"Saiful, dasar bajingan tua. Kamu nggak tahu kalau anjing baik nggak menghalangi jalan? Minggir!" Melihat orang itu, wajah Lena langsung menjadi dingin."Hmm?" Pria tua berambut abu-abu itu, Saiful, lantas memasang ekspresi kesal.Saat itu, seorang pemuda yang berjalan di depan bertanya dengan senyuman dingin, "Kakek, ketiga orang ini dari Keluarga Samoa?"Saiful terkekeh-kekeh. "Benar."Mohit, pemuda itu, menyeringai sinis sambil melirik Afkar dan Rose, "Keluarga Samoa masih ikut Turnamen Chartreuse? Menurutku, kalian sebaiknya nggak datang.""Daripada kalian dikeluarkan dari jajaran keluarga bela diri kuno saat turnamen, mending kalian nggak datang dan secara otomatis kehilangan kualifikasi. Dengan begini, kalian nggak bakal mempermalukan diri sendiri.""Hahaha, tepat! Kenapa harus mempermalukan diri sendiri?""Bahkan, nyawa kalian bisa terancam di turnamen.""Tampaknya Keluarga Samoa benar-benar kekurangan generasi muda. Lihat saja formasi peserta keluarga kami kali ini. Keluarga Sa
"Benar! Apa gunanya kalau Keluarga Samoa cuma punya satu genius? Biarkan kami menguji kekuatan bocah ini. Berani nggak?"Mohit juga menyeringai dingin sambil menatap Afkar, bahkan mengangkat dagunya dengan penuh provokasi."Betul sekali! Dari semua anggota Keluarga Pakusa yang ada di sini, kamu boleh pilih siapa saja! Hahaha ....""Jangan bilang kalau selain bocah berkulit halus ini, yang satunya cuma datang untuk melengkapi jumlah peserta."Seketika, semua mata tertuju pada Afkar, salah satu dari dua wakil Keluarga Samoa yang ikut dalam Turnamen Chartreuse.Afkar mengerutkan kening, tidak menyangka bahwa konflik ini malah menyeret dirinya.Rose juga menoleh ke arahnya, dengan sorot mata penuh harap agar Afkar bisa mempertahankan kehormatan Keluarga Samoa. Dalam pandangannya, bagaimanapun Afkar adalah ahli tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Jika dia memilih lawan yang tidak terlalu kuat, peluang menang tetap ada.Dari awal pertemuan, Keluarga Samoa sudah dihina dan diejek oleh
"Bi Lena, kamu masih membelanya?" Rose mengentakkan kakinya dengan marah."Ehem ... perhatikan identitasmu! Sekarang kamu pria, jangan bertingkah seperti wanita manja." Afkar berdeham. Melihat Rose mengentakkan kaki, dia pun mengingatkan dengan "baik hati"."Tutup mulutmu!" Rose menggertakkan giginya, menggerutu dengan kesal dalam hati, 'Aku memang wanita, terus kenapa?'Saat ini, Lena ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Nanti aku tidur sendiri, kalian berdua sekamar."Mendengar itu, Afkar sontak termangu. Wajahnya menunjukkan sedikit rasa canggung. "Ini kurang pantas, 'kan?"Rose yang mendengarnya langsung tersipu. Apalagi saat mendengar Afkar menolak lebih cepat darinya, wajahnya seketika dipenuhi kemarahan.'Aku bahkan belum bilang apa-apa, tapi dia sudah menolak seakan-akan ini merugikannya? Entah berapa banyak pria yang ingin sekamar denganku!' batin Rose."Bi Lena, apa maksudmu? Dia saja yang tidur sendiri!" ujar Rose dengan ekspresi jijik dan penuh penolakan.Lena menggeleng. "W
