Longwei membuka matanya, rasa sakit yang dia rasakan perlahan menghilang. Ujung matanya melihat seorang wanita cantik dengan hanfu berwarna putih bersih. Sepertinya dia adalah siluman melihat ada dua telinga di kepalanya. Longwei melangkah mendekati wanita tersebut."Akhirnya Anda datang juga, saya yakin legenda itu benar adanya," ucap Sang wanita menunjukkan kepalanya memberi hormat."Siapa kau?" tanya Longwei mengerutkan alisnya.Wanita itu kembali berdiri ke posisi semula dan menatap teduh Longwei. Dua tangannya mengibaskan selendang, tiba-tiba ratusan ekor kunang-kunang berterbangan di sekitar pria tersebut."Panglima tidak perlu tau siapa aku, waktu anda tidak lama. Kunang-kunang ini akan mengantar Anda ketempat inti jiwa naga yang masih di segel." Wanita itu menunjuk ujung jalan yang sudah di terangi cahaya dari kunang-kunang."Di ujung jalan akan ada beberapa rintangan, anda harus melewati semua rintangan tersebut. Bila panglima berhasil, maka kultivasi inti jiwa naga akan sem
Setelah pertemuannya dengan sang teman lama yang amat dia rindukan, mereka duduk di sebuah kursi kayu di hadapan mereka terdapat beberapa hidangan.Perasaan yang tadinya ragu mulai sirna begitu saja, yang pria itu rasanya saat ini hanyalah perasaan nyaman dan damai.Geming duduk sambil menuangkan teh ke cangkir temannya, mereka mengobrol dan bercanda ria. Tak lama kemudian seorang wanita yang dia cintai datang. Wanita itu membawa nampan yang berisi hidangan makan siang."Makanan kesukaanmu," ucap Qixuang yang menyodorkan semangkuk sup ayam.Aroma sup ini masih sama, harum dan sangat menggoda. Tanpa menunggu lama Longwei segera menyantap sup yang masih mengeluarkan asap tipis tersebut."Kalian tidak makan?" tanya Longwei melempar senyum lebar.Keduanya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Awalnya dia merasa aneh, tapi keanehan itu segera di tepisnya.'Longwei, sadarlah ... kau mendengar ku ...' bisikan seorang wanita yang terdengar begitu samar.Longwei menaruh mangkuk yang berada di t
Tubuh Ling merasakan sebuah kekuatan yang mengalir dalam darahnya. Rasa dingin tersebut begitu menusuk sampai ke tulang membuat dia tidak mampu mengeluarkan tenaga dalamnya lagi untuk membantu Longwei."Kekuatan apa ini!?" Ling menekan dadanya yang tiba-tiba nyeri."Mingyu!" teriak Ling saat melihat temannya sudah tersungkur di tanah.Wanita itu segala berlari dan membantu pria tua renta itu kembali ke kasur. Angin malam yang dingin membuat kulit keriput sang siluman rubah menjadi es."Bertahanlah, aku akan segera membawa inti jiwamu pulang." Ling menarik selimut tebal dan menutupi sebagian tubuh Mingyu.Bibir keriput itu mengatup rapat, begitu pun matanya. Ling melangkah kembali mendekati Longwei, tidak ada pilihan lain lagi. Dia harus segera masuk ke dunia fana dan menarik dua jiwa yang terkunci di dalam untuk kembali.Ling mencoba membaca mantra lagi dan mulai mengumpulkan tenaga dalamnya. Wanita itu duduk bersila dan mengarah kekuatan yang terkumpul di tangan ke arah Longwei.Di s
Ling menyipitkan mata saat melihat sosok pria yang datang. Cahaya mantra di tangannya membuat Ling tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang tersebut.Meskipun matanya tidak melihat dengan jelas, Ling sangat yakin itu adalah Longwei. Dia tau pria tersebut pasti akan datang untuk menolongnya.Pria itu melempar bola mantra ke arah ular, cahaya merah yang keluar dari tangannya masuk kedalam tubuh ular dan membuat ular itu menggeliat kepanasan.Perlahan pria itu mendekat, mata Ling terbelalak saat tau siapa orang itu. Dia bukanlah Pria yang di harapkan. Meskipun memiliki ketampanan yang sama, tetap saja hati Ling sedikit kecewa.Wajah pria itu cukup tampan meskipun sedikit menyeramkan. Rahang tegas dan mata tajam berwarna merah membuat Ling sedikit ngeri. Di tambah lagi aura mengerikan orang tersebut membuat mulut Ling bungkam.Pria itu meraih tubuh Ling dan berenang naik ke atas danau, di sana wanita itu kembali di kejutkan dengan pria yang tergeletak tak berdaya."Longwei!" panggi Ling
