencanakan sesuatu yang besar. Dia bertemu dengan kelompok musuh di tempat penyimpanan di pinggir kota. Mereka berbicara tentang serangan besar.” Mendengar ini, Rafael merasakan kebingungan. “Kenapa dia melakukan ini? Dia seharusnya menjadi bagian dari kita,” katanya, suaranya penuh kebingungan. Vincenzo memandang Rafael dengan serius. “Di dunia ini, loyalitas bisa dibeli dengan mudah. Marco mungkin berpikir bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak kekuasaan dengan beralih ke pihak lain.” Rafael merasa hatinya bergetar. Dia tidak ingin percaya bahwa Marco, yang pernah menjadi teman dan pelindung ayahnya, kini berkhianat. “Kita harus menghentikannya sebelum terlambat,” katanya, berusaha menahan emosi yang meluap. “Setuju

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   6. Kebenaran yang Terungkap

    Mobil meluncur cepat di jalanan gelap, menghindari lampu-lampu kota yang berkilauan. Rafael merasakan ketegangan di dalam dirinya. Mereka berhasil melarikan diri dari tempat penyimpanan, tetapi ancaman Marco dan kelompok musuh masih membayangi mereka. Dalam perjalanan kembali ke bar, Rafael berusaha mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Setibanya di bar, suasana terasa mencekam. Para anggota mafia lainnya menunggu, wajah-wajah mereka penuh kecemasan. Vincenzo berdiri di tengah, matanya tajam menatap Rafael dan kelompoknya. “Apakah kalian berhasil mendapatkan bukti?” tanya Vincenzo, suaranya dalam dan berwibawa. Rafael menggelengkan kepala. “Kami tidak mendapatkan bukti konkret, tetapi kami mendengar percakapan tentang rencana Marco. Dia sedang merencanakan serangan besar.” “Serangan besar? Apa yang dimaksud dengan itu?” Vincenzo bertanya, suaranya penuh perhatian. “Dia bekerja sama dengan kelompok musuh. Mereka merencanakan sesuatu yang bisa menghancurkan kita,” j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Bayang-bayang Mafia   6. Kebenaran yang Terungkap

    Mobil meluncur cepat di jalanan gelap, menghindari lampu-lampu kota yang berkilauan. Rafael merasakan ketegangan di dalam dirinya. Mereka berhasil melarikan diri dari tempat penyimpanan, tetapi ancaman Marco dan kelompok musuh masih membayangi mereka. Dalam perjalanan kembali ke bar, Rafael berusaha mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Setibanya di bar, suasana terasa mencekam. Para anggota mafia lainnya menunggu, wajah-wajah mereka penuh kecemasan. Vincenzo berdiri di tengah, matanya tajam menatap Rafael dan kelompoknya. “Apakah kalian berhasil mendapatkan bukti?” tanya Vincenzo, suaranya dalam dan berwibawa. Rafael menggelengkan kepala. “Kami tidak mendapatkan bukti konkret, tetapi kami mendengar percakapan tentang rencana Marco. Dia sedang merencanakan serangan besar.” “Serangan besar? Apa yang dimaksud dengan itu?” Vincenzo bertanya, suaranya penuh perhatian. “Dia bekerja sama dengan kelompok musuh. Mereka merencanakan sesuatu yang bisa menghancurkan kita,” j

  • Bayang-bayang Mafia   5. Jejak Kegelapan

    “Luis, kau bisa menjelaskan di sini,” Vincenzo berkata, mempersilakan Luis untuk berbicara setelah mereka kembali ke bar. Luis tampak cemas, tetapi dia tahu bahwa inilah saatnya untuk mengungkapkan semua yang dia ketahui. “Saya mendengar bahwa Marco sedang merencanakan sesuatu yang besar. Dia bertemu dengan kelompok musuh di tempat penyimpanan di pinggir kota. Mereka berbicara tentang serangan besar.” Mendengar ini, Rafael merasakan kebingungan. “Kenapa dia melakukan ini? Dia seharusnya menjadi bagian dari kita,” katanya, suaranya penuh kebingungan. Vincenzo memandang Rafael dengan serius. “Di dunia ini, loyalitas bisa dibeli dengan mudah. Marco mungkin berpikir bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak kekuasaan dengan beralih ke pihak lain.” Rafael merasa hatinya bergetar. Dia tidak ingin percaya bahwa Marco, yang pernah menjadi teman dan pelindung ayahnya, kini berkhianat. “Kita harus menghentikannya sebelum terlambat,” katanya, berusaha menahan emosi yang meluap. “Setuju

  • Bayang-bayang Mafia   4. Pertemuan Tak Terduga

    Suasana di bar terasa tegang, saat Rafael dan informan itu masuk. Semua mata segera tertuju pada mereka, dan Rafael merasakan beratnya tatapan para anggota mafia yang mengelilinginya. Rafael melangkah ke sebuah ruangan. Di sudut ruangan, Vincenzo sedang duduk menunggu kedatantannya, ekspresinya sulit dibaca oleh Rafael. Rafael tahu bahwa ini adalah momen penting—dia harus menunjukkan bahwa dia pantas berada diposisi yang sekarang. “Rafael!” Vincenzo memanggilnya, suaranya dalam dan menggelegar di antara bisikan para pengunjung bar. “Kau berhasil membawa informan itu?” Rafael mengangguk, berusaha menahan ketegangan dihatinya. “Ya, dia di sini. Dia punya informan penting yang sedang kita cari.” Vincenzo melangkah maju, matanya mengamati informan yang tampak ketakutan. “Siapa namamu?” tanyanya tajam. “Luis,” jawab informan itu, suaranya bergetar. “Saya... saya hanya ingin hidup.” Vincenzo tersenyum sinis. “Kau akan hidup, Luis, jika kau memberi kami informasi yang kami butuhk