Afkar mencibir. "Aku datang untuk membantu Keluarga Samoa mempertahankan status sebagai keluarga seni bela diri kuno, tapi kamu minta aku tidur di sofa? Lagi pula, aku hanya bersikap sopan dan lembut kepada wanita yang kusukai! Sayangnya, kamu nggak termasuk dalam daftar itu!"Afkar tersenyum tipis, lalu meneruskan, "Pokoknya aku nggak akan turun dari tempat tidur. Kalau nggak terima, kamu bisa naik ke sini."Rose selalu memandangnya dengan jengkel. Afkar sebenarnya malas berdebat dengan wanita ini, tetapi jika ada kesempatan untuk menggodanya, itu cukup menyenangkan.Rose memelototi Afkar seperti ingin membunuhnya. "Kamu ini benar-benar nggak tahu malu!""Hehe, terima kasih." Afkar terkekeh-kekeh. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan. "Omong-omong, siapa Keluarga Pakusa itu? Sepertinya mereka punya dendam dengan kalian?"Rose melirik Afkar sekilas. Dia ragu sejenak sebelum akhirnya menjelaskan, "Keluarga Pakusa juga merupakan keluarga seni bela diri kuno. Dendam kami berasal dari
"Turnamen Chartreuse kali ini harus menjadi momen yang mendepak Keluarga Samoa dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno! Nggak boleh ada sedikit pun kesalahan!"Sebelumnya mereka sengaja memprovokasi Afkar, bukan hanya untuk mempermalukan Keluarga Samoa, tetapi juga untuk menguji kekuatannya.Saat ini, mata Dustin tiba-tiba berbinar-binar. Dia terkekeh-kekeh sinis dan berujar, "Aku punya ide!"Usai berkata demikian, dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya. Senyuman licik dan keji muncul di wajahnya."Aku sudah menyelidiki, dua peserta dari Keluarga Samoa tinggal dalam satu kamar. Biarkan mereka menikmati efek dari Air Penghapus Ingatan ini! Haha ....""Air Penghapus Ingatan? Apa itu?" Saiful mengangkat alis dengan penasaran.Mohit yang melihat adiknya mengeluarkan benda itu, langsung menyeringai jahat. "Dustin, kamu benar-benar licik! Kenapa aku nggak kepikiran ya?"Kedua bersaudara itu sangat bersemangat saat menjelaskan efek dari Air Penghapus Ingatan kepada Saiful.Pada dasarnya, i
"Oh, kalau begitu terima kasih!" Afkar tidak berpikir banyak dan memberi jalan untuk staf hotel itu.Setelah masuk, staf itu menancapkan obat nyamuk elektrik ke stopkontak di dinding. "Sebelum tidur nanti, nyalakan beberapa menit dulu.""Baik, lanjutkan saja pekerjaanmu." Afkar melambaikan tangannya.Setelah staf itu pergi, Rose langsung berjalan ke arah alat itu. Dia menyalakannya, lalu menoleh ke Afkar dengan ekspresi dingin. "Aku sudah nyetir seharian dan sangat capek. Aku mau tidur sekarang. Hei, kamu sudah mau tidur atau belum?""Kalau belum, jangan berisik ya! Kalau sampai menggangguku, jangan salahkan aku bertindak kasar!" Sambil berkata demikian, Rose mengayunkan tinjunya ke arah Afkar untuk memperingatkan.Gadis ini selalu menganggap dirinya lebih kuat dari Afkar, jadi sering menggunakan kekerasan untuk mengancamnya.Afkar mencibir dan mengangkat tangannya. "Ya, ya, aku nggak bakal mengganggumu. Silakan tidur."Rose menatapnya tajam, lalu memperingatkan lagi, "Ingat, jangan ma
Afkar mendengus dingin, lalu menggendong Rose meninggalkan kamar ini. Dia juga menutup pintu untuk Mohit dan Dustin.Afkar tidak tahu apa jenis dan efek racun ini. Namun, apa pun itu, biar mereka berdua menanggung akibatnya sendiri.Tok! Tok! Tok!Afkar menggendong Rose langsung ke kamar Lena dan mengetuk pintu.Begitu melihat keadaan Rose, Lena seketika tertegun dan bertanya dengan heran, "Eh? Apa yang terjadi?""Dia dibius obat. Kita bicara di dalam saja," sahut Afkar sebelum masuk ke kamar. Dia meletakkan Rose di atas tempat tidur, lalu menceritakan kejadiannya kepada Lena."Menurut perkiraanku, seharusnya ada yang nggak beres dengan cairan obat nyamuk itu," kata Afkar.Setelah mendengar penjelasan Afkar, Lena berteriak dengan ekspresi marah, "Berengsek! Nggak disangka, orang-orang dari Keluarga Pakusa begitu keji!"Setelah mengatakan itu, Lena menatap Rose yang masih pingsan dengan khawatir sambil bertanya, "Pak Afkar, Rose nggak apa-apa, 'kan? Apa efek racun ini?"Afkar menggeleng
Ketika Afkar pergi, Lena sudah menceritakan semua kejadiannya kepada Rose. Setelah Rose mendengarnya, perasaannya campur aduk.Setelah menyadari Rose terpengaruh obat bius, Afkar membawanya ke kamar Lena dan tidak mengambil keuntungan darinya. Rose seharusnya berterima kasih kepada Afkar. Namun, entah mengapa, Rose malah sangat membenci pria ini.Rose merasa bahwa Afkar adalah pria paling menyebalkan di dunia ini. Afkar tidak pernah memperlakukan Rose layaknya seorang wanita.Ketika menghadapi Rose yang terpengaruh obat bius dan langsung memeluknya, cara Afkar mengatasinya malah memukul Rose sampai pingsan? Luar biasa!Afkar menghadapi tatapan Rose yang dipenuhi niat membunuh dengan menimpali, "Kalau nggak memukulmu sampai pingsan, aku harus gimana? Membiarkanmu terus menggodaku?""Kamu ...," tutur Rose. Setelah mendengar ucapan Afkar, wajahnya seketika memerah.Lantaran merasa malu sekaligus kesal, Rose menggertakkan gigi, lalu turun dari tempat tidur dan berteriak, "Aku akan membunu
Saat mereka bertemu dengan Afkar, mereka mengira telah menemukan sasaran empuk. Tanpa basa-basi, mereka langsung ingin merampas kantong dimensi milik Afkar, bahkan berencana membunuhnya dan merebut seluruh hasil yang telah dia kumpulkan.Sayangnya, kerja sama mereka sia-sia. Mereka tetap tidak sanggup melawan Afkar, bahkan kalah telak. Sebelum ini, Afkar bahkan berhasil mengalahkan Hantu Senyap yang berada di tingkat pembentukan inti tahap awal, apalagi sekarang."Ka ... kamu jelas bukan berada di tingkat pembangunan fondasi tahap menengah!" Salah satu dari mereka berkata sambil menyeret setengah tubuhnya yang tersisa. Dia menatap Afkar dengan mata penuh ketakutan dan keengganan.Afkar membalas dengan nada datar, "Sayangnya, kamu baru sadar sekarang!" Dengan sekali tebas lagi, kepala orang itu terbang ke udara.Sejak mendengar kabar buruk tentang orang tuanya, di lubuk hati Afkar seolah-olah tersembunyi sosok binatang buas yang penuh kemarahan. Dia tidak pernah berbelaskasihan terhadap
Afkar menatap Mohit, wajahnya dipenuhi ekspresi terkejut dan ragu. Apa sekarang mereka saling menjebak? Hanya demi memperebutkan sebuah Teratai Lima Warna?Saat itu juga, Mohit menatap dingin ke arah Afkar. "Afkar, nggak usah kaget begini. Aku nggak akan membunuhmu.""Hm?" Afkar membatin, 'Kalaupun kamu ingin membunuhku, memang kamu sanggup?'"Nggak akan membunuhku? Maksudmu apa? Kamu nggak mau balas dendam untuk adikmu?" tanya Afkar.Mohit mendengus. "Aku sudah pikirkan semuanya. Nggak ada yang perlu dibalas. Dustin mati karena dijebakmu, itu salahnya sendiri. Karena dia lemah dan bodoh. Dia sampai mengorbankan nyawanya demi keluarga."Setelah itu, nadanya berubah. "Bukan cuma itu, aku bahkan mau kasih tahu satu kabar penting! Setelah uji coba peringkat individu kali ini selesai, kamu dan Willy harus benar-benar berhati-hati!""Terutama kamu! Tetua Safwan dari Keluarga Pakusa misterius berniat membunuhmu. Mungkin setelah kamu keluar dari Sekte Langga, dia akan langsung beraksi! Kekuat
