Afkar tahu bahwa hari ini dia benar-benar telah membuat Yola, bahkan Keluarga Permono, membencinya. Namun, memangnya kenapa?Yola hampir saja membuat Felicia dinodai bajingan seperti Noah. Karena masalah ini, Yola sudah ditakdirkan akan selalu bermusuhan dengan Afkar. Afkar tidak takut jika musuh membencinya!Jika musuh membencinya, itu berarti pihak musuhnya telah dirugikan atau dilukai. Namun, jika pihak Afkar yang dihina dan musuhnya merasa senang, itu menunjukkan bahwa dirinya tidak berguna.Lagi pula, Afkar bahkan tidak pernah menganggap serius Yola dan Keluarga Permono. Jika mereka berani membalas dendam, lain kali mereka akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih buruk daripada sekadar kehilangan gigi.Saat ini, Afkar tidak menyadari bahwa sikapnya berubah perlahan tanpa disadari. Kutukan yang menimpa Shafa, kabar duka tentang orang tuanya .... Dalam beberapa waktu terakhir, hati Afkar mengalami pukulan berat berulang kali.Dia pernah marah besar, juga bahkan membunuh dengan aura m
"Kalau menurutmu begitu, memang sangat mungkin!"....Afkar langsung membawa Felicia kembali ke Vila Emperor. Setelah berhasil menenangkan Shafa hingga tertidur, dia mendekati Felicia dengan wajah lembut."Kamu nggak tidur semalaman. Istirahatlah di sini hari ini. Nggak usah pergi ke kantor. Lagian nggak semua hal harus kamu kerjakan sendiri," kata Afkar sambil menggenggam tangan kecil Felicia.Wajah Felicia sedikit memerah, lalu dia mengangguk pelan. "Iya."Afkar tersenyum, lalu berkata dengan nada menggoda, "Gimana kalau mulai sekarang kamu tinggal saja sama aku? Dengan begitu, aku bisa merasa lebih tenang."Mendengar ucapannya, Felicia meliriknya tajam sambil mendengus kecil, "Bukannya aku sudah bilang, tunggu sampai kita menikah dulu! Lagian, meskipun aku tinggal di sini, kamu juga nggak mungkin bisa menjagaku 24 jam sehari. Aku tetap harus bekerja di kantor, 'kan?""Tenang saja, nggak banyak orang yang akan mencoba mencelakaiku. Setelah kejadian ini, Noah seharusnya juga nggak aka
Yola menatap Afkar dengan mata berbinar penuh misteri, tetapi ada jejak kemarahan di dalamnya.Seharusnya, pria ini sudah terkena racun pengikat jiwanya, yang jauh lebih kuat daripada mantra pengikat cinta biasa. Dengan racun itu, Afkar seharusnya tergila-gila padanya, kehilangan kendali dan terpikat sepenuhnya.Namun, sekarang pria ini malah menunjukkan ekspresi dingin dan tidak sabar?"Afkar, apa yang terjadi? Kamu lagi bad mood, ya? Aku datang ke sini untuk menemuimu, kenapa kamu malah nunjukkin wajah seperti itu?" ujar Yola dengan nada manja, sambil berjalan menghampiri dengan gerakan anggun dan menggoda.Afkar menarik napas dalam-dalam, merilekskan wajahnya, lalu tersenyum, menampilkan ekspresi penuh ketertarikan. "Nggak apa-apa, cuma lagi kepikiran soal putriku saja! Tapi begitu melihatmu, suasana hatiku langsung membaik!""Hmph, aku sempat berpikir kamu nggak suka lagi sama aku," ujar Yola sambil mendengus kecil dengan nada menggoda."Mana mungkin? Kamu menawan sekali. Aku sampa
"Dia mantan istriku!" jawab Afkar sambil mengernyit, lalu membuka pintu mobil dan turun dengan ekspresi dingin.Melihat Afkar, wajah Freya langsung dihiasi senyuman. Dia mendekat dan mencoba melongok ke dalam mobil. "Shafa ada di dalam mobil? Afkar, boleh nggak aku lihat anak kita?" tanyanya dengan penuh harap.Afkar langsung menutup pintu mobil dan menatapnya dengan ekspresi dingin. "Freya, apa lagi yang kamu inginkan?"Freya menatap Afkar dengan tatapan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi rapuh dan rasa tidak bersalah. "Aku nggak menginginkan apa-apa, aku cuma merindukanmu dan Shafa. Aku ke sini cuma untuk melihat kalian," jawabnya dengan suara manja.Melihat sikap Freya yang pura-pura lemah dan manja, Afkar merasa sangat muak.Dulu, Freya juga bersikap seperti ini di depannya. Manis, lembut, dan penuh kasih. Karena itulah, Afkar dulu terpikat untuk menikah dengannya dan akhirnya mereka memiliki Shafa.Saat itu, setiap kali Freya bermanja-manja, hati Afkar langsung luluh. Dia meman
Afkar tertawa sinis.Di detik berikutnya, dia berjalan ke sisi penumpang, lalu membuka pintu mobil fan menarik Yola keluar. Dengan tegas, dia melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu!Yola mengerang pelan, lalu melirik Freya sejenak. Dengan penuh percaya diri, dia mengaitkan lengannya di leher Afkar dan berkata manja, "Afkar, ayo kita pergi sekarang! Aku sudah pesan kamar di hotel, lho. Kamar khusus pasangan!"Afkar menatap Freya dengan tatapan dingin, lalu mencibir. "Freya, kamu pernah dengar ungkapan 'Kuda yang baik nggak akan makan rumput yang sudah dilewatinya'? Meskipun lagi kelaparan, aku nggak akan menyentuh makanan basi!""Lagian, aku nggak lapar. Siapa bilang aku kekurangan wanita?"Ekspresi Freya langsung berubah. Wajahnya merah padam saat dia menatap Yola di samping Afkar. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa di dalam mobil itu, bukan Shafa yang dia cari, melainkan seorang wanita yang luar biasa cantik!Pria yang dulu dia anggap sebagai "pengemis" ini, kini dikelilingi
"Jangan buru-buru! Aku ingin memastikan foto-foto ini memberikan dampak yang paling maksimal! Coba bayangkan, kalau foto-foto ini dirilis tepat saat pernikahan Afkar dan Felicia. Bukankah itu akan menjadi momen yang sangat menghebohkan?""Hahahaha ...." David tertawa licik, wajahnya dipenuhi kepuasan jahat.....Di sisi lain ....Afkar dan Yola tiba di hotel dan Yola benar-benar memesan sebuah kamar suite khusus pasangan.Begitu mereka masuk, ruangan itu diterangi dengan lampu berwarna merah muda sehingga menciptakan suasana yang sangat menggoda. Afkar langsung mengangkat alisnya menatap Yola dengan tatapan aneh.Pada saat ini, Yola memancarkan pesona yang luar biasa. Setiap gerakan Yola, mulai dari cara dia berjalan hingga tatapan matanya, penuh dengan daya tarik yang memikat.'Teknik rayuan?' pikir Afkar dalam hati, matanya menyipit dengan penuh kewaspadaan.Detik berikutnya, dia menelan ludah dengan gugup dan bertanya, "Yola, kamu nggak serius mau ...."Yola tertawa tipis. Dia melan
Pada saat didorong menjauh, Yola tertegun sejenak. Ekspresi di wajahnya tampak kaget dan marah. Dia memandang Afkar tanpa berkedip, penuh dengan ketidakpercayaan.Bagaimana mungkin ini terjadi? Seorang wanita dengan kecantikan luar biasa sepertinya, ditambah dengan Teknik rayuan yang dia gunakan, Afkar seharusnya sudah berada di bawah kendali Teknik mengikat jiwanya.Dalam keadaan normal, pria pasti akan sepenuhnya terpesona dan jatuh ke dalam pelukannya hanya dengan sebuah isyarat kecil darinya. Namun, pria ini malah mendorongnya pergi?"Afkar, apa-apaan ini? Apa maksudmu dengan 'belum sampai tahap itu'? Aku sudah jatuh cinta padamu, bahkan tanpa ragu mengorbankan segalanya. Tapi kamu?""Kamu malah ragu-ragu? Apa kamu masih bisa disebut pria sejati?" hardik Yola.Afkar melambaikan tangannya, berusaha menjauhkan dirinya dari situasi yang semakin tidak nyaman. "Aku belum siap! Ngomong-ngomong, kamu datang ke sini sebenarnya ada urusan apa? Bicarakan hal yang penting dulu!"Yola mendengu
Namun kini, dari penuturan Meara, Afkar mengetahui bahwa kedua orang tuanya ... telah tiada. Dengan fakta itu, permainan sandiwara yang selama ini dia mainkan dengan Yola terasa tidak lagi berarti.Yola yang kini terpojok, menggigit bibirnya dan menatap Afkar dengan mata penuh amarah serta rasa tidak berdaya. "Kamu mau tanya apa? Cepat bilang!"Afkar mengangguk perlahan. Namun, tepat pada saat itu, Yola tiba-tiba bergerak dengan kecepatan kilat dan berusaha melarikan diri ke arah pintu!Namun, Afkar sudah menduga ini sebelumnya. Dengan cepat, dia mengayunkan telapak tangannya dan mengarahkan sebuah serangan penuh energi sejati ke arah punggung Yola.Sebuah energi yang terkonsentrasi memelesat seperti kilat dan menghantam punggung Yola dengan keras!Pfftt!Yola langsung memuntahkan darah, tubuhnya terhuyung ke depan dan jatuh ke lantai. Dalam satu serangan, Afkar telah membuatnya terluka parah.Jika sebelumnya dalam pertemuan pertama mereka Yola masih bisa melarikan diri dari Afkar, kin
