Pada pagi hari, sebuah berita langsung memenuhi internet."Aku Tidak Mem-Blacklist Evan", judul ini sontak menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.Isi beritanya tidak panjang, tetapi sangat jelas. Theo mengatakan bahwa dia tidak mengenal Evan dan tidak mem-blacklist Evan. Dia tidak melakukan dan tidak akan pernah melakukan hal semacam itu.Para perusahaan yang memutuskan kerja sama dengan Evan pun naik pitam. Apa maksud Theo?Ternyata Theo bermuka dua!Meskipun ratusan telepon masuk, hal ini sama sekali tidak mengganggu tidur Theo.Karena Theo tidak bisa dihubungi, semua orang pun menghubungi Eden untuk meminta jawaban.Tadi malam Eden minum kebanyakan dan mabuk. Sampai sekarang, kepalanya masih terasa sakit.Puluhan panggilan masuk membangun Eden dari tidurnya yang nyenyak."Berita apa? Berita palsu? Pak Theo tidak mungkin membuat berita semacam itu." Eden bangkit dari tempat tidur dan mengenakan kacamatanya. "Tenang dulu, biar aku cari tahu apa yang terjadi."Setelah menutu
"Apa kata Eden?" tanya Theo sambil meneguk susu yang disiapkan."Dia hanya menanyakan Anisa, lalu langsung menutup teleponnya."Setelah sarapan, Theo menyalakan ponselnya untuk menghubungi Eden. Eden tidak mungkin menelepon Theo sepagi ini tanpa alasan penting.Tiba-tiba Theo menyadari satu hal, kenapa ponselnya mati? Seingat Theo, dia tidak mematikan ponselnya.Sesaat ponselnya menyala, beberapa pesan dan ratusan panggilan muncul di layar ponsel Theo.Hati Theo berdebar-debar saat membaca pesan tersebut.[ Pak Theo, Anda sudah membaca berita? Kurasa Anda akan kehilangan selera makan. ][ Pak Theo, apa sebenarnya mau Anda? Aku tidak mengerti. ][ Pak Theo, And benar tidak mem-blacklist Evan? Berarti aku boleh mengajaknya bekerja sama lagi? ]....Theo langsung beranjak ke kamar. Dia menatap tajam Anisa yang masih tidur.Sebelum sarapan, Theo bahkan masih sempat berpikir untuk selalu melindungi Anisa. Namun, sekarang rasanya Theo ingin menyiksa Anisa sampai menangis.Hanya saja Theo seg
Sesaat mendengar pertanyaan Theo, sekujur tubuh Anisa pun merinding.Hari ini Theo tidak bekerja? Dia sengaja menunggu sampai Anisa bangun?Dengan canggung, Anisa terpaksa berjalan menghampiri Theo. Theo tampak mengenakan setelan jas berwarna hitam, raut wajahnya terlihat mengerikan dan masam."Aku mengambil ponselmu secara diam-diam dan mengirimkan email kepada wartawan. Aku tahu tindakanku sudah kelewatan, tapi kamu juga keterlaluan." Anisa mengakui kesalahannya, tetapi dia tidak menyesalinya."Anisa ...," Theo berteriak."Untuk apa meneriaki aku? Mau membuat perhitungan? Tadi malam kamu yang memaksaku untuk menginap di sini." Anisa mengangkat kepalanya dengan tegak. "Kalau aku jadi kamu, lebih baik aku tutup mulut saja dan biarkan masalah ini berlalu dengan sendirinya."Jawaban Anisa langsung membungkam Theo.Melihat Theo dan Anisa yang bertengkar, Bibi Wina langsung menghampiri mereka dan berkata, "Anisa, makan siang sudah siap. Kamu pasti sudah lapar, 'kan? Ayo, makan."Anisa tida
"Tidak perlu." Anisa menyesal telah mengajak Theo mengobrol. Sekarang malah Anisa yang merasa canggung."Anisa, ada hal yang ingin aku bicarakan. Ayo, aku antar pulang. Kita bicara di jalan," kata Theo dengan lembut.Anisa mengambil tasnya dan mengikuti Theo dari belakang."Berikan kunci mobilmu." Theo mengulurkan tangan."Nanti bagaimana kamu pulang?" Sesaat setelah bertanya, Anisa melihat beberapa pengawal yang masuk ke dalam mobil.Anisa menghela napas. Theo selalu pergi dengan ditemani pengawal, untuk apa Anisa mengkhawatirkannya?Karena kekenyangan, Anisa merasa agak pusing karena tensinya yang naik."Anisa, sebentar lagi liburan sekolah. Apa rencanamu untuk anak-anak?" tanya Theo.Seketika, pertanyaan Theo pun langsung membuat rasa kantuk Anisa sirna.Anisa mengerutkan alisnya, kenapa Theo begitu memedulikan William dan Wilona? Apakah Theo sudah tahu bahwa William dan Wilona adalah anak kandungnya?Melihat reaksi Anisa, Theo langsung menjelaskan, "Sekarang perutmu makin membesar,