Seorang pria duduk di tepi danau sambil meniup seruling, alunan suara seruling itu membuat siapapun yang mendengarnya merasa tenang. Hampir satu jam lamanya pria itu duduk di tempat yang sama, batu besar yang berada di tepi sungai.Ujung matanya menatap jauh rembulan malam yang bersinar terang, bintang-bintang di sekitarnya membentuk sebuah wajah cantik."Mingyu!" panggil seorang wanita dari jauh, wanita itu melambaikan tangan dan menampakkan wajah cerianya.Wanita itu berlari mendekati danau, sedangkan sang pria bangkit dan menyambutnya dengan senyum secerah mentari pagi."Sepertinya ada kabar baik sampai kau tidak sabar dan datang kemari," ucap Mingyu mencubit hidung mancung wanita tersebut.Wanita itu menepis tangan Mingyu, dia merangkul pundak lebar di hadapannya dan menariknya untuk duduk. Wanita itu mengeluarkan sebuah tusuk konde mewah dengan banyak hiasan permata."Jadi, kau dapat pejantan seperti apa lagi?" ucap Mingyu meremehkan."Tutup mulutmu! Dia itu berbeda, dia sangat t
"Jaga kereta, pastikan Raja dan Ratu aman!" teriak suara panglima perang dari luar.Mendengar teriakan itu Mingyu dan Ling saling bertatapan. Mereka menautkan alisnya, keduanya khawatir kalau sang Raja Iblis kembali sedangkan kondisi Longwei terima memungkinkan."Kau jaga Longwei, aku akan keluar." Ling membuka pintu dan segera turun dari kereta.Mata Ling terbelalak saat melihat pasukannya sudah dia serang dengan segerombolan mayat hidup. Pasukannya begitu kewalahan saat musuhnya tidak bisa di lumpuhkan hanya dengan tebasan pedang."Astaga! Apa lagi ini," Ling segera membantu para prajuritnya.Wanita itu turun dan mulai mengayunkan pedangnya. Perutnya terasa mual saat melihat musuh yang begitu mengerikan di hadapannya.Tubuh mereka sudah banyak luka dalam dan mengalir cairan merah kental dengan bau busuk. Tapi mereka masih kuat melawan, bahkan dengan kekuatan yang cukup besar.Ling terus mengayunkan pedangnya, tapi sang musuh tetap berdiri tegak. Bahkan bisa orang itu bisa mematahkan
Tubuh Ling begitu sakit, tulang sumsumnya terasa remuk saat merasa ada sesuatu yang memaksa untuk keluar dari tubuh bagian belakangnya.Arghh ...Ling mengerang kesakitan hingga membuyarkan memori kenangan Jieun dan Mingyu. Keduanya menatap langit malam yang cerah akibat inti jiwa rubah yang menyatu pada tubuh Ling.Jieun segera membaca mantra dan mengarah kekuatannya ke arah Ling, cahaya kuning bak matahari perlahan redup. Mulai terlihat Ling dengan wujud barunya.Luka di goresan di pipi Ling menghilang, wajahnya terlihat lebih cantik dan berseri. Mata tajam yang menyala itu perlahan redup. Ekornya mengembang dan mulai mengeluarkan api berwarna biru."Inti jiwa rubah sudah menyatu pada tubuhnya, sekarang dia adalah siluman rubah seutuhnya," celetuk Mingyu."Ya, semoga saja dia bisa mengendalikan jiwa liarnya itu," ucap Jieun masih membantu Ling untuk mengontrol kekuatan barunya.Perlahan tubuh Ling turun. Wanita itu sudah tidak mengeluarkan cahaya terang, sorot mata tajamnya mengarah
