Pria bermata sipit itu berteriak dengan penuh kebencian dan kemarahan. Meskipun terkena satu serangan dari Melvin lagi, dia berhasil memukul mundur dua ahli Keluarga Safira sebelum berbalik dan melarikan diri secepat mungkin.Dia sendiri adalah seorang ahli di tingkat gulita tahap menengah, sementara empat anak buahnya merupakan petarung tangguh dengan kekuatan tingkat eksplisit.Sayangnya, mereka tidak sanggup menghadapi serangan gabungan para ahli Keluarga Safira yang dipimpin oleh Melvin. Pada akhirnya, hanya dia seorang yang berhasil melarikan diri!Melvin awalnya ingin memimpin anak buahnya untuk mengejar, tetapi setelah mendengar ucapan pria itu, wajahnya langsung berubah drastis."Jangan dikejar!" perintah Melvin.Detik berikutnya, dia menoleh ke arah beberapa mayat yang tergeletak di tanah. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit ditebak, dengan sedikit kekhawatiran yang terlihat.Dalam pertarungan ini, keempat anak buah pria bermata sipit itu semuanya tewas di tempat. Dari pi
Setelah memahami semuanya, Erlin murka hingga hampir kehabisan napas.Malam itu di salah satu kota, di markas utama Organisasi NC. Setelah Ketua Aula Bintang Hitam mendengar laporan dari pria bermata sipit, dia langsung memancarkan aura membunuh yang mengerikan."Keluarga Safira di Kota Nubes? Kalian cari mati!"Di ujung telepon, pria bermata sipit itu batuk beberapa kali lagi, lalu memuntahkan darah. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Ketua, Keluarga Safira sama sekali nggak menganggap Organisasi NC sebagai ancaman! Mereka bahkan lebih menyebalkan daripada Afkar!""Selain itu, setahuku istri Afkar, Felicia, juga berasal dari Keluarga Safira. Keluarga ini nggak bisa dibiarkan hidup. Kalau nggak, orang-orang akan menganggap Organisasi NC bisa dipermainkan.""Ketua, kapan kamu akan turun tangan dan memusnahkan Keluarga Safira?"Ketua Aula Bintang Hitam mendengus dingin. "Diam! Aku nggak butuh kamu mengajariku gimana cara bertindak!"Dengan nada penuh kebengisan, dia berkata, "Keluarga S
Ketiganya menaiki sebuah mobil off-road Jeep Wrangler dan berangkat langsung pada pagi itu.Lokasi Turnamen Chartreuse kali ini berada di luar Provinsi Jimbo, tepatnya di Provinsi Narata di barat laut Yanura, dengan jarak lebih dari 2.000 kilometer.Karena Rose membawa senjata tajam, mereka tidak mungkin naik pesawat dan harus melakukan perjalanan jauh dengan mobil.Sepanjang perjalanan, Afkar tidak banyak berbicara dengan Rose dan Lena. Dia hanya bersandar di kursi belakang dengan mata terpejam, beristirahat dengan tenang."Hei, mulai sekarang aku bukan lagi Rose, panggil aku Willy. Ingat itu! Jangan sampai keceplosan di depan orang lain! Dengar nggak?"Dari kursi depan, Rose mengingatkan Afkar dengan nada sedikit memerintah, sulit menyembunyikan kebenciannya padanya."Ya." Afkar menanggapi dengan santai."Margamu juga bukan Rajendra lagi. Mulai sekarang margamu Samoa. Nggak masalah, 'kan?" lanjut Rose.Afkar mencibir, lalu menggodanya, "Jadi, sekarang aku ikut margamu?"Rose mendengu
"Saiful, dasar bajingan tua. Kamu nggak tahu kalau anjing baik nggak menghalangi jalan? Minggir!" Melihat orang itu, wajah Lena langsung menjadi dingin."Hmm?" Pria tua berambut abu-abu itu, Saiful, lantas memasang ekspresi kesal.Saat itu, seorang pemuda yang berjalan di depan bertanya dengan senyuman dingin, "Kakek, ketiga orang ini dari Keluarga Samoa?"Saiful terkekeh-kekeh. "Benar."Mohit, pemuda itu, menyeringai sinis sambil melirik Afkar dan Rose, "Keluarga Samoa masih ikut Turnamen Chartreuse? Menurutku, kalian sebaiknya nggak datang.""Daripada kalian dikeluarkan dari jajaran keluarga bela diri kuno saat turnamen, mending kalian nggak datang dan secara otomatis kehilangan kualifikasi. Dengan begini, kalian nggak bakal mempermalukan diri sendiri.""Hahaha, tepat! Kenapa harus mempermalukan diri sendiri?""Bahkan, nyawa kalian bisa terancam di turnamen.""Tampaknya Keluarga Samoa benar-benar kekurangan generasi muda. Lihat saja formasi peserta keluarga kami kali ini. Keluarga Sa
