Mana mungkin Afkar tidak mengenal liontin itu! Liontin berbentuk naga yang ada di gambar itu adalah pusaka keluarga yang diwariskan turun-temurun dari kakeknya ke ayahnya, dan akhirnya kepadanya.Justru karena liontin itu, hidup Afkar mengalami perubahan drastis. Berkat liontin itu pula, dia memperoleh berbagai kemampuan yang dimilikinya sekarang.Saat ini, liontin naga tersebut memang sudah pudar dan kehilangan kilaunya, tetapi Afkar tetap menyimpannya dengan hati-hati di dalam brankas di vila pribadinya. Baginya, benda itu bukan sekadar pusaka, tetapi simbol warisan keluarga yang tak ternilai.Namun, tidak disangka hari ini ada orang yang mencari liontin itu! Yang lebih mengejutkan lagi, orang itu juga bermarga Rajendra, sama seperti dirinya!Meskipun begitu, Afkar tetap bersikap hati-hati. Instingnya memperingatkan bahwa Sahira bukanlah orang yang bisa dipercaya. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum manisnya yang tampak polos.Oleh karena itu, dia sama sekali tidak mungkin m
Alvin juga merasa agak jengkel terhadap Afkar. "Kak Afkar, apa maksudmu? Apa Sahira atau aku ada salah sama kamu?" tanya Alvin.Felicia juga memandang Afkar dengan bingung, tetapi akhirnya tetap tidak menyentuh gelas anggurnya. Baginya, Afkar bukan tipe orang yang akan bertindak tanpa alasan.Cello yang duduk di sisi lain, sempat ragu sejenak sebelum akhirnya meletakkan kembali gelas anggurnya.Sebagai penerus Grup Akasa, Cello selalu berusaha tetap tenang. Apalagi, Afkar adalah orang yang baru saja menyembuhkan ibunya. Rasa hormat dan kepercayaan terhadap Afkar membuatnya lebih berhati-hati. Jika Afkar melarangnya untuk minum, dia memutuskan untuk melihat situasinya lebih jauh terlebih dahulu.Melihat situasi ini, Afkar tetap tenang. Wajahnya terlihat serius dan suaranya terdengar jelas saat dia menatap Sahira. "Racun Foniks. Salah satu teknik tertinggi dalam ilmu racun dari suku Tahina. Bu Sahira, siapa sebenarnya dirimu? Apa tujuanmu datang ke Kota Nubes?"Begitu kata-kata itu teruc
Setelah bernapas beberapa kali, Alvin merasakan bau anyir di tenggorokannya."Hoek!" Detik berikutnya, dia memuntahkan seekor cacing berwarna merah."Aaahh!" Adegan ini membuat beberapa wanita di sana yang menyaksikannya langsung berteriak. Sementara itu, beberapa orang lainnya juga tampak terkejut. Mereka merasa merinding dan ketakutan.Setelah itu, ekspresi Alvin akhirnya menjadi normal. Tatapan penuh kasihnya terhadap Sahira juga berubah menjadi ketakutan. Melihat cacing yang dimuntahkannya, Alvin bertanya dengan kaget, "Sahira, ini benaran ulahmu?"Namun, Sahira malah tidak menatapnya sama sekali. Bagaimanapun, Alvin hanyalah sebuah alat baginya. Kini setelah alatnya dihancurkan, Sahira hanya memelototi Afkar dengan marah."Berengsek, kamu terus-terusan menghancurkan rencanaku. Cari mati!" Setelah melontarkan makian itu, ekspresi Sahira menjadi tajam dan tubuhnya langsung berkelebat.Dia menyerbu Afkar dengan telapak tangan yang membentuk pisau. Kemudian, dia menebasnya ke arah leh
Yola juga ketakutan hingga wajahnya pucat pasi. "Afkar, mengingat aku dan Felicia adalah sahabat, kumohon jangan perhitungan sama aku ya? Tolong selamatkan aku ... aku nggak mau keracunan ...."Orang-orang lainnya juga ikut memohon dengan ketakutan."Hehe, sekarang baru tahu takut? Tenang saja. Racun itu baru saja masuk ke dalam tubuh kalian dan masih berada di saluran pencernaan, belum sempat masuk ke dalam darah.""Begini saja, campurkan bubuk tawas dengan air panas, lalu minum. Setelah itu, paksa diri kalian untuk muntah sampai benar-benar nggak ada lagi yang bisa dikeluarkan," kata Afkar.Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang langsung berhamburan keluar tanpa ragu-ragu. Sementara itu, Alvin dan Cello tampak semakin percaya dan kagum terhadap Afkar. Selanjutnya, Alvin mengajak mereka berpindah ruangan dan makan berempat.Sejam kemudian ....Afkar dan Felicia keluar dari Sriburasa dan bersiap menuju mobil untuk mengantar Felicia pulang. Keduanya berjalan dengan Felicia berada di
