Sang Boss melepas kaca mata hitamnya yang bertengger di hidungnya setelah tepat berada di depan Aliando.
Lalu Sang Boss memicingkan pandangan, menatap Aliando lekat, lantas tergelak setelah mengamati Aliando dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pemuda yang tak ada spesial-spesialnya. Hanya bocah kemarin sore. Batin Sang Boss.Sang Boss sempat beralih menatap Pak Damar, yang langsung kicep, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. Kini urusan hutangnya Pak Damar beralih ke Aliando. Putranya."Jadi, kau tidak mau membayar hutang pada kami?!" Tanya Sang Boss sambil menghisap rokoknya, seketika itu asap rokok menyembul keluar dari dalam mulutnya dan menerpa wajah Aliando.Aliando menggerakan wajah ke samping demi menghindari asap rokok, kemudian kembali menatap Sang Boss, menghela nafas pelan.Sudah berapa kali dia katakan, kalau dia akan membayar hutang Ayahnya, tetapi sesuai yang tetera di surat perjanjian, bukan sama sekali tidak mau membayarnya!Aliando agak kesal dengan hal itu.Kini Aliando sadar betul bahwa dirinya sedang diintimidasi. Mereka menginginkan dirinya untuk menurut dengan kemauan mereka. Perintah dari mereka tidak boleh dibangkang.Sang Boss mendapat aduan dari anak buahnya tadi yang menjelaskan jika Aliando tidak mau membayar hutang beserta bunganya. Dan mengadu jika Aliando juga telah menghajar mereka berdua.Sebenarnya Sang Boss sempat jengkel kepada dua anak buahnya itu yang baru pertama kali ini kalah melawan nasabahnya. Jika biasanya tidak.Hanya mengurus bocah kemarin sore saja, masa, sampai gagal. Sampai kalah. Dan membuat dirinya harus turun tangan secara langsung!"Saya akan bayar hutang Ayah saya! Tapi sesuai apa yang tertera di surat perjanjian hutang! 30 juta! Bukannya saya sama sekali tidak mau bayar! Kalian itu berniat mau memeras! Itu saja, bunganya sudah gede sekali! Jadi, kalian sudah untung, jika aku membayar 30 juta!" Ucap Aliando. Mencoba bernegosiasi dengan Sang Boss.Sang Boss malah tersenyum begitu mendengarnya, lantas terkekeh. "Tidak bisa."Aliando memicingkan pandangan, kemudian menghembuskan nafas kasar. Kolot sekali mereka."Yang hutang itu aku atau kamu, hah?! Berani sekali kamu ngatur-ngatur! Di sini, kamu yang harus patuh padaku! Kamu yang harus menuruti semua perintahku! Ngerti kamu?!""Kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa bocah kemarin sore? Jadi, jangan coba macam-macam denganku ya!" Sang Boss bicara tepat di wajah Aliando sambil menyeringai. Jarak wajah keduanya kini hanya beberapa senti saja. Sang Boss nampak tengah mengintimidasi dan mengancam.Aliando tetap bersikeras, tidak mau membayar jika 50 juta, yang membuat Sang Boss kehilangan kesabaran.Sang Boss menghela nafas, melempar puntung rokok ke sembarang tempat."Baik lah. Kamu sendiri yang memilih mencari perkara ya! Kamu sendiri yang membuat urusan ini jadi panjang! Maka, dengan terpaksa, aku harus menunjukan sesuatu kepadamu, biar kamu mengerti, dengan siapa kamu berhadapan!" Sang Boss langsung mencengkram kerah baju Aliando dan menyeretnya keluar rumah.Pak Damar panik bukan main saat melihat anaknya diseret keluar oleh Sang Boss. Dia langsung bangkit dari tempat duduknya dan hendak menyusul ke luar. Dia tidak mau Aliando kenapa-napa.Namun langkah Pak Damar mendadak berhenti, dia ditahan oleh dua anak buah Sang Boss.Sesampainya di luar rumah, Sang Boss langsung melempar tubuh Aliando ke tanah dan membuatnya tersungkur.Namun dia segera bangkit berdiri untuk kemudian bersiap menerima serangan dari Sang Boss.Tepat setelah Aliando berdiri, Sang Boss langsung memberikan pukulan dan tendangan pada perut dan wajah Aliando.Gerakannya sangat cepat, yang membuat Aliando tak sempat mengelak, atau pun menangkis.Alhasil, tubuh Aliando harus terbanting ke