"Benar! Apa gunanya kalau Keluarga Samoa cuma punya satu genius? Biarkan kami menguji kekuatan bocah ini. Berani nggak?"Mohit juga menyeringai dingin sambil menatap Afkar, bahkan mengangkat dagunya dengan penuh provokasi."Betul sekali! Dari semua anggota Keluarga Pakusa yang ada di sini, kamu boleh pilih siapa saja! Hahaha ....""Jangan bilang kalau selain bocah berkulit halus ini, yang satunya cuma datang untuk melengkapi jumlah peserta."Seketika, semua mata tertuju pada Afkar, salah satu dari dua wakil Keluarga Samoa yang ikut dalam Turnamen Chartreuse.Afkar mengerutkan kening, tidak menyangka bahwa konflik ini malah menyeret dirinya.Rose juga menoleh ke arahnya, dengan sorot mata penuh harap agar Afkar bisa mempertahankan kehormatan Keluarga Samoa. Dalam pandangannya, bagaimanapun Afkar adalah ahli tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Jika dia memilih lawan yang tidak terlalu kuat, peluang menang tetap ada.Dari awal pertemuan, Keluarga Samoa sudah dihina dan diejek oleh
"Bi Lena, kamu masih membelanya?" Rose mengentakkan kakinya dengan marah."Ehem ... perhatikan identitasmu! Sekarang kamu pria, jangan bertingkah seperti wanita manja." Afkar berdeham. Melihat Rose mengentakkan kaki, dia pun mengingatkan dengan "baik hati"."Tutup mulutmu!" Rose menggertakkan giginya, menggerutu dengan kesal dalam hati, 'Aku memang wanita, terus kenapa?'Saat ini, Lena ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Nanti aku tidur sendiri, kalian berdua sekamar."Mendengar itu, Afkar sontak termangu. Wajahnya menunjukkan sedikit rasa canggung. "Ini kurang pantas, 'kan?"Rose yang mendengarnya langsung tersipu. Apalagi saat mendengar Afkar menolak lebih cepat darinya, wajahnya seketika dipenuhi kemarahan.'Aku bahkan belum bilang apa-apa, tapi dia sudah menolak seakan-akan ini merugikannya? Entah berapa banyak pria yang ingin sekamar denganku!' batin Rose."Bi Lena, apa maksudmu? Dia saja yang tidur sendiri!" ujar Rose dengan ekspresi jijik dan penuh penolakan.Lena menggeleng. "W
Afkar mencibir. "Aku datang untuk membantu Keluarga Samoa mempertahankan status sebagai keluarga seni bela diri kuno, tapi kamu minta aku tidur di sofa? Lagi pula, aku hanya bersikap sopan dan lembut kepada wanita yang kusukai! Sayangnya, kamu nggak termasuk dalam daftar itu!"Afkar tersenyum tipis, lalu meneruskan, "Pokoknya aku nggak akan turun dari tempat tidur. Kalau nggak terima, kamu bisa naik ke sini."Rose selalu memandangnya dengan jengkel. Afkar sebenarnya malas berdebat dengan wanita ini, tetapi jika ada kesempatan untuk menggodanya, itu cukup menyenangkan.Rose memelototi Afkar seperti ingin membunuhnya. "Kamu ini benar-benar nggak tahu malu!""Hehe, terima kasih." Afkar terkekeh-kekeh. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan. "Omong-omong, siapa Keluarga Pakusa itu? Sepertinya mereka punya dendam dengan kalian?"Rose melirik Afkar sekilas. Dia ragu sejenak sebelum akhirnya menjelaskan, "Keluarga Pakusa juga merupakan keluarga seni bela diri kuno. Dendam kami berasal dari
"Turnamen Chartreuse kali ini harus menjadi momen yang mendepak Keluarga Samoa dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno! Nggak boleh ada sedikit pun kesalahan!"Sebelumnya mereka sengaja memprovokasi Afkar, bukan hanya untuk mempermalukan Keluarga Samoa, tetapi juga untuk menguji kekuatannya.Saat ini, mata Dustin tiba-tiba berbinar-binar. Dia terkekeh-kekeh sinis dan berujar, "Aku punya ide!"Usai berkata demikian, dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya. Senyuman licik dan keji muncul di wajahnya."Aku sudah menyelidiki, dua peserta dari Keluarga Samoa tinggal dalam satu kamar. Biarkan mereka menikmati efek dari Air Penghapus Ingatan ini! Haha ....""Air Penghapus Ingatan? Apa itu?" Saiful mengangkat alis dengan penasaran.Mohit yang melihat adiknya mengeluarkan benda itu, langsung menyeringai jahat. "Dustin, kamu benar-benar licik! Kenapa aku nggak kepikiran ya?"Kedua bersaudara itu sangat bersemangat saat menjelaskan efek dari Air Penghapus Ingatan kepada Saiful.Pada dasarnya, i
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih