Detik berikutnya, mata direktur itu membelalak, seolah-olah melihat hantu. Dia menatap Mateo yang berdiri di belakang Afkar."Hehe, kenapa memangnya kalau aku bisa?" Afkar menatapnya sambil bertanya dengan nada nakal."Ini ... ini ... gimana mungkin? Kenapa dia hidup? Ini ... ini nggak mungkin!" Direktur itu menunjuk ke arah Mateo dengan ekspresi tidak percaya.Beberapa dokter lainnya juga tampak sangat terkejut. Melihat Mateo yang berdiri di samping Afkar, mereka hampir mengira Mateo bangkit dari kematian.Hidup? Orang yang sebelumnya telah dinyatakan akan meninggal, yang menurut mereka pasti tidak akan selamat, sekarang berdiri di sana hidup-hidup?"Apa yang terjadi?" tanya Gael dengan bingung saat melihat reaksi para dokter.Yola dan Victor juga menampilkan ekspresi penuh keraguan. Sebelumnya, di ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Mereka hanya tahu ada pasien yang sekarat menggunakan ruang gawat darurat, tetapi tidak melihat siapa wajahnya."Ini ... dia benar-benar selama
"Berhenti!" Yola langsung panik dan berteriak dengan nada melengking. Dia segera berdiri di depan Afkar untuk menghalangi jalannya. "Afkar, hari ini kamu harus menyelamatkannya apa pun yang terjadi!""Oh? Kamu pikir kamu bisa menghalangiku? Atau kamu berharap dia bisa menghentikanku?" tanya Afkar sambil menunjuk Gael, lalu melirik para pengawal Keluarga Permono. "Atau mungkin kamu berharap pada sampah-sampah ini?""Kamu ...." Yola langsung terdiam, wajahnya memerah karena marah dan malu.Sebelumnya, Afkar sempat berhadapan langsung dengan Gael dan tidak kalah sedikit pun. Jika dia benar-benar menolak menyelamatkan Gulzar, orang-orang yang ada di sini memang tidak bisa menghentikannya.Namun, jika Afkar pergi begitu saja, mereka tentu akan menghadapi pembalasan dendam Keluarga Samoa, termasuk Yola. Bahkan, seluruh Keluarga Permono mungkin akan menanggung kemarahan Keluarga Samoa.Putra bungsu Keluarga Samoa mati di sini. Keluarga Samoa tidak akan peduli apakah itu disengaja oleh Yola at
"Hehe ...." Afkar terkekeh-kekeh tanpa emosi, mengangkat bahu dan berkata, "Ya sudah kalau nggak percaya! Tadi kalian bilang demi Gulzar, kalian rela melakukan apa saja. Sekarang malah menjilat ludah sendiri. Apa gigimu lebih berharga daripada nyawa Gulzar?"Mata Gael berkilat beberapa kali. Dia mengedarkan tatapan bahaya ke Yola. Merasakan tatapan itu, Yola langsung merasa gugup dan berkata dengan panik, "Pak Gael, dia cuma bicara omong kosong! Orang ini sengaja memanfaatkanmu. Dia punya dendam padaku, makanya bicara seperti itu! Jangan percaya dia, kumohon!”"Pak Gael, jangan ...." Victor juga bersuara dengan panik.Namun, Gael sudah bertindak. Dia mencengkeram rambut Yola dengan ekspresi marah. Lebih baik percaya daripada tidak!Lagi pula, dia sudah lama merasa kesal terhadap Yola. Tuan muda mereka bersama wanita ini sebelum kecelakaan terjadi! Membayangkan dirinya harus menghadapi amarah Keluarga Samoa setelah pulang, Gael semakin marah!"Kamu ini pembawa sial! Kalau bukan karena k
Afkar tahu bahwa hari ini dia benar-benar telah membuat Yola, bahkan Keluarga Permono, membencinya. Namun, memangnya kenapa?Yola hampir saja membuat Felicia dinodai bajingan seperti Noah. Karena masalah ini, Yola sudah ditakdirkan akan selalu bermusuhan dengan Afkar. Afkar tidak takut jika musuh membencinya!Jika musuh membencinya, itu berarti pihak musuhnya telah dirugikan atau dilukai. Namun, jika pihak Afkar yang dihina dan musuhnya merasa senang, itu menunjukkan bahwa dirinya tidak berguna.Lagi pula, Afkar bahkan tidak pernah menganggap serius Yola dan Keluarga Permono. Jika mereka berani membalas dendam, lain kali mereka akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih buruk daripada sekadar kehilangan gigi.Saat ini, Afkar tidak menyadari bahwa sikapnya berubah perlahan tanpa disadari. Kutukan yang menimpa Shafa, kabar duka tentang orang tuanya .... Dalam beberapa waktu terakhir, hati Afkar mengalami pukulan berat berulang kali.Dia pernah marah besar, juga bahkan membunuh dengan aura m