Anisa tertegun di tempat."Awalnya semua orang cuma menebak-nebak, tapi begitu kemarin melihat kedatangan Theo yang tiba-tiba, orang-orang sangat terkejut. Tanpa mengatakan apa pun, masyarakat bisa melihat bagaimana Theo menatapmu." Pak Tio tersenyum lebar."Kemarin Evan juga menatap aku," jawab Anisa."Tatapan mereka berbeda. Lagi pula, kalau kalau kamu mengandung anaknya Evan, mana mungkin Theo mau menjalin hubungan yang tidak jelas denganmu? Theo bukanlah pria yang sudi merebut pacar orang lain."Anisa membuka laptopnya.Pak Tio lanjut berkata, "Saat perusahaan lain ketakutan dan langsung mengakhiri kerja sama dengan Evan, hanya kita yang berani maju untuk membantu Evan. Kenapa? Karena kamu mengandung anaknya Theo.""Kemarin banyak yang menelepon dan membujukku untuk membatalkan siaran langsung. Katanya Theo pasti murka dan akan menghancurkan kita. Hahahaha, alhasil berita hari ini malah membuatku tertawa. Bu Anisa, kali ini kita menang telak!"Anisa membuka emailnya untuk memeriksa
"Karena kamu bodoh." Theo sedang mabuk sehingga dia menjawab Nara dengan jujur. "Kamu bisa menggunakan uang yang aku berikan untuk melakukan apa pun, tapi kamu malah menggunakan uangnya untuk membantu Malia. Tidak hanya itu, kamu juga berpacaran dengan Leo. Berarti, kalian berdua adalah jenis orang yang sama."Ucapan Theo benar-benar menyakiti Nara. Anisa telah mengambil semua uang Nara!Jika sekarang Nara memiliki uang, untuk apa dia menggunakan anak yang dikandungnya untuk menuntut pertanggungjawaban Leo?Dari beberapa pria yang Nara kenal, sekarang Leo adalah pilihan terbaik.Sembari menatap mobil Theo yang melaju pergi, Nara hanya bisa menyeka air matanya.Tak berapa lama, Leo muncul dari belakang dan menyindir Nara. "Nara, lihat dirimu sekarang! Menyedihkan! Pamanku nggak pernah mencintai kamu. Untuk apa kamu memohon-mohon kepadanya? Sekarang, orang yang harus kamu sanjung adalah aku!"Nara pun berbalik sesaat mendengar sindiran Leo. "Leo, saat aku memiliki banyak uang, kamu nggak
Eden tahu kenapa Theo marah, dia pun langsung menjelaskan, "Sebenarnya Anisa tidak mengizinkan Wilona, tapi Wilona terus merengek. Anda tahu sendiri, Anisa pasti tidak tega melihat putrinya sedih.""Sebagai seorang ibu, harusnya Anisa bisa mengontrol anaknya sendiri." Theo membantah ucapan Eden."Kalau Wilona memohon kepada Anda, Anda juga pasti luluh. Masa Anda tega melihat Wilona menangis?" kata Eden."Jadi ... sekarang kamu berpihak kepada mereka?" sindir Theo.Eden langsung menggelengkan kepala. "Tidak, bukan gitu. Aku hanya mencoba memposisikan diri sebagai Anisa. Wilona adalah anak paling menggemaskan yang aku kenal."Eden memang pintar menyanjung Theo. Seketika, emosi di hati Theo pun sirna.Theo tahu bahwa Wilona menggemaskan. Wilona memiliki wajah yang mirip dengan Anisa.Seandainya Anisa seusia Wilona, Theo tidak mungkin tega memarahi Anisa. Theo sendiri pun pasti akan melunak."Pasti Evan yang menghasut Wilona." Theo mengerutkan alisnya. "Kalau tidak memengaruhi Wilona, Wilo
Di dalam perjalanan ke restoran, Anisa berbicara kepada pengawalnya, "Jangan memberi tahu siapa pun soal perjalananku selama di sini, termasuk Mike. Sekarang Mike lumayan memihak kepada Theo, aku tidak suka diawasi. Kalau ada yang bertanya kepadamu, bilang saja aku istirahat di rumah.""Bu, aku tidak akan mengkhianatimu." Pengawal tersebut menganggukkan kepala.Anisa mengerutkan alisnya. "Mengkhianatiku? Memangnya ada yang pernah mau menyogokmu?"Pengawal tertegun sejenak, lalu mengangguk. "Asistennya Pak Theo pernah mencoba untuk menyogokku, tapi aku menolaknya dengan tegas."Asistennya Theo? Siapa lagi kalau bukan Eden?Ternyata Eden tak hanya menghasut Mike, tetapi juga mau menyogok pengawalnya Anisa.Theo berusaha memasuki kehidupan Anisa dengan segala cara. Anisa hanya sedang mengandung, untuk apa mereka bersikap seposesif ini?Semakin dilarang, Anisa justru semakin menjauhi mereka.Sesampainya di restoran, Anisa menemui keluarga pasien yang dioperasinya beberapa waktu lalu."Halo
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."