Benar, Felicia memang tahu tentang liontin naga milik Afkar. Awalnya saat Afkar ditabrak oleh mobilnya dan terpental jauh, dia masih menggenggam liontin itu dengan erat. Mana mungkin Felicia tidak mengingatnya?Ketika Sahira mengeluarkan gambar liontin tadi, meskipun Felicia tampak tenang, pikirannya penuh dengan rasa penasaran dan kebingungan.Setelah mendengar ucapannya barusan, ekspresi Afkar langsung berubah. Pandangannya menjadi dingin dan tajam saat dia berkata, "Kamu ngancam aku?"Felicia merasakan perubahan tatapan Afkar dan seketika terdiam. Ekspresi wajahnya memancarkan kekecewaan bercampur ketidakadilan, sambil menatap kesal pada lelaki ini."Aku memang mau ngancam kamu, memangnya kenapa? Kamu berani nggak nurutin perkataanku?"Afkar hanya bisa terdiam sejenak. Entah mengapa, sikap Felicia yang angkuh ini membuat hatinya bergetar."Oke, aku nurut. Nggak masalah, 'kan? Istriku sayang .... Tapi kamu harus bantu aku jaga rahasia ini."Felicia menatapnya dengan kesal, lalu mende
"Harga tinggi? Setinggi apa?" tanya Afkar."Misalnya, mereka membuat sebuah pil obat, harganya bisa mencapai puluhan miliar. Sebuah kitab seni bela diri, harganya bisa langsung menyentuh ratusan miliar ...," jelas Fadly sambil melanjutkan penjelasannya tentang Keluarga Samoa.Keluarga ini memang tersembunyi dan rendah hati, tetapi kekuatan mereka sungguh tidak bisa diremehkan.Mereka memang tidak berbisnis secara terbuka, tetapi Keluarga Samoa sangat kaya. Dalam satu acara lelang saja, mereka bisa meraup keuntungan hingga triliunan bahkan lebih.Selain itu, Keluarga Samoa memiliki banyak ahli bela diri. Mereka kadang menerima tugas-tugas khusus, tetapi harga yang mereka patok juga luar biasa mahal. Tentu saja, kekuatan para ahli yang dikirim oleh Keluarga Samoa sudah tidak perlu diragukan lagi.Meski Ryasa disebut-sebut sebagai ahli bela diri nomor satu di Provinsi Jimbo, besar kemungkinan ada seseorang di Keluarga Samoa yang lebih kuat darinya. Hanya saja, mereka tidak pernah pamer ke
Erlin langsung merasa jantungnya berdebar kencang saat melihat ekspresi Renhad. Sikap Renhad membuatnya merasa seolah-olah hidupnya tidak akan lama lagi."Ada apa? Katakan yang sebenarnya!" bentak Erlin dengan marah. Wajahnya memerah, napasnya tersengal-sengal, dan batuk kembali menyerangnya."Bu, benaran nggak apa-apa .... Ibu tenang saja, fokus saja untuk beristirahat dengan baik," ujar Renhad dengan senyum pahit di wajahnya.Erlin memandang putranya dalam-dalam. Setelah terdiam beberapa saat, dia akhirnya menghela napas panjang dan berkata dengan suara berat, "Ah ... usiaku sudah setua ini. Kalaupun terjadi sesuatu, nggak perlu heboh. Hanya saja ... aku nggak rela!"Saat berkata demikian, Erlin menepuk meja dengan keras. Wajahnya dipenuhi kemarahan dan kekecewaan.Seumur hidupnya, dia selalu menjadi sosok yang berkuasa dan ditakuti. Namun pada akhirnya, dia malah dikalahkan oleh cucunya sendiri, Felicia. Bahkan perusahaan farmasi milik Keluarga Safira kini telah lepas dari genggaman
Adapun putra ketiga dan keempatnya, mereka tidak terlalu menyatakan sikap mereka.Martabat Erlin berkali-kali diinjak-injak oleh Felicia dan Afkar. Bahkan, dia harus mendatangi rumah mereka untuk meminta maaf. Kini, Erlin telah bermusuhan dengan keluarga putra pertamanya!Itu sebabnya, dia harus menyokong putranya yang lain untuk bangkit supaya bisa melawan mereka. Satu-satunya yang bisa diharapkan pun hanya putra keduanya, Renhad!....Setelah meninggalkan rumah Keluarga Safira, Renhad masuk ke mobil. Jessyln dan Viola yang menunggu di dalam sejak tadi lantas bertanya dengan tidak sabar, "Sayang, gimana keadaan Ibu? Sudah sekarat ya?"Wajah Jesslyn dipenuhi penantian. Sementara itu, wajah Viola juga dipenuhi ketamakan saat berujar, "Ayah, kamu harus buat Nenek tulis wasiat sebelum meninggal. Semua sahamnya harus jatuh ke tanganmu!"Renhad mendengus, lalu melambaikan tangannya dengan gusar. "Apa yang kalian pikirkan? Ibuku nggak bakal mati dalam waktu dekat ini. Dokter suruh dia istira
