Home / Lainnya / Bayang-bayang Mafia / 1. Warisan Gelap

Share

1. Warisan Gelap

Author: Aat
last update Last Updated: 2024-12-21 08:15:25

Rafael terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Mimpi yang selalu datang setiap malam, tadi kembali menghantuinya—mimpi tentang hari ketika ayahnya dibunuh. Rafael sangat mengingat dengan jelas setiap detik didalam mimpi itu, yang membuat pikiran tak karuan.

Dia berusaha mengalihkan pikirannya, tetapi bayangan wajah ayahnya, penuh luka dan darah, terus mengganggu ketenangannya.

Dia tidak bisa melupakan setiap mimpi itu, dan kini, mimpinya menjadi pengingat betapa berbahayanya jalan yang telah ia pilih.

Setelah menghabiskan beberapa jam tanpa tidur, Rafael memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Pagi ini, dia merasa ada sesuatu yang harus dia lakukan. Keluarganya, meski sudah hancur, masih menyimpan kenangan yang berharga. Dia harus menggali lebih dalam, mencari tahu siapa ayahnya sebenarnya dan apa yang telah dilakukannya selama ini dalam organisasi tersebut.

Rafael berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Ruangan itu dipenuhi dengan barang-barang yang menyimpan cerita—foto lama, dokumen, dan barang-barang pribadi milik ayahnya.

Matanya melirik ke arah meja dan membuka laci meja kerja itu yang sudah berdebu. Rafael menemukan sebuah kotak kecil berisi surat-surat tua dan foto-foto. Dalam salah satu foto, dia melihat ayahnya berdiri di samping seorang pria bertato, tersenyum lebar. Mereka tampak seperti sahabat, tetapi Rafael tahu bahwa dunia ini penuh dengan pengkhianatan. Persahabatan? Haha konyol sekali, bagaimana dunia gelap seperti itu punya arti persahabatan, pikirnya.

Dengan hati-hati, Rafael membolak-balik surat-surat yang didapatnya. Banyak di antaranya adalah dokumen bisnis yang tampaknya sah, tetapi ada juga catatan yang menjelaskan transaksi gelap dan nama-nama yang tidak dikenal. Setiap lembar yang dia baca semakin menambah rasa curiga dan ketidakpastian dalam dirinya. Siapa saja yang terlibat dalam dunia gelap ini?

Satu nama menarik perhatian Rafael—Vincenzo Marino. Nama itu muncul berulang kali dalam catatan ayahnya, dan dia merasa ada sesuatu yang lebih dalam hubungan mereka. Mungkin Vincenzo tahu lebih banyak tentang kematian ayahnya daripada yang dia sendiri ketahui. Rafael merasa perlu meneliti lebih lanjut.

Setelah beberapa jam mencari, Rafael menemukan sebuah alamat yang ditulis tangan di sudut salah satu dokumen. Itu adalah alamat sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat di mana banyak transaksi ilegal terjadi. Rafael tahu bahwa dia harus pergi ke sana. Meskipun ketakutan menyelimuti hatinya, rasa ingin tahunya lebih kuat. Dia tidak bisa membiarkan misteri ini lenyap begitu saja.

Setelah berpakaian, Rafael keluar dari rumah dan menuju ke alamat gudang tua tersebut. Jalanan kota yang basah bekas hujan membuatnya merasa waspada, tetapi dia menekan rasa takutnya. Setiap langkahnya terasa berat, tetapi dia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil untuk menemukan kebenaran.

Sesampainya di gudang, Rafael mengamati sekelilingnya. Bangunan itu terlihat kumuh dan layak untuk ditinggalkan, tetapi suara gaduh di dalamnya menunjukkan bahwa ada kehidupan di sana. Dengan hati-hati, dia mendekati pintu dan mengintip ke dalam. Beberapa pria berkumpul, berbicara dengan nada keras dan penuh ketegangan. Rafael dapat melihat dari cara mereka berpakaian bahwa mereka mungkin adalah anggota mafia.

Dia menahan napas dan mencoba mendengar percakapan mereka. Salah satu pria itu, dengan suara berat, berbicara tentang pengiriman senjata dan transaksi yang akan datang. Rafael berusaha mencatat setiap detail informasi yang dia dapat.

Tiba-tiba, seorang pria dengan mata tajam, pria yang sama yang dia lihat di bar malam lalu—Vincenzo Marino—masuk ke dalam ruangan. Suasana di tempat itu langsung berubah. Semua orang terdiam, menatap Vincenzo dengan penuh hormat. Rafael merasa terjebak lebih tertarik dengan apa yang ada di sana.