"Rasanya pasti sangat memuaskan membunuh seorang genius, 'kan? Bocah, kenapa kamu nggak menyembunyikan kekuatanmu sampai akhir? Sepertinya, mentalmu masih belum cukup matang!""Ingat baik-baik untuk kehidupan selanjutnya, sebelum kamu benar-benar tumbuh kuat, belajarlah untuk menunduk dan menyembunyikan taringmu!"Giiik! Giiik .... Di saat itu, beberapa mobil tiba-tiba berhenti tidak jauh dari sana. Suara rem mereka memecah keheningan.Jelas, mereka juga menyadari ada sesuatu yang terjadi di jalan ini dan memutuskan untuk menepi dan mengamati.Dari salah satu mobil, terlihat sosok Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam, bersama dengan Kelam dan Orion."Santo, bukankah itu Afkar?" Kelam menyipitkan mata sambil bertanya dengan ekspresi terkejut.Raditya mengangguk pelan. "Yang berjubah biru itu sepertinya adalah perwakilan dari Keluarga Pakusa dari dunia misterius. Dilihat dari situasinya, sepertinya dia sedang mengincar Afkar.""Terus, kita harus gimana?" tanya Kelam.Orion yang duduk di kurs
Afkar melajukan mobil off-road dengan kecepatan paling tinggi, melintasi jalanan di antara kaki pegunungan.Felicia sudah mengatakan, kalau Afkar tidak sempat kembali, paling-paling Fadly akan menyerahkan kekuasaannya. Namun, Afkar tetap memilih untuk mengambil risiko dengan meninggalkan Desa Langga.Dia tahu ini keputusan berisiko. Namun, yang lebih menakutkan adalah kemungkinan kecil yang bisa berakibat fatal.Afkar tidak bisa memastikan, jika benar Fadly mengadakan pertemuan dunia mafia dan secara resmi bergabung dengan Organisasi NC, apakah pihak lawan akan menepati janji atau justru berbalik menghancurkan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.Jadi, jika memang harus ada yang mengambil risiko, Afkar lebih rela itu dirinya sendiri, bukan orang-orang yang dia sayangi.Mungkin memang begitu watak Afkar sejak dulu, seseorang yang lebih dikendalikan oleh perasaan daripada logika. Sejak dia rela menjual ginjal demi menyelamatkan putrinya, bahkan menabrakkan diri demi uang kompensasi,
Setelah mendengar ucapan itu, Afkar tidak bisa membantah dan hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata, "Baiklah."Saat itu juga, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan matanya langsung berbinar. "Kalau begitu, kita nggak perlu terburu-buru. Aku mau telepon orang dulu."Menghadapi kemungkinan penyergapan yang akan datang, Afkar tiba-tiba teringat akan seorang penolong, Murad.Putra Keluarga Hasyim yang seluruh tubuhnya seperti dilapisi kulit pohon itu punya latar belakang yang luar biasa kuat. Bahkan, pengikut yang selalu ada di sekelilingnya pun punya kekuatan yang tidak bisa diprediksi.Apalagi, Murad masih mengandalkan Afkar untuk menyembuhkannya. Pria itu tidak mungkin ingin melihat Afkar mati.Sekarang ada yang ingin menyergapnya, bukankah kekuatan Murad akan sangat berguna? Namun, kemungkinan butuh beberapa hari agar bala bantuan bisa tiba.Bagaimanapun, nyawa adalah hal yang utama. Afkar dan Rose bisa tinggal di Desa Langga beberapa hari, paling-paling keluar uang sedikit.Lagi pul
Semalam pun berlalu dengan tenang.Setelah beristirahat semalaman, Afkar bersama dua rekannya meninggalkan wilayah Sekte Langga. Rose telah mendapatkan kualifikasi untuk menjadi murid Sekte Langga, tetapi dia belum langsung menetap di sana, karena masih harus pulang untuk mengurus beberapa hal.Saat itu, Afkar belum tahu bahwa Felicia dan yang lainnya sudah hampir gila karena tidak bisa menghubunginya sama sekali.Tentu saja, yang pergi bukan hanya mereka bertiga. Setelah uji coba peringkat individu selesai, keluarga-keluarga dan sekte-sekte juga turut kembali ke Desa Langga di luar.Ketika Afkar dan dua rekannya kembali ke penginapan di ujung desa itu, mereka langsung melihat rombongan Keluarga Darmadi di sana.Setelah Logan tewas, kini yang memimpin adalah seorang pria paruh baya dengan kekuatan tingkat pembentukan inti tahap awal. Namanya Rudy, paman Logan."Afkar, berani sekali kamu membunuh Logan! Menurutmu musuh Keluarga Samoa masih kurang banyak ya?" Begitu melihat Afkar, Rudy l
