Aliando menggeleng setelah selesai membaca e-mail tersebut.
Enggak. Ini enggak mungkin! Gumam Aliando yang langsung menyangkal.Menurutnya, e-mail itu ngawur sekali.Pasalnya isi dari e-mail itu menyatakan bahwa dirinya adalah pewaris satu-satunya seluruh harta kekayaan keluarga Aryaprasaja. Sedangkan keluarga Aryaprasaja merupakan salah satu keluarga terkaya di Indonesia yang memiliki harta kekayaan mencapai triliunan rupiah.Lipatan di kening Aliando semakin bertambah saja saat mengetahui hal lainnya yang tak kalah mengejutkan.E-mail itu juga menyatakan bahwa dirinya adalah putra dari Tuan Besar Aryaprasaja. Pemilik Prasaja Grup.Wah, ngaco sekali ini.Jelas saja Aliando tidak percaya, ia menganggap e-mail itu hanya iseng belaka. Spam.Aliando tergelak, geleng-geleng kepala, konyol sekali.Aliando mengabaikan e-mail itu, segera mematikan layar ponsel, memasukannya ke dalam saku celana, lantas bergegas melanjutkan pekerjaanya kembali.Namun Aliando harus mendapat kesialan seperti pada pesta sebelum-sebelumnya. Pasti ada saja kerabatnya Nadine yang mencari gara-gara dengannya. Kali ini yang mencari gara-gara adalah laki-laki bernama Dimas. Anak dari Paman dan Bibinya Nadine.Pada saat Aliando tengah membawa nampan berisi gelas-gelas minuman untuk para tamu, tiba-tiba Aliando terjatuh tepat di hadapan Dimas dan seketika itu terdengar bunyi gelas pecah. Berserakan di lantai.Aliando tidak jatuh dengan sendirinya. Melainkan ada seseorang yang sengaja membuatnya terjatuh. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Dimas.Dimas sengaja menghadang langkah Aliando dengan kakinya, sehingga membuat Aliando yang sedang dikejar waktu terjatuh karena tidak fokus.Alhasil, hal itu sontak membuat semua orang langsung menoleh ke arah Aliando, kemudian tertawa dengan keras begitu menyaksikan kejadian tersebut."Aduh gimana sih! Kalo jalan itu lihat-lihat dong! Kalo jalan itu pake mata, jangan pake dengkul!" Seru Dimas sambil terkekeh. Puas dengan rencananya yang berhasil."Dan lihat nih...sepatuku...jadi basah gini, ini semua gara-gara kau! Aku enggak mau tau ya, bersihkan sepatuku sekarang juga!" Lanjut Dimas. Mau tambah mempermalukan Aliando.Aliando yang masih tersungkur memejamkan mata kuat-kuat sembari menggeram marah. Dia tidak terima dikerjai begitu saja. Kesabarannya sudah habis.Aliando langsung berusaha bangkit berdiri, bergegas mendekat ke arah Dimas, lantas mencengkram kerah bajunya sambil menatapnya tajam.Beberapa orang tersentak melihat Aliando berani mencengkam kerah bajunya Dimas, tak menyangka pula jika menantu sampah itu berani melakukan hal itu.Apa dia tidak takut mendapat masalah nantinya?"Kau sengaja menghadang kakiku, supaya aku terjatuh, kan?!"Dimas melirik apa yang tengah Aliando lakukan kepadanya saat ini, kemudian tergelak. "Apa-apaan ini! Berani banget kau mencengkram kerah bajuku? Wih...udah mulai berani nih benalu!" Dimas balas menatap Aliando tajam."Aku emang enggak pernah takut denganmu, Dim! Dari dulu!" Aliando semakin mencengkram kerah baju Dimas dengan kuat.Dimas memutar bola matanya. Tersinggung. "Sialan kau! Jadi kau berani sama aku, hah?!" Dimas melotot. Mengintimidasi Aliando."Ngapain aku harus takut sama kamu?!"Dimas malah terkekeh. Tidak habis pikir dengan Aliando. "Eh, denger ya. Kau itu cuma menantu enggak berguna, mau sok-sok an berani? Yang ada...kau yang akan abis tau enggak!" Gertak Dimas.Tiba-tiba Kinanti berseru sambil bergegas mendekat ke arah mereka berdua dan segera menyuruh mereka berdua untuk mengakhiri keributan.Sial.Pasti dirinya yang akan disalahkan oleh Ibu mertua!Aliando melepas cengkraman tangannya pada baju Dimas begitu mendapati Kinanti sudah berada di dekatnya dan melotot ke arahnya."Kamu ya, Al. Selalu saja buat onar!" Teriaknya.Dimas langsung mengadu kepada Kinanti kalau apa yang baru saja terjadi itu adalah ulah Aliando. Dia juga mengadu jika sepatunya basah karena sengaja disiram oleh Aliando.Aliando tersentak, mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.Benar-benar ya!Hal itu tak pelak membuat Kinanti tambah murka begitu mendengarnya."Sekarang kamu minta maaf sama Dimas dan bersihkan sepatunya sekarang juga! Dan...setelah itu...kamu bereskan pecahan gelas-gelas itu...bener-bener ya kamu, Al. Heran Mama lihat tingkahmu yang bisanya cuma buat malu saja!" Kinanti gemas sekali dengan Aliando."Tapi, Ma- aku enggak salah. Ini semua gara-gara Dimas. Dimas sengaja-" Belum sempat Aliando menyelesaikan kalimatnya, tapi Kinanti sudah memotongnya duluan."Enggak usah banyak alasan. Enggak usah membela diri. Jelas-jelas kamu yang salah. Mau mengelak lagi. Cepat. Minta maaf sama Dimas dan bersihkan sepatunya Dimas sekarang juga!" Gertak Kinanti.Akhirnya Aliando menuruti perintah Kinanti, terpaksa meminta maaf kepada Dimas dan setelah itu membersihkan sepatunya Dimas dengan perasaan dongkol.Dimas menyeringai lebar. Puas dengan hal itu. Para kerabat yang lainnya juga tersenyum puas saat melihat pemandangan Aliando membersihkan sepatunya Dimas.Pukul setengah sepuluh malam, beberapa tamu sudah mulai pamit pulang, kini tinggal para kerabat saja yang masih betah di situ.Ada seorang laki-laki yang penampilannya bak eksekutif muda, tengah diajak Arjuna dan Kinanti masuk ke dalam rumah.Laki-laki itu dipersilahkan duduk di kursi makan.Kinanti segera memanggil Aliando dengan tidak sabaran, menyuruhnya untuk segera mempersiapkan makan malam untuk Alex.Alex adalah anak dari rekan bisnisnya Arjuna. Alex juga mulai menunjukan ketertarikannya kepada Nadine. Apalagi setelah mengetahui jika suaminya Nadine tidak diharapkan oleh keluarganya Nadine.Jelas saja, keluarganya Nadine senang bukan main. Alex bisa menjadi salah satu kandidat pengganti menantu sampah itu.Dion, Lidya dan Luna langsung cari muka, jurus penjilat kelas kakap langsung dikerahkan."Suaminya Nadine kerja apa, Om, Tante?" Tanya Alex kepada Arjuna dan Kinanti sambil melirik Aliando sekilas disela-sela menyantap makan malamnya. Sebenarnya Dia sudah tahu pekerjaan Aliando. Dia sengaja mau menjatuhkan harga diri dan mempermalukan Aliando.Aliando sempat balas menatap Alex sebelum kemudian melanjutkan kegiatannya lagi."Kerjaanya cuma ngebabu doang di rumah ini, Lex. Jadi supir juga dia tuh. Kalo ada apa-apa, minta uang sama Nadine. Pantas kah hal itu disebut sebagai suami?" Dion yang menjawab. Semua orang yang ada di situ kompak setuju dengan apa