Mata vincenzo menyapu seluruh orang dengan tatapan tajamnya. Dia terdiam sejenak lalu mulai berbicara, suaranya membuat semua orang tertunduk. “Kita tidak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut. Kita harus menyelesaikan apa yang dimulai. Siapa pun yang mengkhianati kita, akan membayarnya.”

Rafael merasa tertegun, sepertinya ia harus segera pergi sebelum ketahuan. Dengan hati-hati, dia mundur menjauh dari pintu, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ketika dia hampir sampai di sudut, langkahnya terhenti saat dia mendengar nama ayahnya disebutkan.

“Dia bodoh. Dia selalu berusaha melindungi anaknya. Tapi itu tidak ada artinya sekarang."

Rafael merasa seolah dunia di sekelilingnya runtuh. Kata-kata Vincenzo seperti pisau yang tajam, menusuk hatinya. Dia menyadari sekarang, ternyara ayahnya tidak hanya dibunuh— tapi juga dikhianati. Semua pertanyaan yang menggelayuti pikirannya kini mulai menemukan jawaban.

dia menampar tembok di sampingnya dan berlari menjauh, meninggalkan gudang dengan cepat, pikirannya kacau saat ini Rasa marah dan kesedihan menyatu menjadi satu, kenangan tentang ayahnya muncul di pikirannya, mendorongnya agar terus menyelesaikan kasus ini. Dia tidak bisa membiarkan kematian ayahnya sia-sia. Dia harus mencari kebenaran dan melindungi apa yang tersisa dari keluarganya, meskipun jalan di depan penuh dengan kegelapan.

Rafael tahu bahwa ini baru permulaan. Dia terjebak dalam perang yang lebih besar dari yang dia bayangkan, dan dia tidak akan mundur. Dengan setiap langkah, dia semakin dekat untuk mengungkap rahasia yang selama ini tersembunyi, dan dia berjanji pada dirinya sendiri—dia akan membalas dendam.

Related chapters

  • Bayang-bayang Mafia   2. Bergabung dengan Kegelapan

    Rafael berjalan dengan cepat menjauhi gedung tua itu, hujan mulai mengguyur kota, tetapi tidak ada yang bisa menghentikan badai yang bergolak dalam dirinya. Ketika dia berlari, pikirannya dipenuhi dengan bayangan ayahnya dan kata-kata Vincenzo Marino yang terus menggema. Sementara Rafael menyusuri jalanan yang basah, di tempat lain, Vincenzo duduk di ruang bawah tanah bar miliknya, dikelilingi oleh para pengikut setianya. Dia memeriksa dokumen-dokumen yang tergeletak di meja, memastikan bahwa semua transaksi berjalan sesuai rencana. Vincenzo tahu bahwa ancaman dari kelompok mafia musuh semakin tinggi, dan dalam dunia mafia, kelemahan tidak pernah bisa ditoleransi. Vincenzo mengingat pertemuannya dengan Rafael di bar beberapa malam yang lalu. Dia melihat potensi dalam pemuda itu—sebuah keberanian yang bisa menjadi aset, atau malah kebodohan yang bisa membawa malapetaka. Keduanya bisa menjadi alat untuknya. Dia tidak bisa membiarkan Rafael terjebak dalam permainan yang lebih besar d

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   3. Uji Coba

    Rafael mengikuti Vincenzo ke ruangan yang dalam di bar, di mana dapat dilihatnya beberapa anggota mafia lain berkumpul. Suasana di dalam ruangan agak tegang; semua orang tampak serius, mereka berbicara dalam yang bisikan rendah. Rafael melihat sekeliling, merasakan aura kekuasaan yang menyelimuti tempat itu. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa tertekan oleh realitas baru yang dihadapinya. “Duduk,” kata Vincenzo, menunjuk ke sebuah kursi di tengah ruangan. Rafael mengangguk dan mengambil tempa duduk itu. Anggota mafia lainnya menatapnya dengan rasa curiga. Dia menyadari bahwa dia harus membuktikan dirinya di hadapan mereka. Vincenzo berdiri di depan semua orang, menarik perhatian mereka. “Teman-teman, ini Rafael Santoro. Dia ingin bergabung dengan kita. Namun, sebelum kita membuat keputusan, dia harus melewati ujian.” “Ujian?” tanya salah satu anggota, seorang pria besar dengan tato ular yang melilit pedang di lengan. “Apa yang bisa dia lakukan?” Vincenzo tersenyum sinis. “Ki