Pemuda jangkung itu menambahkan, "Selain itu bukan cuma bisa bunuh dia, kita juga bisa merebut tanaman obatnya! Membunuh sekaligus merampas harta seperti ini, rasanya puas banget! Hahaha ...."Kemudian, pemuda jangkung itu pun tiba-tiba berkata dengan nada agak mendominasi, "Omong-omong Mohit, kita sudah sepakat dari awal. Teratai Lima Warna ini punyaku ya. Soalnya aku yang lihat duluan."Sebelumnya, pemuda jangkung ini selalu memanggil Mohit dengan sebutan kakak dengan penuh hormat.Bagaimanapun, Mohit dan Dustin adalah saudara kandung. Keduanya sama-sama berada di tingkat pembangunan fondasi tahap akhir. Dalam segala hal, mereka selalu maju dan mundur bersama.Itu sebabnya, anggota Keluarga Pakusa lainnya tentu tidak berani mencari gara-gara dengan mereka. Namun sekarang, Dustin sudah meninggal dan tinggal Mohit seorang diri.Kemarin, Mohit baru saja dimaki-maki di depan umum dan kehilangan muka di hadapan semua orang. Anggota Keluarga Pakusa lainnya malah hanya diam menonton, bahkan
Setelah Zinia selesai berbicara, tidak ada satu pun dari para peserta yang memilih mundur. Mereka yang sudah datang ke sini memang sudah siap untuk menghadapi bahaya.Lagi pula, kekuatan mereka secara terbuka sudah berada di tingkat pembangunan fondasi tahap akhir atau lebih tinggi. Bisa mencapai tingkat kultivasi seperti itu dalam usia yang masih muda menunjukkan bahwa mental mereka pun kuat. Mana mungkin mereka akan goyah hanya karena beberapa kata peringatan?Melihat tidak ada yang mundur, Zinia mengangguk pelan. Kemudian, dia memberikan kepada masing-masing peserta sebuah kantong dimensi yang terbuat dari bahan yang tidak diketahui jenisnya. Kantong dimensi akan digunakan untuk menyimpan berbagai tanaman obat atau harta yang dikumpulkan oleh mereka selama uji coba.Saat Afkar menerima kantong tersebut, dia diam-diam merasa kagum dalam hatinya. Sekte dari dunia misterius memang mempunyai banyak barang-barang bagus. Di dalam kantong dimensi itu, terdapat ruang tersendiri yang luasny
Adapun untuk peserta yang tidak berhasil masuk peringkat lima besar, tidak ada hadiah tambahan yang disediakan.Saat ini, Rose berdiri di sebelah Afkar. Dia diam-diam bergumam, "Pokoknya aku harus masuk peringkat tiga besar! Aku harus bergabung dengan Sekte Langga!"Sebagai seorang gadis genius dari Keluarga Samoa, Rose sangat memahami situasinya. Walaupun dalam turnamen kali ini keluarganya berhasil mempertahankan status sebagai keluarga bangsawan, tidak ada jaminan bahwa keberuntungan itu akan terus berlangsung di Turnamen Chartreuse mendatang.Terutama jika suatu saat nanti Turnamen Chartreuse diselenggarakan oleh Keluarga Pakusa dari dunia misterius, Keluarga Samoa bisa berada dalam bahaya besar.Namun kalau dirinya berhasil masuk Sekte Langga dan menjadi murid resmi, itu berarti Keluarga Samoa bisa berlindung di bawah naungan sekte dunia misterius ini.Dengan begitu, baik Keluarga Pakusa dari dunia misterius maupun Keluarga Pakusa dari dunia seni bela diri kuno biasa, mereka pasti
Pada pukul 8 pagi, semua orang yang seharusnya hadir sudah berkumpul. Saat ini di atas panggung utama, Zinia bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai organisasi dunia misterius yang menjadi juri, sudah berdiri rapi di tempatnya.Di samping Zinia, juga berdiri seorang wanita anggun dan memikat luar biasa. Dia tak lain adalah ketua muda cantik dari Sekte Langga, Arisa.Hari ini, Arisa mengenakan pakaian tempur yang pas badan. Di punggungnya, ada sebilah pedang panjang. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang tajam dan tegas."Dalam uji coba peringkat individu hari ini, Arisa dari sekte kami juga akan ikut serta. Tapi selama nggak terlalu mendesak, dia nggak akan mengancam nyawa peserta lain." Zinia menyampaikan pengumuman itu dengan tenang.Begitu mendengar ini, raut wajah para peserta uji coba hari ini perlahan berubah menjadi agak tegang. Terutama Lukas dari Sekte Pedang Emas dan Felix dari Keluarga Saloka. Wajah mereka langsung terlihat kurang senang.Keduanya memiliki kekuatan di t
Meskipun tempat ini dipenuhi oleh energi spiritual yang padat, semalaman penuh ini, Afkar tetap belum bisa menembus puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi. Dia hanya merasa seperti terjebak di titik itu dan tidak bisa maju sedikit pun.Meski sudah hampir sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi bentuk padat, pusat energi yang berada di perut bagian bawahnya tetap saja belum bisa mencapai bentuk sempurna.Secara sederhana, tingkat kepadatan energi spiritual yang berhasil diserap Afkar belum cukup memenuhi syarat. Ibarat ingin menancapkan paku ke dalam sebatang pohon besar, tetapi malah menabrak benjolan keras di dalam kayunya.Kalau tenaga tidak cukup, mau dipukul 1.000 kali pun paku itu tidak akan masuk. Satu-satunya cara adalah menghantamnya dengan kekuatan besar dalam satu kali pukulan, baru kemungkinan bisa menembus benjolan itu."Huft ...." Saat merasakan cahaya matahari pagi mulai menyinari tubuhnya, Afkar akhirnya membuka mata lalu diam-diam menghela napas.Afkar bergumam
Di Vila Emperor.Felicia, Fadly, dan Gauri sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius dan tegang. Wajah cantik Felicia terlihat menyimpan sedikit rasa bersalah. Ucapan terakhir dari Erlin tadi membuatnya teringat sesuatu.Pantas saja nama Organisasi NC terasa tidak asing di telinganya. Waktu itu saat mereka ditangkap oleh David, Shafa menggunakan Jimat Pencabut Nyawa untuk menghabisi seorang pesilat tingkat revolusi.Orang itu sepertinya mengaku berasal dari Organisasi NC. Dengan kata lain, semua kekacauan ini memang berawal dari keluarga kecilnya sendiri?Saat itulah, ponsel Fadly bergetar. Begitu melihat pesan yang masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi marah.Fadly memberi tahu, "Kak, kamu nggak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya.""Sekarang, semuanya sudah jelas. Dulu, Paman Renhad pernah bersekongkol sama orang dari Organisasi NC dan berencana untuk meledakkan pabrik barumu. Tapi, malah pabriknya sendiri yang meledak
"Jadi, cukup sampai di sini saja. Kalian boleh pergi!" Nada bicara Erlin terdengar dingin dan tak terbantahkan.Gauri langsung menunjukkan ekspresi penuh amarah. Dia menunjuk ke arah Erlin dengan emosi yang sedikit tak terbendung, lalu membentak, "Nenek Lampir, sebenarnya kamu ini maunya apa? Sebenarnya apa tujuanmu memancing Harun ke sini? Di mana dia? Di mana Harun? Serahkan dia padaku sekarang juga!"Erlin membentak dengan dingin, "Kurang ajar! Gauri, kamu masih punya rasa hormat pada orang tua nggak? Aku bilang, Harun nggak datang ke sini! Aku nggak lihat dia! Kalau dia nyasar di jalan atau terjadi sesuatu padanya, itu bukan urusanku!"Nada suara Erlin begitu dingin. Tatapan matanya mulai berubah mengancam saat memandang ke arah Fadly. Dia menunjuk ke arah para anak buah yang dibawa cucunya itu, lalu bertanya, "Fad, kamu ini mau ngajak perang sama keluarga sendiri ya?""Aku nggak bermaksud begitu. Kami cuma mau cari ayahku!" jawab Fadly."Kalau nggak ada maksud begitu, suruh orang-