Rose merasa dirinya yang mengambil alih kendali. Entah kenapa, di dalam hatinya, dia merasa Afkar ini ... agak menggemaskan.Saat sedang sombong, Afkar seolah-olah akan terbang ke langit. Namun, baru dicium sekali, dia langsung malu?Rose menutup mulutnya sambil tersenyum geli, lalu berdiri dan berkata, "Afkar, kamu memang nggak bisa menerimaku jadi wanitamu, tapi kita sudah pernah melewati hidup dan mati bersama. Nggak masalah kalau aku jadi sahabatmu, 'kan?""Pokoknya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku dan Keluarga Samoa. Aku sampai nggak tahu harus membalasnya dengan apa. Kelak kalau kamu butuh bantuan, aku pasti akan siap bertaruh nyawa untukmu."Setelah mengucapkan itu, dia sekali lagi menatap Afkar dengan dalam, lalu akhirnya membuka pintu dan pergi."Fiuh ...." Afkar akhirnya mengembuskan napas panjang. Dia merasa lebih lega.Dia menyentuh pipinya. Rasanya masih ada sisa kehangatan dan aroma lembut dari Rose. Sebuah senyuman getir pun muncul di wajahnya
Afkar hampir tersedak saat mendengar perkataan Rose!Astaga! Mau jadi istri mudanya? Berani sekali wanita ini mengatakan hal seperti itu!Sebelumnya Rose bersikap angkuh di hadapannya, tetapi sekarang malah mau jadi istri mudanya? Dari ekspresinya, sepertinya dia tidak bercanda?"Nona Rose, sekarang ini zaman apa? Kita hidup di masyarakat yang menganut sistem monogami, bukan zaman poligami! Jangan bercanda deh!" Afkar berkata sambil mengelap keringat di dahinya.Mendengar itu, mata indah Rose tampak sedikit meredup. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, "Apa kamu masih dendam karena sikapku yang dulu? Aku tahu .... Waktu itu aku salah menilai. Aku nggak seharusnya meremehkanmu ...."Afkar melambaikan tangan, menyela, "Bukan, bukan karena itu! Cuma, cara pandang kita saja yang beda. Aku nggak bisa terima poligami dan aku sangat menghargai istriku, jadi ...."Afkar tersenyum getir dalam hati. Akhirnya, dia paham juga apa maksud dari pepatah "paling susah menolak cinta seorang wanita canti
Detik berikutnya, Pisau Naga Es di depan Afkar tiba-tiba bergetar hebat, mengeluarkan dengingan tajam dan jernih. Suara itu seperti raungan harimau dan naga yang mengamuk.Pada saat yang sama, bilah memancarkan cahaya perak yang terang, menyala selama beberapa detik sebelum akhirnya meredup kembali.Mata Afkar berbinar terang. Dia bisa merasakan seolah-olah dirinya dan pedang itu telah terhubung dalam satu kesatuan yang harmonis.Afkar menggenggam gagangnya, kembali mengelus permukaan bilah. Namun, kali ini dia tidak lagi merasakan aura tajam ataupun hawa dingin yang menusuk. Yang dia rasakan hanyalah keluwesan serta keintiman.Seakan-akan Pisau Naga Es bukan sekadar senjata, melainkan sepasang mata yang menyatu dengan tubuhnya. Ketajamannya hanya akan diarahkan pada musuh dan tidak akan pernah menyakiti tuannya."Luar biasa! Pedang ini benar-benar bisa dirasuki oleh roh pedang milikku! Jadi, ini yang disebut ... senjata yang memiliki roh?"Afkar memegang pedang itu erat-erat, merasaka
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan tempat Zinia, mereka kembali ke halaman yang sementara ditinggali mereka selama berada di tempat ini.Karena berada di wilayah sekte, para pendatang seperti mereka tidak diperbolehkan berkeliaran sembarangan. Setelah makan, Afkar hanya berdiam diri di dalam kamar.Dia duduk bersila di atas ranjang, merasakan perubahan yang terjadi setelah menembus ke tingkat pembentukan inti secara saksama.Berbeda dengan para kultivator tingkat pembentukan inti biasa, kini seluruh pusat energinya telah berubah menjadi bola padat yang terbentuk dari energi sejati murni yang sangat terkondensasi. Daya tahan bola itu bahkan sekeras logam mulia.Energi sejati dalam bentuk seperti ini biasanya hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat pembentukan inti tahap puncak.'Dengan kekuatanku yang sekarang, bagaimana kalau aku melawan seorang kultivator tingkat inti emas?' batin Afkar.Tadi saat bersama Zinia, Afkar secara halus mencoba menggali informasi tentang kekuatan Saf
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari