Saat mereka bertemu dengan Afkar, mereka mengira telah menemukan sasaran empuk. Tanpa basa-basi, mereka langsung ingin merampas kantong dimensi milik Afkar, bahkan berencana membunuhnya dan merebut seluruh hasil yang telah dia kumpulkan.Sayangnya, kerja sama mereka sia-sia. Mereka tetap tidak sanggup melawan Afkar, bahkan kalah telak. Sebelum ini, Afkar bahkan berhasil mengalahkan Hantu Senyap yang berada di tingkat pembentukan inti tahap awal, apalagi sekarang."Ka ... kamu jelas bukan berada di tingkat pembangunan fondasi tahap menengah!" Salah satu dari mereka berkata sambil menyeret setengah tubuhnya yang tersisa. Dia menatap Afkar dengan mata penuh ketakutan dan keengganan.Afkar membalas dengan nada datar, "Sayangnya, kamu baru sadar sekarang!" Dengan sekali tebas lagi, kepala orang itu terbang ke udara.Sejak mendengar kabar buruk tentang orang tuanya, di lubuk hati Afkar seolah-olah tersembunyi sosok binatang buas yang penuh kemarahan. Dia tidak pernah berbelaskasihan terhadap
Afkar sedang dalam perjalanan saat tiba-tiba mendengar suara pertempuran sengit di kejauhan. Seketika, ekspresinya berubah. Dia segera menahan auranya dan melangkah ke arah sumber suara!Semakin dekat dengan bayangan besar gunung itu, kabut pun semakin menipis, jarak pandang juga perlahan membaik. Setengah menit kemudian, dia berjongkok di atas sebuah gundukan tanah dan mengintip ke arah pertempuran."Rose?"Begitu melihat siapa yang terlibat dalam pertarungan, alis Afkar langsung terangkat. Tang! Tang! Tang!Bunyi benturan senjata berdentang keras. Rose yang memegang sepasang cincin tajam di tangan dikeroyok oleh Logan dan Cakra.Dua lawan satu saja sudah berat, apalagi di sekitarnya juga ada tiga ahli lain. Semuanya adalah ahli tingkat pembangunan fondasi tahap akhir, yang ikut menyerang dari waktu ke waktu, membuat Rose semakin kewalahan.Meskipun Rose adalah gadis genius dari Keluarga Samoa, dia tetap saja terdesak menghadapi begitu banyak lawan. Wajahnya memerah karena menahan tek
Melihat Rose secantik itu, niat jahat langsung timbul di dalam hati mereka. Mereka tidak berani mengincar Arisa karena dia adalah pewaris sekte misterius.Adapun Rose, selama berhasil melumpuhkannya, bukankah mereka bisa mempermainkannya sesuka hati? Lagi pula, mereka tidak perlu takut pada Keluarga Samoa di belakangnya!Logan menunjukkan senyuman jahat dan mengangguk. "Kamu memang pria sejati! Hahaha, bagus! Kalau begitu kita lumpuhkan dia dulu, lalu nikmati dengan baik! Tak kusangka, ternyata ada bonus seperti ini di ujian kali ini! Hahaha ....""Hm, biar kamu duluan. Aku yang kedua! Kalian bertiga juga jangan khawatir, semua kebagian kok!" Cakra mulai membagi-bagi Rose seperti barang dagangan.Begitu mendengarnya, tiga ahli tingkat pembangunan fondasi tahap akhir itu langsung berbinar-binar. Mereka tampak bersemangat. Dengan kecantikan sekelas Rose, bahkan setelah 'dipakai', mereka juga tidak akan keberatan.Saat itu juga, wajah cantik Rose sontak dipenuhi amarah karena percakapan m
Logan bersiap menyerang Afkar sambil memberi isyarat mata kepada Cakra. Isyarat itu sangat jelas, yaitu awasi Rose. Jangan sampai wanita secantik itu kabur saat dia sibuk membunuh Afkar.Cakra mengangguk. "Tenang saja, Logan!"Logan menyeringai dingin ke arah Afkar. "Bocah, aku tahu kulitmu tebal dan pertahananmu kuat, bahkan bisa tahan satu serangan dari tingkat pembentukan inti tahap awal. Tapi, bisa tahan satu serangan bukan berarti tahan sepuluh, apalagi seratus!""Kamu sendiri yang menginginkan kematian ini. Mau jadi pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik ya? Hahaha ... jadi pahlawan itu ada harganya, tahu?""Matilah kamu!" Usai berteriak, Logan mengangkat tombaknya dan langsung menyerang Afkar.Afkar mendengus. Dia menatap Logan yang dipenuhi niat membunuh dengan tidak acuh. "Belum tentu aku yang bakal mati!"Pada detik itu juga, terdengar suara dingin sekaligus tegas. "Berhenti!"Swoosh! Saat berikutnya, Afkar merasakan angin harum berembus. Pandangannya bergetar, lalu seoran