belakang.Aliando menggeram, dia kembali bangkit berdiri dan kali ini dia yang akan menyerang balik serangan Sang Boss barusan.Kini mereka pun saling bertukar serangan. Sesekali dari keduanya saling menghindar, mengelak dan menangkis.Beberapa saat kemudian, mereka masih bertukar serangan dan pukulan.Hingga kemudian, Aliando berhasil mendaratkan pukulan dan tendangan di wajah dan tubuh Sang Boss. Dia berhasil membalas serangan.Saat Boss tersungkur ke tanah, dia jadi menggeram marah, lalu menyerang Aliando kembali secara brutal.Alhasil Aliando terdesak, namun dia masih bisa menangkis dan menghindar.Serangan beruntun terus menyerangnya, yang membuat Aliando sedikit kewalahan.Saat pertarungan sedang berlangsung, tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti secara mendadak di depan rumah kontrakan, dua orang berjas rapi turun dari mobil setelahnya, bergegas menghampiri Aliando dan Boss Renternir."Berhenti!" Seru mereka."Berani sekali kau menghajar Tuan Muda kami!" Seru mereka lagi.Seketika pertarungan terhenti begitu terdengar seruan dari mereka berdua, Aliando dan Sang Boss menoleh, mendapati dua pria berjas itu yang tengah mendekat ke arah mereka setengah berlari.Dua pria berjas itu langsung menyerang Sang Boss. Mengambil alih pertarungan.Sementara Aliando tercengang, keluar dari area pertarungan, tak menyangka jika akan mendapat bantuan.Terjadi lah saling tukar pukulan dan tendangan antara Sang Boss Renternir dengan dua pria itu yang sepertinya adalah bodyguard profesional.Selang beberapa saat, Boss Renternir telah terkapar di tanah karena serangan mematikan dari dua bodyguard itu.Wajahnya penuh lebam, luka dan mulutnya berdarah. Sang Boss telah KO!Aliando lalu berjalan ke arahnya dengan nafas menderu karena kesal, puas pula melihat Boss Renternir telah KO.Aliando lalu mengeluarkan amplop berisi uang dari balik jaketnya, kemudian berjongkok di hadapan Sang Boss."Aku bayar hutang Ayahku sebanyak 30 juta. Sesuai yang tertera di surat perjanjian!" Ucap Aliando dengan nada dingin sambil memperlihatkan amplop berisi uang tepat di wajah Sang Boss.Sang Boss masih mengerang kesakitan, sebelum akhirnya mengangguk. Mengiyakan. Tidak banyak protes lagi."Lunas kan sekarang hutang Ayahku?! Ayahku udah enggak punya hutang lagi sama kalian?!" Tanya Aliando memastikan sebelum memberikan uangnya kepadanya."Iya-iya. Lunas semua hutang Ayahmu. Kamu hanya perlu bayar 30 juta saja." Jawab Sang Boss itu dengan suara terbata. Takut akan mendapat serangan susulan dari dua bodyguard profesional itu. Lalu buru-buru berusaha bangkit berdiri sambil masih mengerang kesakitan.Lalu Sang Boss segera mengajak dua anak buahnya itu pergi dari sana. Dan mereka masuk ke dalam mobil dengan sekujur tubuh gemeteran. Dan seketika mobil mereka pun melesat dari sana.Setelah mobil itu pergi, Aliando berjalan mendekat dan menatap dua bodyguard itu.Pak Damar terkejut dan lega diwaktu bersamaan karena akhirnya para penagih hutang telah pergi.Namun Pak Damar penasaran dengan dua bodyguard yang tiba-tiba datang dan membantu Aliando.Siapa mereka? Kenapa mereka membantu Aliando?Aliando juga menanyakan hal yang sama, dia penasaran dengan mereka. Dia pun bertanya kepada mereka berdua."Maaf...siapa kalian berdua? Kenapa...kalian tiba-tiba datang dan membantu saya?" Tanya Aliando. Menatap mereka berdua bergantian.Namun dua bodyguard itu malah membungkukan badan 90 derajat di hadapannya.Hal itu membuat Aliando tercengang bukan main. Mulutnya terbuka lebar untuk beberapa saat. Mendadak seperti orang yang linglung."Apakah Tuan Muda baik-baik saja? Apakah Tuan Muda terluka?" Salah satu dari mereka malah bertanya setelah menegakan badan kembali. Ekspresi wajahnya agak cemas. Malah tidak mengindahkan pertanyaan Aliando sebelumnya.Bukannya menjawab pertanyaan mereka akan kondisinya, Aliando malah kembali tercengang yang disebabkan oleh panggilan dua bodyguard itu kepada dirinya yang memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Muda'.Kening Aliando berkerut, kemudian memicingkan mata. "Apa kalian bilang barusan? Kalian memanggil saya dengan...sebutan 'Tuan Muda'?"Apa saya tidak salah dengar?!" Tanya Aliando dengan suara terbata. Mereka berdua saling pandang, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Tidak, Tuan Muda." Jawab mereka berdua dengan kompak sembari menggelengkan kepalanya.Aliando tersentak.Jadi dirinya tidak salah dengar? Mereka memang sengaja memanggil dirinya dengan sebutan 'Tuan Muda?' Aliando tidak mengerti, bingung dengan panggilan tersebut. Sementara itu, terlihat Pak Damar yang tengah bergegas menghampiri Aliando. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Pak Damar cemas begitu sudah berada di dekat Aliando. "Aku tidak apa-apa kok, Yah." Jawab Aliando sambil menggeleng. Masih memikirkan panggilan 'Tuan Muda' yang keluar dari mulut bodyguard itu. Pak Damar langsung menghela nafas lega begitu mendengarnya. Dia merasa amat bersalah jika sampai terjadi apa-apa dengan putranya, sudah putranya yang m
"E-mail itu...bukan kah e-mail itu hanya spam? E-mail itu hanya mau mengerjai saya saja?" Tanya Aliando sambil tergelak. "Tidak, Tuan Muda. E-mail itu beneran dikirimkan dan ditunjukan untuk Tuan Muda. Tuan Besar Arya lah yang mengirimkannya secara langsung." Aliando tersentak lagi, terdiam, mencoba mencerna perkataan Pak Irawan barusan. Jadi, e-mail itu bukan spam? Pantas saja. E-mail itu sempat masuk kembali secara berulang-ulang, karena kesal, akhirnya Aliando tak mengubrisnya sama sekali. Mengabaikannya. Sebentar...jadi si pengirim e-mail itu adalah Tuan Besar Aryaprasaja?Astaga. Aliando sampai tidak menyadari si pengirim e-mail tersebut.Kemudian, Aliando mencoba membandingkan isi e-mail itu dengan penjelasan Pak Irawan barusan, seketika itu, bulu kuduknya pun berdiri. "Enggak...ini enggak mungkin...ini...ini enggak mungkin..." Aliando geleng-geleng kepala. Itu masih terdengar tak masuk akal baginya.Bagimana mungkin jika dia adalah putranya Tuan Besar Aryaprasaja? Pewar
Pukul tujuh malam, Aliando baru pulang ke rumah Nadine dengan banyak melamun di jalan tadi. Tentu saja dia masih memikirkan apa yang terjadi hari ini, mencoba mempercayai bahwa dirinya adalah anak dari seorang konglomerat paling terkenal di Jakarta.Ayahnya cerita banyak soal masa lalunya. Juga dirinya yang nanya-nanya karena penasaran. Kejadian itu mirip seperti di film dan novel. Aliando benar-benar tak menyangka jika akan terjadi di kehidupan nyata. Terjadi pada dirinya pula. Kalau hal itu memang benar. Maka, apa jadinya jika Nadine tahu? Kedua mertuanya? Keluarganya? Aliando mendadak ingin menunjukannya kepada mereka dan tentu saja ingin membalas hinaan, cacian dan makian yang dia terima selama hidup menumpang di rumah keluarga istrinya. Aliando mengerutkan kening, melihat mobil porsce terparkir di halaman rumah, setelah dia turun dari motor. Aliando merasa seperti tak asing dengan mobil itu.Beberapa detik kemudian, kedua mata Aliando langsung melebar setelah ingat siapa
Luka-luka Pak Damar baru saja selesai diobati oleh dokter dan suster di rumah sakit terdekat. Al duduk di kursi di samping ranjang sang Ayah.Al langsung membawa Ayahnya ke sini setibanya di rumah kontrakan. Namun Al agak bingung dengan biaya pengobatan sang Ayah. Saat ini dia benar-benar tidak punya uang banyak. "Ayah kira...kau sudah tidak mau menemui Ayah lagi, Al...kau sudah tidak mau pulang lagi. Makasih, Al. Karna kamu udah mau pulang dan nolong Ayah." Ucap Pak Damar. "Ayah ngomong apa sih. Jangan ngomong gitu! Al tidak suka! Itu sudah jadi kewajibanku sebagai seorang anak, Yah!"Lengang sejenak di ruangan itu. "Kejadiannya bagimana, Yah? Kenapa Ayah sampai didatangi preman dari tempat Ayah berjudi? Apa Ayah punya masalah sama mereka?!" Tanya Aliando. Baru teringat hal itu. Mengganti topik. "Sebenarnya Ayah masih punya hutang di tempat Ayah judi, Al. Ayah belum bisa membayarnya, makanya, mereka datang dan memukuli, Ayah." Jelas Pak Damar dengan suara lemah. Aliando ter
Aliando agak terkejut, tak menyangka akan mendapat perlakukan seperti itu dari petugas keamanan.Apakah hal itu disebabkan oleh penampilannya? "Beneran, Pak. Saya tidak berbohong. Saya beneran mau bertemu dengan Pak Joseph!" Aliando bersikeras. "Udah-udah, mending kamu pergi aja dari sini! Pak Joseph tidak mungkin punya tamu seperti kamu!" Petugas keamanan itu langsung mengusir Aliando. Namun Aliando tidak mengindahkannya, tetap ngotot ingin bertemu dengan Pak Joseph. Alhasil, petugas keamanan itu sampai mendorong tubuh Aliando supaya mau pergi. Tiba-tiba datang salah satu pegawai bank yang berjalan menghampiri mereka. "Ini kenapa bisa ada berandalan masuk ke sini sih?!" Seru seorang pegawai bank yang mengenakan busana formal ketat. Berdiri diantara mereka berdua. Tentu saja yang dimaksud dengan berandalan adalah Aliando. Kemudian, petugas keamanan itu menjelaskan kepentingan Aliando datang ke bank ini. Pegawai Bank bernama Fara itu lalu mengamati penampilan Aliando dari bawa
Semua orang tersentak kaget saat melihat General Manager Bank itu menundukan badan kepada pria yang baru saja dihina-hina dan diusir itu. Sebenarnya siapakah pria yang baru saja dihina-hina itu? Kenapa sikap Pak Joseph sangat sopan padanya?Sudah pasti pria itu bukan orang sembarangan. Apalagi dia adalah pemegang kartu jenis platinum dan memiliki uang 1 triliun di dalam kartunya! "Anda...Tuan Muda Aliando?" Tanya Pak Joseph dengan bibir dan suara bergetar. "Benar sekali, Pak." Jawab Aliando.Pak Joseph ternganga sebelum kemudian buru-buru menundukan badannya lagi. "Anda yang bernama Pak Joseph?" Aliando balik bertanya. "Benar sekali, Tuan Muda." Jawab Pak Joseph. Sementara Fara dan petugas keamanan yang tadi menghina dan mengusir Aliando kini tengah menundukan kepala dalam-dalam. Tubuh mereka berdua tengah bergetar hebat. Seketika Pak Joseph teringat jika katanya Tuan Muda baru saja dihina-hina dan diusir, setelah mengetahui siapa yang melakukan hal itu, Pak Joseph langsung
Aliando menghela nafas pelan, dia belum pernah berada di posisi seperti ini sebelumnya. Dulu, malahan dirinya yang berada di bawah, dihina, direndahkan dan diinjak-injak bagikan seonggok sampah. Roda kehidupan memang berputar. Ada kalanya seseorang berada di bawah dan ada kalanya berada di atas. Dulu hidupnya menderita dan mengenaskan, berada di bawah, namun sekarang posisinya terbalik, telah berubah, dia sudah berada di atas, dia berubah menjadi sosok yang punya uang dan kekuasaan. Bukannya orang-orang akan tunduk pada seseorang yang mempunyai uang dan kekuasaan? Aliando kembali menghela nafas pelan sebelum kemudian berkata. Menatap dua orang yang kini sedang meminta belas kasih darinya. "Baik lah. Aku tidak akan memecat kalian berdua." Tepat setelah Aliando mengucapkan kalimat itu, dua orang itu langsung mengangkat muka, membulatkan mata. Aliando mengalihkan pandangan kepada Pak Joseph yang berdiri di hadapannya. "Pak Joseph...jangan pecat mereka...beri mereka kesempatan sek
"Mau apa kau ingin ketemu sama mereka? Kau mau menghajarnya karna udah buat Ayahmu terluka?" Lelaki itu bertanya. Setengah meledek Aliando."Iya. Aku akan menghajar mereka sampai babak belur! Aku akan menghabisi mereka! Membalaskan perbuatan mereka karna udah buat Ayahku masuk rumah sakit!" Jawab Aliando dengan tegas. Ucapan Aliando barusan tak ayal membuat lelaki itu malah tertawa."Eh, kau yang akan habis di sini! Kau enggak tau ya? Kau itu lagi masuk ke kandang macan saat ini. Dan sebentar lagi, kau akan diterkam macan. Dan...kau itu enggak akan bisa keluar dari sini...kok...mau sok-sok an menghajar kami...paling-paling baru ditonjok aja, udah langsung tepar. Mimisan. Haha." Lelaki itu tertawa lagi. Meremehkan Aliando yang dikira tidak bisa berkelahi. Apalagi jumlah anak buah yang ada di markas Bossnya banyak. Sudah pasti Aliando yang akan babak belur. Aliando megertakan giginya, geram mendengar penghinaan lelaki itu. Kita tunggu saja nanti. Siapa yang akan menang. Aku benar-ben
Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk
Pukul empat sore, mobil yang ditumpangi Aliando dan Nadine berhenti di depan halaman rumah mereka. Di dalam mobil, mereka melihat ada mobil yang tak asing terparkir di halaman rumah. Itu adalah mobilnya Lidya. Aliando dan Nadine sudah tahu jika kakaknya itu datang ke rumah sore ini karena Lidya memberitahu Nadine sebelumnya. Ditambah mendapat laporan dari satpam rumah pula. Akan tetapi, Nadine tidak tahu apa tujuan sang kakak ke rumahnya. Lidya tidak memberitahukannya di telepon. Namun keduanya menduga jika Lidya hendak memohon supaya sang suami dibebaskan dari penjara, memohon supaya keduanya mencabut laporannya. Lalu, keduanya turun dari mobil, segera membawa langkahnya masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya satpam rumah sempat melapor perihal kedatangan Lidya. Tiba di ruang tamu, Aliando dan Nadine langsung disambut Lidya dan kedua anaknya. Melihat kedatangan Aliando dan Nadine, mereka bertiga refleks berdiri. "Al ... Nadine ... " panggil Lidya dengan suara lirih, me
Pagi hari. Di rumah keluarga Aryprasaja ruangan kerja sang kepala keluarga... Tampak Pak Irawan memasuki ruangan tersebut, berjalan mendekat ke arah Tuan Besar Arya yang saat ini sedang duduk di kursi meja kerjanya. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan dari Tuan Besar Arya yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya. Sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan atau ada tugas yang akan diberikan kepadanya. Tiba di hadapan sang Tuan Besarnya, Pak Irawan langsung membungkukan badan dengan hormat lebih dulu sebelum kemudian menegapkan tubuhnya kembali. Kemudian, Tuan Besar Arya menyuruh Pak Irawan untuk duduk. Mendapati hal itu, Pak Irawan pun segera menjatuhkan diri di kursi dihadapan sang tuan besar dan duduk di sana. Memperbaiki posisi duduk lebih dulu, telah siap mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh majikannya itu. Tuan Besar Arya menatap Pak Irawan untuk beberapa saat sebelum kemudian menarik punggung dari sandaran kursi. Di saat bersamaan, rahangnya men
"Asal Kak Lidya tau aja ya ... aku itu masih kecewa sama Kakak karna tindakan Kakak yang waktu itu enggak langsung memihakku ... dan tindakan Kakak waktu itu ... keputusan Kakak waktu itu ... menandakan ... kalau Kakak sepertinya senang melihat aku dan Mas Al ribut." Lidya buru-buru menggeleng dengan isak tangis yang terdengar semakin keras begitu mendengar hal itu, kini ia benar-benar menyesal dengan tindakannya waktu di pesta itu. Seharusnya ia bersikap semestinya. Bukannya malah ikut mengompor-ngompori. Selagi Lidya bungkam, Nadine lanjut berkata. "Dan soal masalah yang sedang terjadi ... semua keputusan ada di tangan Mas Al."Mendengar itu, semua orang langsung memasang wajah tak berdaya. Begitu juga dengan Lidya. "Kami akan melakukan apa saja, Al ... asalkan kamu mau memaafkan Dion dan Dimas ... asalkan kamu mau mencabut tuntutanmu." Reno kembali bersuara setelah agak lama terdiam. Ternyata dia belum menyerah juga. Aliando menoleh dan menatap Reno. Tertarik mendengar ucapa