Anisa langsung bangkit dari tempat tidur. "Apa katamu?""Tapi dia nggak mengganggu Wilona, dia hanya melihat keadaan Wilona dan pergi. Eden memberitahuku, kemungkinan besar Theo sudah bahwa William dan Wilona adalah anaknya. Hanya saja Theo tidak berani buka mulut karena kedua anakmu nggak menyukai dia. Selain itu, kamu juga pasti tidak akan mengakui Theo sebagai ayah dari anak-anakmu. Jadi daripada bertengkar, Theo memilih untuk menahannya saja.""Theo nggak setuju Wilona tampil di acara televisi. Sebaiknya kamu cepat pulang untuk mengalihkan perhatiannya. Takutnya, tiba-tiba Theo menggila dan protes ke bagian pertelevisian."Kepala Anisa terasa berdenyut kencang, dia masih jetlag dan berusaha untuk beradaptasi dengan perbedaan waktu di Negara Hamok.Anisa tidak sanggup kalau harus naik pesawat lagi. "Hari ini aku belum bisa pulang. Kepalaku sakit banget, aku mau istirahat.""Baiklah. Kalau kamu nggak enak badan, istirahat saja. Kenapa kamu tidak mengabari aku sesampainya di Negara Ha
Theo tidak bisa tidur. Bukan karena memikirkan Anisa, tetapi karena Wilona.Evan mengajak Wilona berpartisipasi di dalam sebuah reality show yang mengharuskan artis untuk mengasuh seorang anak, menjalani kehidupan sehari-hari, dan tinggal bersama.Pihak penyelenggara mengundang beberapa anak laki-laki dan perempuan yang cantik dan tampan. Artis pria yang ikut serta dalam acara ini diminta untuk mengasuh dan merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah.Alasan Theo tidak bisa tidur adalah, dia takut kalau Wilona akan menganggap Evan sebagai ayah kandungnya yang sesungguhnya. Hati Theo terasa remuk saat mengingat Wilona yang memanggil Evan dengan sebutan ayah.Ketika berada di lokasi syuting, Theo menanyakan beberapa pertanyaan rinci kepada sutradara. Sutradara menjawab dengan jujur, anak-anak makan, tinggal, dan bermain dengan para artis, seperti yang dilakukan oleh orang tua sungguhan dengan anak-anak mereka.Seketika, hati Theo pun terasa remuk.Theo ingin mem-blacklist acara ini.
Pertemuan Anisa dengan keluarga pasien berjalan sangat lancar.Pihak keluarga memahami semua risikonya yang Anisa jelaskan. Mereka hanya berharap Anisa bisa berusaha menyembuhkan pasien. Seandainya operasi gagal, mereka pun tidak akan menyalahkan Anisa. Setidaknya, mereka telah mengusahakan yang terbaik.Setelah meninggalkan rumah pasien, Anisa masuk ke dalam mobil dalam kondisi linglung. Pengawal mengingatkan Anisa untuk memakan sabuk pengaman."Apakah kamu pernah bertemu dengan dua orang asing yang tumbuh di negara berbeda, tapi memiliki wajah yang sangat mirip?" Anisa bertanya kepada pengawal."Aku jarang ke luar negeri. Aku juga tidak punya teman di luar negeri," jawab pengawal."Kalau begitu, apakah kamu pernah bertemu dua orang asing yang tinggal di negara yang sama dan juga memiliki wajah yang mirip?"Anisa mengganti pertanyaannya.Pengawal berusaha mengingat-ingat. "Aku pernah membacanya di koran, tapi kondisi seperti itu tidak banyak. Bu, kenapa-tiba menanyakan hal ini?"Anisa
"Hmm, tapi aku sudah tidak sabar. Apakah aku boleh masuk ke dalam untuk melihat-lihat? Aku janji, aku tidak akan merepotkanmu. Sebagai penggemar berat Dunia Fantasi, aku juga bisa memberikan saran." Pamela memohon kepada Theo.Setelah berpikir, akhirnya Theo mengizinkan Pamela ikut.Semua orang memakai helm pengaman, lalu masuk ke lokasi konstruksi dengan dipandu manajer proyek.Manajer proyek menjelaskan perkembangan pembangunan, beban kerja yang tersisa, dan durasi untuk pembangunan berikutnya.Pamela mendengarkan dengan serius. Sesekali, dia juga menimpali penjelasan manajer proyek. Tampaknya dia benar-benar sangat menyukai Dunia Fantasi."Setelah pembangunan Kota Fantasi selesai, aku akan memindahkanmu untuk bekerja di sini." Theo mengira kalau keputusannya akan membuat Pamela senang, tetapi dia sama sekali tidak terlihat bahagia."Berarti ... aku akan berpisah dengan Kak Clara? Pak Theo, aku bisa datang bermain setiap minggu, tapi aku tidak mau berpisah dengan Kak Clara. Tolong ja