Apalagi, Keluarga Permono pernah bekerja sama dengan Keluarga Samoa. Mereka sangat memahami betapa kuatnya fondasi Keluarga Samoa.Jika tidak, Victor tidak akan merendahkan dirinya seperti ini di hadapan seorang pengurus Keluarga Samoa."Gulzar pasti baik-baik saja. Ya, pasti," ucap Victor berulang kali."Ya, ya, Gulzar pasti akan selamat!" Yola juga berdoa untuk keselamatan Gulzar.Namun, Gael hanya membalas, "Semoga begitu!"Saat ini, beberapa orang berjalan mendekat dengan santai. Begitu melihat mereka, Yola, Victor, Gael, serta para pengawal Keluarga Permono langsung menunjukkan ekspresi tidak ramah."Afkar, Felicia? Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Yola dengan dingin.Gael menatap Afkar sambil bertanya, "Bocah, aku sedang sibuk dan nggak punya waktu untukmu. Kamu malah sengaja muncul di hadapanku ya?"Afkar tersenyum dingin. "Barusan aku dengar kalian berdoa agar pemuda di dalam sana selamat, 'kan? Heh, sayang sekali .... Aku harus memberitahumu, rumah sakit ini nggak akan
Afkar sebelumnya sempat melirik kondisi pemuda itu dan yakin bahwa rumah sakit tidak akan mampu menyelamatkannya.Dilihat dari sikap Yola dan ayahnya, Afkar merasa ini adalah kesempatan untuk memanfaatkan keadaan. 'Kalian ingin pemuda itu tetap hidup? Oke, mari kita lihat sejauh apa mereka akan bersandiwara!'Selanjutnya, Afkar melanjutkan proses penyembuhan Mateo. Dia terus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sekaligus menggunakan teknik akupunktur "Sembilan Vitalitas" dari Kitab Kaisar Naga.Mateo yang awalnya berada di ambang kematian menurut ilmu medis modern, perlahan-lahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang luar biasa.Entah berapa lama kemudian, Mateo akhirnya bangun dan turun dari ranjang. Meskipun wajahnya masih agak pucat, dia sudah mampu untuk berdiri dan berjalan."Sekarang kamu cuma perlu istirahat beberapa hari dan semuanya akan pulih sepenuhnya," ucap Afkar sambil tersenyum.Mata Mateo berkaca-kaca. Dia memandang Afkar dengan penuh rasa syukur. Sesaat kemudian, d
Melihat situasi itu, Felicia segera menarik Shafa ke samping. Tatapannya penuh kemarahan saat menatap pihak lawan. Dia tidak menyangka mereka begitu arogan, langsung menyerang tanpa peringatan.Afkar hanya mendengus dingin. Satu tangannya tetap fokus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sementara tangan lainnya diangkat untuk menangkis serangan.Bam! Suara benturan keras terdengar disertai dengan getaran udara. Lengan bawah Afkar sontak bertabrakan dengan tulang kering pria berbaju putih.Tap! Tap! Tap! Pria berbaju putih itu mundur tiga langkah sebelum akhirnya bisa berdiri dengan stabil. Sebaliknya, Afkar tetap duduk tegak seperti gunung yang tak tergoyahkan."Kalau mau bersikap sombong, setidaknya becermin dulu! Sudah kubilang, temanku masih butuh perawatan di sini. Pergi sana!" Suara Afkar dingin tetapi berwibawa, menunjukkan posisinya.Wajah pria berbaju putih berubah serius. Dia menatap Afkar dengan mata berkilat ragu. "Bocah, kamu tahu siapa yang sedang kamu lawan?""Tuan mud
Tampak direktur unit gawat darurat masuk dengan tergesa-gesa, ekspresinya penuh dengan ketidaksabaran dan kecemasan!Di belakangnya, beberapa tenaga medis mendorong ranjang rumah sakit darurat. Di atas ranjang itu, terbaring seseorang yang tubuhnya berlumuran darah dan terlihat dalam kondisi sangat kritis.Di samping dan belakangnya, ada banyak orang yang mengikuti. Masing-masing menunjukkan wajah penuh kekhawatiran."Cepat! Selamatkan tuan muda kami!" Seorang pria paruh baya yang berpakaian rapi terus berteriak dengan keras."Kenapa di ruang gawat darurat ini masih ada orang lain? Cepat usir mereka keluar!" Terdengar suara seorang wanita yang tajam, kasar, dan arogan."Siapa mereka? Suruh mereka pergi sekarang juga! Kalau sampai pengobatan tertunda, rumah sakit ini akan menerima akibatnya!" Pria paruh baya lainnya yang mengenakan setelan formal, juga berbicara dengan arogan.Mendengar keributan itu, Afkar yang sedang merawat Mateo pun perlahan-lahan menoleh dengan tatapan dingin. Mata
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her