yang Dion katakan.Arjuna dan Kinanti kompak menghembuskan nafas kasar.Tambah semakin jijik dengan Aliando. Menginginkan menantu sampah itu supaya cepat-cepat enyah dari kehidupan Nadine dan keluarganya."Dia cuma bekerja jadi bartender, Nak Alex. Gajinya sangat kecil sekali dan benar-benar memalukan bagi kami." Arjuna menyahut sambil berdecak."Andai saja Nadine nikahnya sama kamu, ya, Lex. Pasti, dia akan menjadi perempuan yang paaaling bahagia di dunia ini." Kata Lidya.Alex menoleh. Tersenyum. "Kak Lidya bisa aja.""Bener itu, Lex. kamu itu cocok banget loh sama Nadine. Kamu itu bener-bener pria yang sempurna. Udah ganteng, mapan, kaya, pekerja keras lagi. Enggak kayak si dia tuh!" Sambung Luna sambil melirik Aliando. Menyindir."Ah, Tante Luna dan Kak Lidya bisa saja. Terlalu berlebihan menilaiku. Mana mungkin Nadine suka dan mau sama aku? Lagi pula, Nadine kan sudah punya suami." Alex sok merendah. Aslinya senang mendengar pujian dari anggota keluarganya Nadine."Iya. Suami enggak guna lebih tepatnya!" Jawab Lidya dengan sinis.Nadine jadi tidak merasa nyaman berada di situ. Dia ingin cepat-cepat beranjak saja. Dia merasa keluarga dan kerabatnya sedang berusaha menjodohkannya dengan Alex.Sementara Aliando tetap melanjutkan pekerjaanya, sembari menajamkan pendengaran, hatinya mendadak panas begitu mendengarnya."Mana ada Nadine enggak mau sama kamu. Lagi an nih ya, mereka berdua itu akan segera bercerai kok, Lex!" Kata Dion.Wajah Alex mendadak berbinar. Memandang semua orang yang ada di sana. Benarkah hal itu?"Benar kah hal itu, Om, Tante?" Alex menatap Arjuna dan Kinanti. Hendak memastikan ucapan Dion barusan."Benar sekali, itu, Nak, Alex." Jawab Kinanti sambil tersenyum."Tante udah enggak tahan punya menantu enggak berguna kayak Aliando dan Tante enggak akan membiarkan Nadine hidup menderita bersama si sampah itu. Jadi, kami memang berencana mau memisahkan mereka berdua. Secepatnya!" Lanjut Kinanti."Dan...setelah mereka berdua bercerai...kamu bisa nikah sama Nadine, Lex." Sahut Tante Luna. Kemudian, mereka cekikikan bersama.Wajah Alex mendadak sumringah. Menatap Nadine sambil tersenyum. Sepertinya dia akan langsung gas pol setelah ini untuk mulai mendekati Nadine. Apalagi keluarganya Nadine juga sudah memberikan lampu hijau kepadanya.Darah dalam diri Aliando seketika itu mendidih begitu mendengarnya. Alex hendak merebut Nadine darinya. Namun dia mendadak cemas.Apakah Nadine setuju bercerai dengannya?Keluarganya Nadine tidak meminta pendapat Nadine lebih lanjut soal mengenai perceraiannya dengan Aliando, karena mereka pikir Nadine pasti akan setuju. Pukul sepuluh lebih, kerabatnya Nadine baru pulang. Termasuk Alex yang pulang bersamaan dengan mereka. Aliando, Nadine, Kinanti dan Arjuna mengantarkan mereka sampai ke depan rumah, sampai mereka masuk ke dalam mobil masing-masing dan mobil-mobil itu pun mulai beranjak pergi dari halaman rumah.Ketika semuanya sudah pergi, mereka masuk ke dalam rumah lagi hendak istirahat."Mau ke mana kamu, Al?!" Kinanti berseru saat melihat Al hendak berjalan menuju ke arah kamarnya."Mau istirahat, Ma." Jawab Aliando yang jadi mengurungkan niatnya menuju kamar.Kinanti langsung memutar bola matanya. "Enak aja istirahat. Bantu yang lainnya dulu di belakang sana sampai semuanya beres! Baru kamu boleh tidur!" "Awas saja ya kalau kamu sampai tidur duluan sebelum semuanya beres!" Lanjutnya sambil menuding muka Aliando.Sehabis berkata, Kinanti berjala
"Ck, kamu ini ya...selalu aja menyusahkan!" Decak Nadine.Aliando menghela nafas."Maafkan aku, Nad. Tapi, aku enggak tega sama Ayah dan kalau enggak dibayar, maka, pasti Ayah akan mendapat masalah."Nadine memperbaiki posisi duduknya. Terdiam sebentar sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Memangnya berapa hutang Ayahmu sama renternir?!""Tiga puluh juta.""Apa?!"Nadine berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Kok bisa sih Ayahmu punya hutang sebanyak itu sama renternir?! Apa Ayahmu itu enggak mikir kalau dia itu miskin? Emangnya buat apa?!""Sepertinya...buat judi, Nad."Nadine berdecak, geleng-geleng kepala.Nadine sudah tahu kalau Ayahnya Aliando suka main judi."Oke. Ntar aku pinjemin." Jawab Nadine pendek setelah terdiam sebentar. Setelah itu, dia fokus pada ponselnya lagi.Aliando menatap sang istri dengan cepat. Tak menyangka jika Nadine akan bersedia meminjamkannya. "Makasih, ya, Nad. Makasih banyak karna kamu mau meminjamkan uang sama aku."Seketika kedua mata Aliando menda
Jadi, Bossnya akan memberikan pinjaman uang kepada dirinya, berapa pun yang ia minta, asalkan, dirinya mau menyerahkan Nadine kepadanya?Seketika darah dalam diri Aliando mendidih. Ia langsung menatap Albert dengan tajam.Aliando menggeleng dengan cepat sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Dia tidak akan menyerahkan Nadine kepada Bossnya!Suami mana yang rela memberikan istrinya kepada lekaki lain?Walau Aliando tahu jika Nadine bersikap cuek dan dingin kepadanya, tidak mencintainya, tapi, entah kenapa, dia tidak rela saja memberikan Nadine kepada lelaki lain, melihat Nadine disentuh oleh lelaki lain."Saya enggak mau, Boss!" Jawab Aliando setelah terdiam sebentar.Albert mengerutkan kening. Menyipitkan pandangan. "Yakin? Kamu enggak mau? Kamu enggak mau memberikan istrimu padaku?" Albert bertanya lagi. Memastikan."Yakin sekali. Saya tidak akan membiarkan seorang pun menyentuh Nadine! Istri saya!" Jawab Aliando lagi dengan intonasi suara keras. Tetap bersikeras.Albert malah
Begitu sampai di The Clouds, Aliando langsung duduk di sofa samping Dika.Ada teman-temannya Dika pula di sana. Mereka tengah asik berbincang. Bersantai. Mungkin melepas penat setelah seharian melakukan aktivitas. Di atas meja, dipenuhi botol-botol minuman beralkhohol mahal, gelas-gelas dan juga rokok. Asap juga tengah mengepul bebas dari mulut mereka masing-masing. Sesekali mereka menenggak minuman. Aliando langsung menayakan kabar Dika. Pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu. Aliando sudah tahu jika Dika sudah jadi orang sukses sekarang. Aliando ikut senang dengarnya. Bagimana tidak senang? Sahabat baiknya sejak SMA sudah jadi orang sukses. Aliando adalah saksi mata dari awal Dika memulai bisnis, sampai bisa sesukses seperti sekarang ini. Makanya, Aliando berharap lebih kepada Dika yang akan membantunya karena mereka adalah sahabat sejak SMA. Namun Aliando harus dikejutkan dengan sikap Dika yang tidak terlalu antusias menjawab pertanyaannya dan kehadirannya.Dika juga tid
"Marahin aja tuh Mbak suami kerenya!" "Bikin malu aja!""Makanya kerja. Jangan kerjaanya cuma minjam duit doang!" Seru teman-temannya Dika sambil ketawa. Dika telah kongkalikong dengan mereka sebelumnya untuk ikut menghina nasib Aliando. Mereka juga mengira jika Nadine akan memarahi Aliando dikarenakan Aliando meminjam uang kepada temannya. "Lihat lah suami miskinmu itu, Nad. Memalukan sekali bukan? Masa, dia mau minjam uang sama aku sih?" Dika menyeringai sambil bangkit dari duduknya. Berjalan mendekat ke arah mereka berdua.Wajah Nadine berubah masam sambil menahan marah. "Kamu kok kejem banget sih sama sahabatmu sendiri, Dik? Dulu, pas kamu lagi susah, mau berteman sama Al. Dulu, Al juga sering bantu kamu. Tapi, kenapa, sekarang, pas giliran kamu udah sukses. Udah jadi orang kaya. Kamu jadi lupa sama temen yang udah sering bantu kamu!" Nadine berseru kesal. Nadine juga menungkapkan kekecewaannya terhadap Dika karena tega menyuruh Aliando melakukan hal yang dapat membuat harga
Aliando terbelalak begitu mendengar nominal yang harus dia bayarkan yang tak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayahnya. "Bagimana bisa jadi 50 juta? Bukannya total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta?! Kenapa tahu-tahu bisa jadi 50 juta? Apa-apa an ini!" Aliando tidak terima. Dia butuh penjelasan. Aliando menoleh ke arah sang Ayah, meminta penjelasan darinya. "Benar kan, Yah? Semua total hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta?! Bukan 50 juta?!" Pak Damar nampak clingak-clinguk dulu sebelum kemudian mangguk-mangguk. Membenarkan. "Iya, Al. Hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta saja." Kemudian, Pak Damar beralih menatap mereka berdua dengan kening berkerut. Dia juga kaget karena tahu-tahu hutangnya jadi 50 juta. "Kenapa bisa jadi 50 juta? Bukannya hutang saya sama kalian itu hanya 30 juta?" "Heh, itu bunga! Bunga!" "Apa kau tidak paham juga, hah?!" Kata mereka. Agak emosi. Bunga? Sebanyak itu? "Boleh saya liat bukti hutang Ayah saya?!" Ucap Aliando setelah terd
Sang Boss melepas kaca mata hitamnya yang bertengger di hidungnya setelah tepat berada di depan Aliando.Lalu Sang Boss memicingkan pandangan, menatap Aliando lekat, lantas tergelak setelah mengamati Aliando dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pemuda yang tak ada spesial-spesialnya. Hanya bocah kemarin sore. Batin Sang Boss. Sang Boss sempat beralih menatap Pak Damar, yang langsung kicep, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. Kini urusan hutangnya Pak Damar beralih ke Aliando. Putranya. "Jadi, kau tidak mau membayar hutang pada kami?!" Tanya Sang Boss sambil menghisap rokoknya, seketika itu asap rokok menyembul keluar dari dalam mulutnya dan menerpa wajah Aliando. Aliando menggerakan wajah ke samping demi menghindari asap rokok, kemudian kembali menatap Sang Boss, menghela nafas pelan. Sudah berapa kali dia katakan, kalau dia akan membayar hutang Ayahnya, tetapi sesuai yang tetera di surat perjanjian, bukan sama sekali tidak mau membayarnya!Aliando agak kesal dengan hal itu.
Kening Aliando berkerut, kemudian memicingkan mata. "Apa kalian bilang barusan? Kalian memanggil saya dengan...sebutan 'Tuan Muda'?"Apa saya tidak salah dengar?!" Tanya Aliando dengan suara terbata. Mereka berdua saling pandang, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Tidak, Tuan Muda." Jawab mereka berdua dengan kompak sembari menggelengkan kepalanya.Aliando tersentak.Jadi dirinya tidak salah dengar? Mereka memang sengaja memanggil dirinya dengan sebutan 'Tuan Muda?' Aliando tidak mengerti, bingung dengan panggilan tersebut. Sementara itu, terlihat Pak Damar yang tengah bergegas menghampiri Aliando. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Pak Damar cemas begitu sudah berada di dekat Aliando. "Aku tidak apa-apa kok, Yah." Jawab Aliando sambil menggeleng. Masih memikirkan panggilan 'Tuan Muda' yang keluar dari mulut bodyguard itu. Pak Damar langsung menghela nafas lega begitu mendengarnya. Dia merasa amat bersalah jika sampai terjadi apa-apa dengan putranya, sudah putranya yang m
Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk
Pukul empat sore, mobil yang ditumpangi Aliando dan Nadine berhenti di depan halaman rumah mereka. Di dalam mobil, mereka melihat ada mobil yang tak asing terparkir di halaman rumah. Itu adalah mobilnya Lidya. Aliando dan Nadine sudah tahu jika kakaknya itu datang ke rumah sore ini karena Lidya memberitahu Nadine sebelumnya. Ditambah mendapat laporan dari satpam rumah pula. Akan tetapi, Nadine tidak tahu apa tujuan sang kakak ke rumahnya. Lidya tidak memberitahukannya di telepon. Namun keduanya menduga jika Lidya hendak memohon supaya sang suami dibebaskan dari penjara, memohon supaya keduanya mencabut laporannya. Lalu, keduanya turun dari mobil, segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya satpam rumah sempat melapor perihal kedatangan Lidya. Tiba di ruang tamu, Aliando dan Nadine langsung disambut Lidya dan kedua anaknya. Melihat kedatangan Aliando dan Nadine, mereka bertiga refleks berdiri. "Al ... Nadine ... " panggil Lidya dengan suara lirih, me
Pagi hari. Di rumah keluarga Aryprasaja ruangan kerja sang kepala keluarga... Tampak Pak Irawan memasuki ruangan tersebut, berjalan mendekat ke arah Tuan Besar Arya yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan dari Tuan Besar Arya yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya. Sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan atau ada tugas yang akan diberikan kepadanya. Tiba di hadapan sang Tuan Besarnya, Pak Irawan langsung membungkukan badan dengan hormat lebih dulu sebelum kemudian menegapkan tubuhnya kembali. Kemudian, Tuan Besar Arya menyuruh Pak Irawan untuk duduk. Mendapati hal itu, Pak Irawan pun segera menjatuhkan diri di kursi dihadapan sang tuan besar dan duduk di sana. Memperbaiki posisi duduk lebih dulu, telah siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh majikannya itu. Tuan Besar Arya menatap Pak Irawan untuk beberapa saat sebelum kemudian menarik punggung dari sandaran kursi. Di saat bersamaan, rahangnya men
"Asal Kak Lidya tau aja ya ... aku itu masih kecewa sama Kakak karna tindakan Kakak yang waktu itu enggak langsung memihakku ... dan tindakan Kakak waktu itu ... keputusan Kakak waktu itu ... menandakan ... kalau Kakak sepertinya senang melihat aku dan Mas Al ribut." Lidya buru-buru menggeleng dengan isak tangis yang terdengar semakin keras begitu mendengar hal itu, kini ia benar-benar menyesal dengan tindakannya waktu di pesta itu. Seharusnya ia bersikap semestinya. Bukannya malah ikut mengompor-ngompori. Selagi Lidya bungkam, Nadine lanjut berkata. "Dan soal masalah yang sedang terjadi ... semua keputusan ada di tangan Mas Al."Mendengar itu, semua orang langsung memasang wajah tak berdaya. Begitu juga dengan Lidya. "Kami akan melakukan apa saja, Al ... asalkan kamu mau memaafkan Dion dan Dimas ... asalkan kamu mau mencabut tuntutanmu." Reno kembali bersuara setelah agak lama terdiam. Ternyata dia belum menyerah juga. Aliando menoleh dan menatap Reno. Tertarik mendengar ucapa