Pukul 8 malam, sebuah mobil Rolls-Royce berhenti di Vila Starbay.Begitu mendengar suara mobil, Mike langsung berlari ke luar."Theo, ngapain datang semalam ini?" tanya Mike dengan dingin. "Katanya kamu mau datang sore hari, tapi ini sudah malam, kamu nggak lihat langitnya sudah gelap?"Theo menatap Mike dengan tajam. "Apa bedanya datang sore dan malam?""Tentu saja ada bedanya. Kalau kamu datang sore hari, Anisa ada di rumah, tapi sekarang Anisa lagi keluar. Jadi kamu nggak perlu masuk." Mike enggan membukakan pintu pagar untuk Theo."Dia ke mana?" tanya Theo."Jawab dulu pertanyaanku, tadi sore kamu ke mana? Kenapa baru datang sekarang?" Mike bertanya balik.Tenggorokan Theo tampak bergulir. "Tadi sore Pamela ribut minta pulang dari rumah sakit. Saat aku mengantarnya pulang, dia mengundangku makan malam di rumahnya. Aku tidak enak menolak."Mike menyeringai dingin. "Kalau dia menyuruhmu menginap, kamu juga nggak enak menolaknya?""Memangnya kenapa kalau bermalam? Kamu tidak berhak me
"Baiklah, jangan bahas dia lagi. Sekarang sudah malam, aku harus mengantar Thea pulang," jawab Grey sambil tersenyum.Anisa melihat jam, lalu mengangguk. "Kalian pulang duluan saja."Tadi siang Anisa tidur terlalu lama. Alhasil, sekarang dia merasa sangat segar. Apalagi, William dan Wilona juga tidak ada di rumah. Anisa agak merasa kebosanan di rumah.Anisa yang inisiatif mengajak Grey dan Thea bertemu. Dia mengajak mereka makan malam sekaligus memberikan hadiah yang dibawa dari Negara Hamok.Setelah Grey dan Thea pergi, Anisa membaca pesan yang dikirimkan Mike.[ Theo sudah pergi. Anisa, cepat pulang! Hari sudah malam. ]Anisa membalas.[ Aku keluar bukan untuk menghindari Theo. Kenapa kamu selalu memandangku selemah itu? ]Mike membalas.[ Bukan itu maksudku! Sekarang sudah malam, aku takut terjadi sesuatu kepadamu. ]Anisa membalas.[ Negara ini sangat aman. Mike, kalau kamu bosan, kenapa kamu tidak mengajak Eden bertemu? ]Mike membalas.[ Kita sudah lama nggak mengobrol. Aku ingin
Mike melirik Anisa dan bertanya, "Kamu nggak mau turun dan mengajaknya bicara?"Anisa seolah tidak mendengar pertanyaan Mike. Anisa menatap Theo sambil melamun, entah apa yang sedang dipikirkannya."Anisa, sana, bicarakan baik-baik." Mike meninggikan suaranya.Anisa terbangun dari lamunan, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Sesaat Anisa keluar dari mobil, dia langsung berkeringat dingin.Kulit Theo terlihat memerah, sekujur tubuhnya berkeringat, dan pakaiannya basah kuyup.Anisa tidak berani membayangkan sudah berapa lama Theo berdiri di sana."Anisa, akhirnya kamu pulang. Kalau tidak, nyawa atasanku mungkin bakal melayang," kata pengawalnya Theo dengan ketus. "Kami sudah menunggu sejak jam 8 pagi."Sekujur tubuh Anisa langsung bergetar. Begitu mengetahui Theo yang berjemur seharian, emosi Anisa pun meledak. "Theo, kamu tidak lihat rumahku kosong?""Kenapa kamu tidak menjawab teleponku? Kamu tidak lihat? Bisa saja kamu ada di rumah, tapi kamu tidak mau bertemu denganku." Suara Theo t
Setelah berbicara, Anisa langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Hari ini adalah hari yang panjang dan sangat melelahkan.Sesaat Anisa masuk ke kamar, Mike mengajak Wilona pergi ke ATM yang berada di depan komplek. Mike memasukkan kartu tersebut dengan hati-hati. Kata sandi yang tertera di belakang kartu adalah ulang tahunnya Anisa.Kemudian Mike memasukkan kata sandi, lalu menekan tombol cek saldo. Seketika, jumlah saldo pun muncul di layar ATM."Anda memiliki saldo sejumlah ...."Mike menatap layar ATM sampai tercengang. Apakah Mike tidak salah lihat? Banyak sekali angka 0 ....Wilona berteriak, "Paman, berapa jumlah uangnya? Kenapa ada begitu banyak angka 0? Wah, uangnya banyak, ya?"Jumlah yang tertera jauh melebihi bayangan Mike. Mike berdeham, lalu mengangkat tangannya untuk menghitung jumlah 0 yang ada.Tiba-tiba Wilona menunjuk angka pertama sambil berseru, "Itu angka 7.""Wilona, kamu mengganggu konsentrasiku. Aduh, tadi aku hitung sampai mana?" Mike menggerutu."Paman,
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."