"Kalau menurutmu begitu, memang sangat mungkin!"....Afkar langsung membawa Felicia kembali ke Vila Emperor. Setelah berhasil menenangkan Shafa hingga tertidur, dia mendekati Felicia dengan wajah lembut."Kamu nggak tidur semalaman. Istirahatlah di sini hari ini. Nggak usah pergi ke kantor. Lagian nggak semua hal harus kamu kerjakan sendiri," kata Afkar sambil menggenggam tangan kecil Felicia.Wajah Felicia sedikit memerah, lalu dia mengangguk pelan. "Iya."Afkar tersenyum, lalu berkata dengan nada menggoda, "Gimana kalau mulai sekarang kamu tinggal saja sama aku? Dengan begitu, aku bisa merasa lebih tenang."Mendengar ucapannya, Felicia meliriknya tajam sambil mendengus kecil, "Bukannya aku sudah bilang, tunggu sampai kita menikah dulu! Lagian, meskipun aku tinggal di sini, kamu juga nggak mungkin bisa menjagaku 24 jam sehari. Aku tetap harus bekerja di kantor, 'kan?""Tenang saja, nggak banyak orang yang akan mencoba mencelakaiku. Setelah kejadian ini, Noah seharusnya juga nggak aka
Yola menatap Afkar dengan mata berbinar penuh misteri, tetapi ada jejak kemarahan di dalamnya.Seharusnya, pria ini sudah terkena racun pengikat jiwanya, yang jauh lebih kuat daripada mantra pengikat cinta biasa. Dengan racun itu, Afkar seharusnya tergila-gila padanya, kehilangan kendali dan terpikat sepenuhnya.Namun, sekarang pria ini malah menunjukkan ekspresi dingin dan tidak sabar?"Afkar, apa yang terjadi? Kamu lagi bad mood, ya? Aku datang ke sini untuk menemuimu, kenapa kamu malah nunjukkin wajah seperti itu?" ujar Yola dengan nada manja, sambil berjalan menghampiri dengan gerakan anggun dan menggoda.Afkar menarik napas dalam-dalam, merilekskan wajahnya, lalu tersenyum, menampilkan ekspresi penuh ketertarikan. "Nggak apa-apa, cuma lagi kepikiran soal putriku saja! Tapi begitu melihatmu, suasana hatiku langsung membaik!""Hmph, aku sempat berpikir kamu nggak suka lagi sama aku," ujar Yola sambil mendengus kecil dengan nada menggoda."Mana mungkin? Kamu menawan sekali. Aku sampa
"Dia mantan istriku!" jawab Afkar sambil mengernyit, lalu membuka pintu mobil dan turun dengan ekspresi dingin.Melihat Afkar, wajah Freya langsung dihiasi senyuman. Dia mendekat dan mencoba melongok ke dalam mobil. "Shafa ada di dalam mobil? Afkar, boleh nggak aku lihat anak kita?" tanyanya dengan penuh harap.Afkar langsung menutup pintu mobil dan menatapnya dengan ekspresi dingin. "Freya, apa lagi yang kamu inginkan?"Freya menatap Afkar dengan tatapan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi rapuh dan rasa tidak bersalah. "Aku nggak menginginkan apa-apa, aku cuma merindukanmu dan Shafa. Aku ke sini cuma untuk melihat kalian," jawabnya dengan suara manja.Melihat sikap Freya yang pura-pura lemah dan manja, Afkar merasa sangat muak.Dulu, Freya juga bersikap seperti ini di depannya. Manis, lembut, dan penuh kasih. Karena itulah, Afkar dulu terpikat untuk menikah dengannya dan akhirnya mereka memiliki Shafa.Saat itu, setiap kali Freya bermanja-manja, hati Afkar langsung luluh. Dia meman
Afkar tertawa sinis.Di detik berikutnya, dia berjalan ke sisi penumpang, lalu membuka pintu mobil fan menarik Yola keluar. Dengan tegas, dia melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu!Yola mengerang pelan, lalu melirik Freya sejenak. Dengan penuh percaya diri, dia mengaitkan lengannya di leher Afkar dan berkata manja, "Afkar, ayo kita pergi sekarang! Aku sudah pesan kamar di hotel, lho. Kamar khusus pasangan!"Afkar menatap Freya dengan tatapan dingin, lalu mencibir. "Freya, kamu pernah dengar ungkapan 'Kuda yang baik nggak akan makan rumput yang sudah dilewatinya'? Meskipun lagi kelaparan, aku nggak akan menyentuh makanan basi!""Lagian, aku nggak lapar. Siapa bilang aku kekurangan wanita?"Ekspresi Freya langsung berubah. Wajahnya merah padam saat dia menatap Yola di samping Afkar. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa di dalam mobil itu, bukan Shafa yang dia cari, melainkan seorang wanita yang luar biasa cantik!Pria yang dulu dia anggap sebagai "pengemis" ini, kini dikelilingi
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s