Benar saja, Arisa berkata dengan suara dingin, "Justru karena dia nggak tahu diri dan pernah menyinggungku, kalian nggak boleh membunuhnya sekarang."Selesai bicara, nada suaranya berubah tajam. Dia menatap Afkar dan berkata dengan nada tegas, "Mulai sekarang, kamu dan rekanmu ikut denganku.""Ikut denganmu? Kenapa begitu?" Afkar mengerutkan kening, merasa tidak puas dengan perintah semena-mena itu. "Kalau aku nggak mau, gimana?""Nggak mau?" Arisa sempat terdiam sejenak, lalu mendengus. "Kalau nggak mau, akan kubunuh kalian berdua."Mendengar itu, mata Afkar menyipit. Dia menatap tajam ke arah Arisa, lalu akhirnya mengangkat bahu, seolah-olah pasrah. "Ya sudah. Lagian, siapa yang nggak suka ikut cewek secantik Nona Arisa? Hehe ...."Arisa tersenyum penuh makna. Di dalam matanya, ada kilatan mengejek seperti pemburu yang memandang mangsanya.Setelah itu, Cakra dan Logan membawa masing-masing kelompok mereka pergi dengan ekspresi penuh keengganan. Meskipun Logan sebenarnya ingin terus b
Lukas dan Felix sama-sama merupakan ahli tingkat pembentukan inti. Saat ini, keduanya sedang berhadapan. Niat membunuh pun memuncak di antara mereka, seolah-olah mereka bisa saling membunuh kapan saja!Namun, pada saat yang menegangkan itu, tiba-tiba muncul sesosok berpakaian hitam yang melesat ke tengah mereka. Sosok itu tak lain adalah Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam."Kalian berdua sebenarnya punya dendam sebesar apa? Perlu sampai bertarung hidup mati begini?"tanya Raditya sambil tersenyum, mencoba meredakan ketegangan.Lukas dan Felix sama-sama menoleh ke arahnya. Tatapan mereka penuh kekesalan."Dari mana munculnya sampah ini? Memangnya kamu punya hak buat bicara di sini?" Lukas tersenyum dingin.Felix menyeringai kejam. Nada suaranya penuh ejekan. "Ini namanya skor yang didapat secara cuma-cuma. Siapa cepat dia dapat. Yang bunuh dia duluan boleh ambil kantong dimensinya!"Begitu ucapan itu dilontarkan, Felix langsung menyerang Raditya. Tubuhnya kurus, tetapi auranya sangat kuat
"Kalian berdua benar-benar nggak tertarik untuk memperebutkan itu?"Mendengar perkataan itu, Lukas dan Felix berpandangan, raut wajah mereka menunjukkan tanda-tanda tertarik."Kamu serius? Kalau benar begitu, kenapa kamu malah kasih tahu kami?" tanya Lukas dan Felix dengan penuh keraguan.Raditya menjawab dengan tenang, "Awalnya aku memang nggak berniat kasih tahu siapa pun. Tapi, karena Arisa dari Sekte Langga tiba-tiba dimasukkan ke dalam uji coba ini juga, aku curiga Sekte Langga tahu tentang obat dewa yang langka itu.""Kalau aku hadapi dia sendirian, jelas nggak mungkin bisa menang. Jadi, satu-satunya harapanku adalah bersatu dengan kalian berdua!""Kita bertiga bekerja sama dulu untuk melawan Arisa. Kalau bisa, kita buat dia cedera. Setelah itu, kita baru bersaing untuk merebut obat dewa. Gimana menurut kalian?"Setelah mendengarnya, ekspresi Felix dan Lukas terus berubah. Tampaknya, mereka masih ragu dan sedang mempertimbangkan sesuatu."Bekerja sama untuk melukai Arisa? Bukanka
"Angkat saja, lihat apa yang mereka mau. Bagaimanapun ... Ayah masih di tangan mereka!" ujar Felicia sambil menggertakkan giginya.Fadly mengangguk pelan, lalu mengangkat telepon dan menyapa dengan suara rendah. "Halo?""Pak Fadly, sudah dipikirkan baik-baik? Kesabaran Wakil Ketua Aula Guntur nggak banyak lho!" Suara Kobra terdengar dingin di ujung sana."Apa yang kalian lakukan pada ayahku?" tanya Fadly dengan nada marah bercampur cemas."Pak Tua, sini ngomong sama anakmu. Suruh dia cepat-cepat tunduk! Kalau nggak, nyawamu ini bisa habis!" Kobra tertawa dingin di telepon.Tak lama kemudian, Fadly mendengar suara Harun. "Fad, jangan pedulikan Ayah. Kamu ...."Buk! Sebelum Harun selesai bicara, suara hantaman terdengar keras. Harun tampaknya ditendang sampai jatuh oleh Kobra.Suara pria itu kembali terdengar, dingin dan penuh amarah, "Dasar tua bangka, kamu cari mati ya? Kalau melawan lagi, kuhajar kamu!""Berhenti!" Fadly berteriak keras di telepon, suaranya dipenuhi kemarahan."Hehehe
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih