Namun walau rencana Aliando dan Nadine untuk membuat Tasya kesal dan jengkel berhasil, tapi ternyata perempuan itu tidak menyerah begitu saja. Saat Aliando mengabari Tasya ketika waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lebih, dia beralasan jika dia lupa datang, Tasya malah bilang untuk tidak usah menemuinya di restoran saja, tapi malah menyuruh Aliando untuk menemuinya di sebuah hotel. Dia telah check in di sebuah hotel. Astaga. Tasya memang benar-benar perempuan gilak! Hal itu membuat Nadine jadi naik pitam.Itu berarti Tasya memang menginginkan sesuatu yang lebih di atas ranjang dengan suaminya. Tasya juga mengirimkan foto lagi. Kali ini foto dia yang mengenakan handuk yang dililitkan hanya sebatas dadanya saja, yang membuat kedua belahan dadanya terlihat jelas, sengaja dipamerkan. [Saya tunggu kedatangan Pak Al ke sini ya. Pokoknya Pak Al harus datang. Saya tidak mau tau. Untuk mengganti makan malam kita yang batal tadi. Saya udah mempersiapkan semuanya untuk memuaskan Pak Al ma
Di kediaman keluarga Arjuna, terlihat Kinanti yang baru saja menutup pintu kamar yang dulu ditempati Aliando dengan keadaan lesu. Mukanya masam, setengah masih berpikir.Kinanti habis dari dalam kamar itu. Kinanti baru saja mengecek ke kamar itu untuk mencari sesuatu yang bisa memberikan petunjuk yang mengarah tentang siapa Aliando yang sebenarnya. Tapi, di dalam kamar itu, dia tidak menemukan apa-apa. Kinanti juga sudah mengecek kamarnya Nadine. Tapi juga sama.Mumpung saat ini mereka berdua sedang tidak ada di rumah, diam-diam, Kinanti mengendap-ngendap masuk ke dalam dua kamar itu. Kinanti sangat penasaran karena Aliando mendadak mempunyai uang yang sangat banyak. Bayangkan saja. Sampai bermiliar-miliar an. Setiap hari, Kinanti terus berpikir dan menerka-nerka asal muasal uang yang dimiliki Aliando tersebut. Kinanti dan Arjuna menerka-nerka kalau mungkin saja Aliando mendadak jadi miliarder atau kemungkinan lain, dia sengaja menyembunyikan identitas sebagai orang kaya (dia b
"Ya...aku udah tau siapa suamiku yang sebenarnya...Mas Al udah cerita semuanya sama aku...bahkan...aku juga udah bertemu dengan kedua orang tua kandungnya Mas Al dan diajak ke rumah mereka, kedua mertuaku, yang secara otomatis jadi kedua orang tuaku juga, aku udah dikenalkan kepada mereka, Sya. Ya, sudah seharusnya dong sebagai seorang suami untuk melakukan hal itu pada istrinya?" Jawab Nadine setelah terdiam sebentar dengan senyum yang sangat dipaksakan. Dia sengaja mengeraskan suaranya untuk memanas-manasi Tasya. Semenjak Nadine mengetahui kejadian Aliando yang mengeluarkan black card, dia memang belum cerita kepada Tasya lagi -karena Tasya juga lama tidak ada kabar -tapi kini muncul-muncul malah membuat onar. Namun jika soal dia yang sudah mulai menerima Aliando, dia sudah memberitahu Tasya. Tasya melotot, pandangannya langsung ke mana-mana, tubuhnya menegang -seketika. Beberapa detik kemudian, Tasya mendadak berpikir. Jadi, ternyata Aliando sudah mengungkapkan identitasn
"Aku sengaja ngerjain kamu biar kamu itu marah sama aku, aku juga sengaja enggak menggubris chat dari kamu supaya kamu itu sadar diri. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu malah semakin menjadi-jadi." "Betul apa yang dibilang sama istriku, mau kamu menggodaku dengan cara apa pun, mau kamu telanjang bulat sekali pun di depanku, aku enggak bakalan tergoda." "Dan aku malah tertawa saat kamu mengirimi foto yang enggak senonoh itu. Bukannya tergoda, tapi, ujung-ujungnya malah buat hiburan bagi kami berdua...sambil mikir...kok ada ya perempuan enggak punya malu seperti kamu?" Ujung Kalimat Aliando benar-benar menohok ulu hati Tasya. Apalagi saat melihat Aliando dan Nadine kompak tersenyum, sengaja memamerkan kemesraan di depan Tasya. Tasya tidak bisa membalas perkataan Aliando. Dia hanya menundukan kepala dalam-dalam. Dia malu sekali dengan Aliando. Tasya teringat bagimana dia mengejar-ngejar Aliando belakangan ini, menggoda, sampai menebalkan muka dan rasa malu, melalukan berbagai macam
Aliando mendapat panggilan masuk dari orang yang dia tugaskan untuk menghancurkan restoran milik Dika. Aliando pun segera mengusap layar untuk menerima panggilan itu, kemudian menempelkan ponsel di telinga, menyapa orang di sebrang sana. "Boss, kami telah menyelesaikan tugas kami dengan baik. Kami berhasil membuat restoran milik orang bernama Dika itu bangkrut. Kini, restoran itu sudah ditutup!" Lapor orang itu. Aliando seketika itu tersenyum sambil mangguk-mangguk. Kerja yang bagus. Aliando tidak bisa membayangkan bagimana reaksi Dika setelah mengetahui jika restorannya bangkrut."Dan saya juga akan memberitahukan kabar baik lainnya yang juga masih berhubungan dengan Dika, Boss." Kening Aliando langsung berkerut. Berita baik apa? "Oh ya? Berita apa itu?" Aliando langsung menyahut dengan antusias. "Bisnis bar milik Dika yang dia rintis bersama teman-temannya itu juga sedang mengalami masalah, Boss. Dimana, teman-temannya pada mengkhianatinya. Jadi, keadaan dia tambah terpuru
"Kalau dipikir-pikir ya, sayang...aku yang tinggal bersama Ayah Damar dengan kehidupan yang keras, aku jadi kenyang makan asam garam kehidupan. Aku jadi merasakan bagaimana rasanya menjadi orang susah, orang miskin, selama bertahun-tahun lamanya sebelum akhirnya aku tahu bahwa ternyata aku bukan lah anak kandung Ayah Damar, melainkan adalah anak dari orang kaya raya."Nadine balas mengangguk. Kembali merasa kasihan sekaligus bangga dengan suaminya. Tapi semuanya telah terbayar sekarang. Kehidupan Aliando berubah seratus delapan puluh derajat. Bahkan, Aliando bisa membeli seisi dunia yang dia mau. Nadine juga jadi senang dan lega disaat bersamaan saat mendengar kalau pada akhirnya kedua orang tuanya Aliando luluh dan memandang kebaikan Pak Damar selama ini. Aliando telah mendapat kabar dari Ayah Damar, Pak Irawan, mau pun dari Papanya sendiri jika Ayah Damar sudah diberi rumah dan mobil mewah. Rencananya pula, Ayah Damar akan diberi pekerjaan, ditawari berbisnis, supaya kehidupann
Nadine tampak tidak tenang di tempat duduknya karena dia tengah mencari kata-kata yang tepat untuk meminta maaf soal sikap dan perlalukannya dulu kepada Pak Damar.Pak Damar lalu beralih menyapa Nadine. Keduanya berbasa-basi singkat. "Saya senang sekali mendengar kalau kabar Ayah Damar dalam keadaan sehat dan baik-baik saja." Kata Nadine sambil mengulas senyum. Dia sudah bisa menguasai diri lagi. Pak Damar mengernyit. Hei, Nadine baru saja memanggilnya dengan panggilan 'Ayah'? Tentu saja hal itu membuat Pak Damar heran. Pasalnya, selama ini, Nadine tidak pernah memanggilnya begitu. Nadine lalu bangkit dari sofa, meraih tangan Pak Damar -hal itu membuat Pak Damar semakin heran -tapi dia membiarkan Nadine melakukan hal itu. Kemudian, Nadine mencium punggung tangan Pak Damar. Hei, bahkan sekarang, Nadine mencium tangannya? Bersikap sopan padanya?Kepala Pak Damar seketika itu langsung dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Pak Damar beralih menatap Aliando, seakan minta penjela
Dika turun dari mobil, detik berikutnya, terdengar suara keras yang berdebam.Pasalnya Dika menutup pintu setengah membantingnya dengan segala emosi yang tengah carut marut. Setelah berpikir bahwa mungkin saja ada orang yang tidak suka dengan kesuksesan dirinya, mungkin ada rival bisnisnya diluar sana yang ingin menghancurkan bisnisnya. Hingga akhirnya melakukan sesuatu pada bisnisnya. Oke. Sepertinya pemikiran Dika ini terlalu percaya diri. Tapi hal itu memang kerap terjadi di dalam dunia bisnis berbisnis. Pasti ada orang yang tidak suka. Rival bisnis. Namun ketika Dika memikirkan hal itu, nama Aliando lah yang pertama kali muncul di benak. Dika langsung memikirkan ancaman Aliando pada malam sewaktu pesta di rumahnya yang entah kenapa ancamannya itu benar-benar menjadi kenyataan sekarang. Awalnya Dika tidak terlalu mengindahkan ancaman itu, tidak dia ambil pusing, dia menganggap ancaman Aliando itu hanya gertak sambal saja. Tapi setelah apa yang kini terjadi pada restorannya, me