  • Bayang-bayang Mafia   3. Uji Coba

    Rafael mengikuti Vincenzo ke ruangan yang dalam di bar, di mana dapat dilihatnya beberapa anggota mafia lain berkumpul. Suasana di dalam ruangan agak tegang; semua orang tampak serius, mereka berbicara dalam yang bisikan rendah. Rafael melihat sekeliling, merasakan aura kekuasaan yang menyelimuti tempat itu. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa tertekan oleh realitas baru yang dihadapinya. “Duduk,” kata Vincenzo, menunjuk ke sebuah kursi di tengah ruangan. Rafael mengangguk dan mengambil tempa duduk itu. Anggota mafia lainnya menatapnya dengan rasa curiga. Dia menyadari bahwa dia harus membuktikan dirinya di hadapan mereka. Vincenzo berdiri di depan semua orang, menarik perhatian mereka. “Teman-teman, ini Rafael Santoro. Dia ingin bergabung dengan kita. Namun, sebelum kita membuat keputusan, dia harus melewati ujian.” “Ujian?” tanya salah satu anggota, seorang pria besar dengan tato ular yang melilit pedang di lengan. “Apa yang bisa dia lakukan?” Vincenzo tersenyum sinis. “Ki

  • Bayang-bayang Mafia   2. Bergabung dengan Kegelapan

    Rafael berjalan dengan cepat menjauhi gedung tua itu, hujan mulai mengguyur kota, tetapi tidak ada yang bisa menghentikan badai yang bergolak dalam dirinya. Ketika dia berlari, pikirannya dipenuhi dengan bayangan ayahnya dan kata-kata Vincenzo Marino yang terus menggema. Sementara Rafael menyusuri jalanan yang basah, di tempat lain, Vincenzo duduk di ruang bawah tanah bar miliknya, dikelilingi oleh para pengikut setianya. Dia memeriksa dokumen-dokumen yang tergeletak di meja, memastikan bahwa semua transaksi berjalan sesuai rencana. Vincenzo tahu bahwa ancaman dari kelompok mafia musuh semakin tinggi, dan dalam dunia mafia, kelemahan tidak pernah bisa ditoleransi. Vincenzo mengingat pertemuannya dengan Rafael di bar beberapa malam yang lalu. Dia melihat potensi dalam pemuda itu—sebuah keberanian yang bisa menjadi aset, atau malah kebodohan yang bisa membawa malapetaka. Keduanya bisa menjadi alat untuknya. Dia tidak bisa membiarkan Rafael terjebak dalam permainan yang lebih besar d

  • Bayang-bayang Mafia   1. Warisan Gelap

    Rafael terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi yang selalu datang setiap malam, tadi kembali menghantuinya—mimpi tentang hari ketika ayahnya dibunuh. Rafael sangat mengingat dengan jelas setiap detik didalam mimpi itu, yang membuat pikiran tak karuan. Dia berusaha mengalihkan pikirannya, tetapi bayangan wajah ayahnya, penuh luka dan darah, terus mengganggu ketenangannya. Dia tidak bisa melupakan setiap mimpi itu, dan kini, mimpinya menjadi pengingat betapa berbahayanya jalan yang telah ia pilih.Setelah menghabiskan beberapa jam tanpa tidur, Rafael memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Pagi ini, dia merasa ada sesuatu yang harus dia lakukan. Keluarganya, meski sudah hancur, masih menyimpan kenangan yang berharga. Dia harus menggali lebih dalam, mencari tahu siapa ayahnya sebenarnya dan apa yang telah dilakukannya selama ini dalam organisasi tersebut.Rafael berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Ruangan itu dipenuhi deng

  • Bayang-bayang Mafia   Awal yang Kelam

    Di malam yang dingin itu, hujan deras mengguyur kota, membuat suasana kelam yang menyelimuti setiap sudut jalan di salah satu kota, di San Fransisco. Suara sirene polisi dan deru mesin kendaraan roda empat membaur menjadi satu, menciptakan simfoni kegelisahan yang menyelimuti seorang pemuda di tepi jalan tersebut. Dia berdiri diam ditempatnya, tanpa berniat beranjak dari sana, matanya menatap kosong ke arah tempat di mana hidupnya berubah 180 derajat. .... Lima bulan yang lalu, Rafael Santoro hanya seorang masih mahasiswa biasa, dengan impiannya yang sederhana bercita-cita untuk menjadi desainer grafis. Tetapi semua mimpi itu hancur dalam sekejap mata. Ketika ayahnya, yang tiba-tiba saja, ditemukan tewas dalam baku tembak di belakang bar yang biasa ayahnya kunjungin. Sejak saat itu, kemarahan dan rasa kehilangan menggerogoti jiwanya seperti hama yang tak terhindarkan. Rafael sangatmengingat dengan jelas hari itu—hari ketika ia menerima telepon dari ibunya. Suara panik ibunya, yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status