"Besok kamu datang ke perusahaan ya, Al...main-main dulu...sebelum kamu resmi dilantik menjadi Presiden Direktur yang baru." Kata Tuan Besar Arya dengan senyum yang terkembang lebar di bibirnya, lelaki paruh baya itu sedang duduk di kursi kerjanya, seraya mengerjakan sesuatu. Aliando yang duduk di kursi sebrang tersentak kaget, refleks menoleh ke arah sang Ayah. Menatap, mencerna kalimat sang Ayah dalam sepersekian detik. Saat ini, Aliando sedang berada di rumah kedua orang tuanya. Tadi, ia mendapat pesan dari Ayahnya (Sang Ayah menyuruhnya untuk datang ke rumah karena ada hal yang mau dibicarakan). Aliando datang ke rumah kedua orang tuanya sendirian karena Nadine belum pulang dari kantor. "Besok, Pa?" Ulang Aliando dengan suara terbata, hendak memastikan. Ia cukup terkejut.Ternyata, Ayahnya hendak membahas hal yang amat sangat penting. Tuan Besar Arya mangguk-mangguk. "Sudah waktunya, Al...dan sudah waktunya pula kamu harus segera diumumkan ke publik." Kata Tuan Besar Ar
Tuan Besar Arya memperbaiki posisi duduk, menghadap Aliando. "Oh ya...denger-denger...Dion dan Dimas membuat masalah, cari gara-gara sama kamu waktu di pestamu, Al?" Tanya Tuan Besar Arya dengan rahang mengeras, mengganti topik pembicaraan. Aliando menghela napas berat seraya mengangguk. Membenarkan. Tuan Besar Arya terbeliak begitu mendapati hal itu, mencerna dalam sepersekian detik, kemudian mukanya berubah merah padam -seketika. "Kurang ajar!!!" Geram Tuan Besar Arya. "Masih punya nyali juga ternyata anggota keluarga Sadewa? Sehingga masih berani mencari gara-gara denganmu, Al?!" Kata Tuan Besar Arya lagi, dengan dengusan napas kasar, juga dengan suara meninggi dan wajah mengeras. "Mereka sudah sangat kelewatan kali ini, Pa...aku benar-benar marah besar sama mereka...karena rencana mereka itu...nyaris saja membuat aku dan Nadine jadi ribut!" Aliando berseru jengkel. Mendadak emosi lagi. Tuan Besar Arya menoleh sebentar ke arah Aliando demi memastikan ucapannya barusan sebelum
"Jangan coba-coba kamu lirik sana lirik sini entar pas di kantor loh, Mas...mentang-mentang kamu udah jadi Presdir sekarang...Boss besar...terus bisa seenaknya lirik sana lirik sini dan tebar pesona." Nadine memperingati sang suami dengan wajah tertekuk. Aliando geleng-geleng kepala seraya tergelak. "Ya enggak lah, sayang...ngapain coba aku lirik sana sini...tebar pesona...udah enggak waktunya...udah enggak jaman." Kata Aliando. "Sementara...aku sudah punya istri yang kayak bidadari ini..." Lanjut Aliando sambil mendoel hidung sang istri sembari menyunggingkan senyum. Mendapatkan perlakuan demikian dari sang suami, Nadine pun mengulas senyum dan pipinya langsung bersemu merah. Aliando menghela napas pelan, menatap Nadine lekat. "Ingat...apa yang sebelumnya aku katakan soal perempuan lain sama kamu?!" Aliando mengangkat sebelah alisnya, hendak mengetes Nadine masih ingat atau tidak.Seketika Nadine berpikir, mencoba mengingat-ngingat sembari bergumam. "Kamu enggak akan pernah be
Atta mangguk-mangguk. Memang benar 'kan?"Iya. Kamu pasti mau melamar kerja, 'kan?!" Atta mengulangi pertanyaannya. Aliando tergelak, nyaris saja ia mau ketawa, tapi buru-buru menahan tawanya supaya tidak meledak saat itu juga. Atta tak terlalu memperhatikan respon Aliando, kemudian dia berseru sembari menjentikan jarinya. "Kebetulan sekali lowongan pekerjaan office boy dan satpam masih ada di sini, Al.""Dan...kebetulan sekali kita bertemu di sini. Jadi, aku akan membantumu." Jelas Atta sambil tersenyum. Lagi dan lagi, Aliando harus tergelak mendengar hal itu keluar dari mulut Atta selagi ia memasukan tangan ke dalam saku celana. Atta menebak jika ia hendak melamar kerja di sini? Melamar sebagai office boy atau satpam?Sungguh hal itu meruapakan penghinaan baginya! Sepertinya Atta hendak mencari masalah dengannya ... hendak menguji kesabarannya ... mungkin saja juga hendak menghinanya! Tiba-tiba terbit senyum tipis di bibir Aliando. Atta belum tahu saja kalau ia adalah calon
Berani sekali Aliando meremehkan posisi dirinya di Prasaja Group? Asal Aliando tahu ... posisi kepala devisi di Prasaja Group itu sudah termasuk sangat-sangat hebat!Bahkan, lebih hebat daripada posisi direktur, CEO di perusahaan lain.Bahkan, posisi rendahan seperti OB dan satpam saja, sudah dianggap keren.Dan orang-orang yang bekerja di kantor Prasaja Group benar-benar memiliki privilege tersendiri. Kini Atta benar-benar marah dengan Aliando.Awalnya, ia ingin memanggil satpam untuk segera mendepak Aliando dari sini. Akan tetapi, ia mengurungkan niatnya ketika teringat posisi dirinya di perusahaan itu dan nasib Aliando yang sungguh mengenaskan. Atta tergelak, tiba-tiba terbit senyum licik di bibirnya.Beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Atta berubah serius lagi, lantas menatap Aliando tajam."Yakin? Kamu enggak butuh bantuan dariku?" Tanya Atta sekali lagi dengan kedua alis terangkat tinggi, hendak memastikan. "Iya ... aku enggak butuh bantuan dari kamu!" Jawab Aliando p
"Ngomong apa sih, kamu, Al! Stress kamu ya ... makanya omonganmu jadi ngawur begini!" Ucap Atta sambil berdecak, geleng-geleng kepala. Atta lalu menghela napas berat, pandangannya mengedar ke sekeliling, kemudian kembali menatap Aliando seraya berkacak pinggang. "Astaga ... lucu sekali kamu, Al!" "Kepalamu habis kejedot tembok atau bagimana sih?!" "Atau ... kamu mengalami gagar otak?!" Segala cercaan pun keluar dari mulut Atta. Namun Aliando tak peduli, hanya mengangkat kedua bahunya dengan santai. Kemudian, Aliando berdecih dan berujar. "Percuma aku berusaha meyakinkan kamu ... buang-buang waktuku saja tau enggak!" Atta melotot mendengar hal itu, jelas tersinggung. Selagi Atta terdiam karena geram, Aliando melangkahkan kakinya menuju meja Resepsionis, meninggalkan Atta yang langsung gelagapan.Apa yang akan Aliando lakukan? "Selamat pagi, Pak ... ada yang bisa saya bantu?" Sapa Resepsionis wanita dengan ramah begitu Aliando tiba di hadapannya. "Saya ... mau bertemu deng
Aliando sudah menangkap tangan Atta lebih dulu, lantas mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat. Sontak, Atta melotot, mencerna apa yang tengah Aliando lakukan dalam sepersekian detik. Berani sekali Aliando melakukan hal itu terhadapnya?Detik berikutnya, Atta langsung berusaha meggerakan tangannya, hendak mencoba melepaskan cengkraman. Akan tetapi ... kenapa susah sekali? Kenapa kuat sekali? Detik berikutnya lagi, Atta sudah merintih kesakitan karena Aliando menambah kekuatan pada cengkramannya. Selagi merasakan rasa sakit luar biasa pada pergelangan tangannya, Atta sempat dibuat heran ketika mendapati ekspresi wajah Aliando yang dingin ... juga muncul kilat tajam di kedua matanya. Namun Atta buru-buru mensugesti diri, bodoh sekali jika ia takut kepada Aliando.Siapa pula Aliando itu? Kenapa pula dia harus ditakuti? Cuma menang badan dan kekuatan saja, selebihnya, dia bisa ditindas dengan uang dan kekuasaan. Atta akui memang kalau soal berkelahi dia kalah telak denga
Mendengar taruhan Aditama, membuat Atta kembali tertawa terbahak-bahak. Apa Aliando mau menggali lubangnya sendiri? Atta tak menanggapi taruhan Aliando sama sekali, menganggap hal itu sebuah lelucon belaka.Ucapan Aliando terdengar begitu lucu pake banget dan menggelitik. "Kayaknya kamu emang beneran setres deh, Al ... gila ... " Bahkan, karena saking lucu dan menggelitiknya, Atta sampai memegangi perutnya. Atta menganggap Aliando sudah setres dan gila. Bagimana ia tidak menganggap teman kuliahnya dulu itu setres dan gila? Aliando berlagak seperti seorang Boss saja dan mengatakan kalau Pak Rahardjo adalah bawahannya."Aku serius. Lagi an, aku enggak sudi kalau harus bercanda sama orang kayak kamu, Ta ... " Ucap Aliando.Aliando sudah tidak memanggil Atta dengan panggilan 'Bang' lagi. Ngapain juga ia harus bersikap sopan padanya? Atta saja tidak bersikap sopan padanya, malah menghina-hina dan menganggapnya gila!Lagi-lagi Atta masih tidak menghiraukan Aliando, ia masih asik