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   4. Pertemuan Tak Terduga

    Suasana di bar terasa tegang, saat Rafael dan informan itu masuk. Semua mata segera tertuju pada mereka, dan Rafael merasakan beratnya tatapan para anggota mafia yang mengelilinginya. Rafael melangkah ke sebuah ruangan. Di sudut ruangan, Vincenzo sedang duduk menunggu kedatantannya, ekspresinya sulit dibaca oleh Rafael. Rafael tahu bahwa ini adalah momen penting—dia harus menunjukkan bahwa dia pantas berada diposisi yang sekarang. “Rafael!” Vincenzo memanggilnya, suaranya dalam dan menggelegar di antara bisikan para pengunjung bar. “Kau berhasil membawa informan itu?” Rafael mengangguk, berusaha menahan ketegangan dihatinya. “Ya, dia di sini. Dia punya informan penting yang sedang kita cari.” Vincenzo melangkah maju, matanya mengamati informan yang tampak ketakutan. “Siapa namamu?” tanyanya tajam. “Luis,” jawab informan itu, suaranya bergetar. “Saya... saya hanya ingin hidup.” Vincenzo tersenyum sinis. “Kau akan hidup, Luis, jika kau memberi kami informasi yang kami butuhk

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   5. Jejak Kegelapan

    “Luis, kau bisa menjelaskan di sini,” Vincenzo berkata, mempersilakan Luis untuk berbicara setelah mereka kembali ke bar. Luis tampak cemas, tetapi dia tahu bahwa inilah saatnya untuk mengungkapkan semua yang dia ketahui. “Saya mendengar bahwa Marco sedang merencanakan sesuatu yang besar. Dia bertemu dengan kelompok musuh di tempat penyimpanan di pinggir kota. Mereka berbicara tentang serangan besar.” Mendengar ini, Rafael merasakan kebingungan. “Kenapa dia melakukan ini? Dia seharusnya menjadi bagian dari kita,” katanya, suaranya penuh kebingungan. Vincenzo memandang Rafael dengan serius. “Di dunia ini, loyalitas bisa dibeli dengan mudah. Marco mungkin berpikir bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak kekuasaan dengan beralih ke pihak lain.” Rafael merasa hatinya bergetar. Dia tidak ingin percaya bahwa Marco, yang pernah menjadi teman dan pelindung ayahnya, kini berkhianat. “Kita harus menghentikannya sebelum terlambat,” katanya, berusaha menahan emosi yang meluap. “Setuju

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   6. Kebenaran yang Terungkap

    Mobil meluncur cepat di jalanan gelap, menghindari lampu-lampu kota yang berkilauan. Rafael merasakan ketegangan di dalam dirinya. Mereka berhasil melarikan diri dari tempat penyimpanan, tetapi ancaman Marco dan kelompok musuh masih membayangi mereka. Dalam perjalanan kembali ke bar, Rafael berusaha mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Setibanya di bar, suasana terasa mencekam. Para anggota mafia lainnya menunggu, wajah-wajah mereka penuh kecemasan. Vincenzo berdiri di tengah, matanya tajam menatap Rafael dan kelompoknya. “Apakah kalian berhasil mendapatkan bukti?” tanya Vincenzo, suaranya dalam dan berwibawa. Rafael menggelengkan kepala. “Kami tidak mendapatkan bukti konkret, tetapi kami mendengar percakapan tentang rencana Marco. Dia sedang merencanakan serangan besar.” “Serangan besar? Apa yang dimaksud dengan itu?” Vincenzo bertanya, suaranya penuh perhatian. “Dia bekerja sama dengan kelompok musuh. Mereka merencanakan sesuatu yang bisa menghancurkan kita,” j

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bayang-bayang Mafia   Awal yang Kelam

    Di malam yang dingin itu, hujan deras mengguyur kota, membuat suasana kelam yang menyelimuti setiap sudut jalan di salah satu kota, di San Fransisco. Suara sirene polisi dan deru mesin kendaraan roda empat membaur menjadi satu, menciptakan simfoni kegelisahan yang menyelimuti seorang pemuda di tepi jalan tersebut. Dia berdiri diam ditempatnya, tanpa berniat beranjak dari sana, matanya menatap kosong ke arah tempat di mana hidupnya berubah 180 derajat. .... Lima bulan yang lalu, Rafael Santoro hanya seorang masih mahasiswa biasa, dengan impiannya yang sederhana bercita-cita untuk menjadi desainer grafis. Tetapi semua mimpi itu hancur dalam sekejap mata. Ketika ayahnya, yang tiba-tiba saja, ditemukan tewas dalam baku tembak di belakang bar yang biasa ayahnya kunjungin. Sejak saat itu, kemarahan dan rasa kehilangan menggerogoti jiwanya seperti hama yang tak terhindarkan. Rafael sangatmengingat dengan jelas hari itu—hari ketika ia menerima telepon dari ibunya. Suara panik ibunya, yang

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Bayang-bayang Mafia   6. Kebenaran yang Terungkap

    Mobil meluncur cepat di jalanan gelap, menghindari lampu-lampu kota yang berkilauan. Rafael merasakan ketegangan di dalam dirinya. Mereka berhasil melarikan diri dari tempat penyimpanan, tetapi ancaman Marco dan kelompok musuh masih membayangi mereka. Dalam perjalanan kembali ke bar, Rafael berusaha mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Setibanya di bar, suasana terasa mencekam. Para anggota mafia lainnya menunggu, wajah-wajah mereka penuh kecemasan. Vincenzo berdiri di tengah, matanya tajam menatap Rafael dan kelompoknya. “Apakah kalian berhasil mendapatkan bukti?” tanya Vincenzo, suaranya dalam dan berwibawa. Rafael menggelengkan kepala. “Kami tidak mendapatkan bukti konkret, tetapi kami mendengar percakapan tentang rencana Marco. Dia sedang merencanakan serangan besar.” “Serangan besar? Apa yang dimaksud dengan itu?” Vincenzo bertanya, suaranya penuh perhatian. “Dia bekerja sama dengan kelompok musuh. Mereka merencanakan sesuatu yang bisa menghancurkan kita,” j

  • Bayang-bayang Mafia   5. Jejak Kegelapan

    “Luis, kau bisa menjelaskan di sini,” Vincenzo berkata, mempersilakan Luis untuk berbicara setelah mereka kembali ke bar. Luis tampak cemas, tetapi dia tahu bahwa inilah saatnya untuk mengungkapkan semua yang dia ketahui. “Saya mendengar bahwa Marco sedang merencanakan sesuatu yang besar. Dia bertemu dengan kelompok musuh di tempat penyimpanan di pinggir kota. Mereka berbicara tentang serangan besar.” Mendengar ini, Rafael merasakan kebingungan. “Kenapa dia melakukan ini? Dia seharusnya menjadi bagian dari kita,” katanya, suaranya penuh kebingungan. Vincenzo memandang Rafael dengan serius. “Di dunia ini, loyalitas bisa dibeli dengan mudah. Marco mungkin berpikir bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak kekuasaan dengan beralih ke pihak lain.” Rafael merasa hatinya bergetar. Dia tidak ingin percaya bahwa Marco, yang pernah menjadi teman dan pelindung ayahnya, kini berkhianat. “Kita harus menghentikannya sebelum terlambat,” katanya, berusaha menahan emosi yang meluap. “Setuju

  • Bayang-bayang Mafia   4. Pertemuan Tak Terduga

    Suasana di bar terasa tegang, saat Rafael dan informan itu masuk. Semua mata segera tertuju pada mereka, dan Rafael merasakan beratnya tatapan para anggota mafia yang mengelilinginya. Rafael melangkah ke sebuah ruangan. Di sudut ruangan, Vincenzo sedang duduk menunggu kedatantannya, ekspresinya sulit dibaca oleh Rafael. Rafael tahu bahwa ini adalah momen penting—dia harus menunjukkan bahwa dia pantas berada diposisi yang sekarang. “Rafael!” Vincenzo memanggilnya, suaranya dalam dan menggelegar di antara bisikan para pengunjung bar. “Kau berhasil membawa informan itu?” Rafael mengangguk, berusaha menahan ketegangan dihatinya. “Ya, dia di sini. Dia punya informan penting yang sedang kita cari.” Vincenzo melangkah maju, matanya mengamati informan yang tampak ketakutan. “Siapa namamu?” tanyanya tajam. “Luis,” jawab informan itu, suaranya bergetar. “Saya... saya hanya ingin hidup.” Vincenzo tersenyum sinis. “Kau akan hidup, Luis, jika kau memberi kami informasi yang kami butuhk

  • Bayang-bayang Mafia   3. Uji Coba

    Rafael mengikuti Vincenzo ke ruangan yang dalam di bar, di mana dapat dilihatnya beberapa anggota mafia lain berkumpul. Suasana di dalam ruangan agak tegang; semua orang tampak serius, mereka berbicara dalam yang bisikan rendah. Rafael melihat sekeliling, merasakan aura kekuasaan yang menyelimuti tempat itu. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa tertekan oleh realitas baru yang dihadapinya. “Duduk,” kata Vincenzo, menunjuk ke sebuah kursi di tengah ruangan. Rafael mengangguk dan mengambil tempa duduk itu. Anggota mafia lainnya menatapnya dengan rasa curiga. Dia menyadari bahwa dia harus membuktikan dirinya di hadapan mereka. Vincenzo berdiri di depan semua orang, menarik perhatian mereka. “Teman-teman, ini Rafael Santoro. Dia ingin bergabung dengan kita. Namun, sebelum kita membuat keputusan, dia harus melewati ujian.” “Ujian?” tanya salah satu anggota, seorang pria besar dengan tato ular yang melilit pedang di lengan. “Apa yang bisa dia lakukan?” Vincenzo tersenyum sinis. “Ki

  • Bayang-bayang Mafia   2. Bergabung dengan Kegelapan

    Rafael berjalan dengan cepat menjauhi gedung tua itu, hujan mulai mengguyur kota, tetapi tidak ada yang bisa menghentikan badai yang bergolak dalam dirinya. Ketika dia berlari, pikirannya dipenuhi dengan bayangan ayahnya dan kata-kata Vincenzo Marino yang terus menggema. Sementara Rafael menyusuri jalanan yang basah, di tempat lain, Vincenzo duduk di ruang bawah tanah bar miliknya, dikelilingi oleh para pengikut setianya. Dia memeriksa dokumen-dokumen yang tergeletak di meja, memastikan bahwa semua transaksi berjalan sesuai rencana. Vincenzo tahu bahwa ancaman dari kelompok mafia musuh semakin tinggi, dan dalam dunia mafia, kelemahan tidak pernah bisa ditoleransi. Vincenzo mengingat pertemuannya dengan Rafael di bar beberapa malam yang lalu. Dia melihat potensi dalam pemuda itu—sebuah keberanian yang bisa menjadi aset, atau malah kebodohan yang bisa membawa malapetaka. Keduanya bisa menjadi alat untuknya. Dia tidak bisa membiarkan Rafael terjebak dalam permainan yang lebih besar d

  • Bayang-bayang Mafia   1. Warisan Gelap

    Rafael terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi yang selalu datang setiap malam, tadi kembali menghantuinya—mimpi tentang hari ketika ayahnya dibunuh. Rafael sangat mengingat dengan jelas setiap detik didalam mimpi itu, yang membuat pikiran tak karuan. Dia berusaha mengalihkan pikirannya, tetapi bayangan wajah ayahnya, penuh luka dan darah, terus mengganggu ketenangannya. Dia tidak bisa melupakan setiap mimpi itu, dan kini, mimpinya menjadi pengingat betapa berbahayanya jalan yang telah ia pilih.Setelah menghabiskan beberapa jam tanpa tidur, Rafael memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Pagi ini, dia merasa ada sesuatu yang harus dia lakukan. Keluarganya, meski sudah hancur, masih menyimpan kenangan yang berharga. Dia harus menggali lebih dalam, mencari tahu siapa ayahnya sebenarnya dan apa yang telah dilakukannya selama ini dalam organisasi tersebut.Rafael berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Ruangan itu dipenuhi deng

  • Bayang-bayang Mafia   Awal yang Kelam

    Di malam yang dingin itu, hujan deras mengguyur kota, membuat suasana kelam yang menyelimuti setiap sudut jalan di salah satu kota, di San Fransisco. Suara sirene polisi dan deru mesin kendaraan roda empat membaur menjadi satu, menciptakan simfoni kegelisahan yang menyelimuti seorang pemuda di tepi jalan tersebut. Dia berdiri diam ditempatnya, tanpa berniat beranjak dari sana, matanya menatap kosong ke arah tempat di mana hidupnya berubah 180 derajat. .... Lima bulan yang lalu, Rafael Santoro hanya seorang masih mahasiswa biasa, dengan impiannya yang sederhana bercita-cita untuk menjadi desainer grafis. Tetapi semua mimpi itu hancur dalam sekejap mata. Ketika ayahnya, yang tiba-tiba saja, ditemukan tewas dalam baku tembak di belakang bar yang biasa ayahnya kunjungin. Sejak saat itu, kemarahan dan rasa kehilangan menggerogoti jiwanya seperti hama yang tak terhindarkan. Rafael sangatmengingat dengan jelas hari itu—hari ketika ia menerima telepon dari ibunya. Suara panik ibunya, yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status