Seorang pria dengan tubuh tegap melangkah memasuki ruang gelap dan dingin, bahkan hembusan napasnya berubah menjadi asap tipis karena suhu di bawah rata-rata.Hanya dengan sekali petikan jari es yang menyelimuti naga hitam di hadapannya mencair, mata naga itu berubah menjadi merah menyala. Pria dengan hanfu hitam itu tersenyum tipis."Selamat datang kembali Naga hitam, lama sekali kita tidak bertemu," kekeh pria dengan mata merah menyala itu.Naga di hadapannya hanya bungkam. Hembusan napas hangat sang naga membuat hawa dingin yang menyelimuti ruangan menjadi panas."Bagaimanapun usahamu, kau tidak akan bisa membawa inti jiwa naga masuk ke tubuhmu. Takdir sudah tertulis dan itu bukan kau," ucap sang naga penuh bijaksana.Raja Iblis tertawa kecil mendengar ucapan naga yang bahkan saat ini terlihat lemah karena lepas dari raga sang pemilik. Inti jiwa dan raga bersifat kesinambungan. Mereka tidak akan berarti apa-apa bila terpisah.Namun mereka juga tidak bisa di binasa bila salah satu d
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan
Wencheng duduk di singgasana kebesarannya. Mata tajamnya tertuju pada para panglima perang yang menekuk lututnya memberi salam kehormatan."Kita harus mempersiapkan diri untuk peperangan besar," ucap Wencheng tegas."Sebelumnya kita kalah melawan Dewa perang sampai Raja Iblis ....""Diam!!!" bentak Wencheng."Sekarang akulah Raja Iblis, Donghae hanya Iblis yang tidak berguna. Kaum kita harus menanggung malu pada dunia!" lanjut Wencheng mengepalkan tangannya kuat.Enam panglima perang iblis saling bertatapan. Sejujurnya mereka belum siap menghadapi tentara langit yang akan menyerang.Peperangan terakhir sudah menghabiskan setengah pasukan. Raja Iblis yang memiliki kekuatan besar saja bisa kalah dengan inti jiwa naga, apalagi Wencheng yang hanya memiliki sebagian kekuatan iblis."Maaf Raja, kami tidak bisa mengangkat senjata. Ini terlalu beresiko. Bisakah kita ke tempat Raja Iblis dan membawanya kembali?" ucap salah satu panglima dengan suara lirih.Crasss ...Kilatan petir keluar dari
Raja Iblis Donghae duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lantai yang terbuat dari kayu. Pria itu memang duduk di kamar tapi tidak dengan isi kepalanya.Semua pertanyaan selama ini terungkap. Apa alasan mengapa Ling tidak pernah menerima apapun pemberitaannya.Dia memang suaminya, tapi kenyataannya jauh dari itu. Mereka hidup seperti orang asing. Jarang mengobrol, tidak pernah saling bercanda, bahkan tidur sekamar. Dulu Donghae pikir memang sikap Ling demikian, karena memang dia sadar kalau dia baru sadar dari tidur panjangnya.Rahasia sebesar ini ... Ling tidak pernah menceritakan hal menyesakkan tersebut. Andai dia tau sebelumnya, pasti Donghae akan memilih pergi.Suara pintu di ketuk, Ling datang. Sama seperti biasanya, wanita itu membawa senapan obat dan duduk di samping Donghae."Kenapa kau masih merawatku?" tanya Donghae pedih."Mau atau tidak terserah aku, ini hidupku dan aku yang akan mengambil keputusan.""Tidak semua keputusan bisa di terima orang lain,""Bahkan kita harus
Ling duduk di bebatuan tepi sungai. Tempat ini tidak jauh dari rumahnya di tengah hutan. Dia sering datang kemari saat hatinya terasa sepi. Dulu dia sering berdoa untuk bertemu dengan orang yang amat dicintainya. Sepuluh tahun terakhir sangat berat. Tinggal serumah dengan pembunuh sang Ayah, sangatlah menyesakkan.Namun saat itu tiba ... Entah mengapa perasaan rindu itu hambar. Terlebih saat dia mendengar kabar kalau sang Ibu juga tewas karena prajurit iblis. Semuanya terhempas entah kemana.Meskipun Raja iblis adalah orang yang berbeda sekarang, tetap dia dalang di baling semua ini."Bagaimana kabarmu?" tanya Ling datar."Seperti yang kau lihat," jawab Longwei tersenyum kecut.Terdengar helaan napas panjang. Ada banyak cerita yang ingin dia ceritakan pada Ling. Tapi saat ini dirinya lebih sibuk berdamai dengan kenyataan. Melihat Ling bersama orang lain membuat hatinya perih.Padahal dia telah mengetahui ini sebelumnya. Hanya saja, dia tidak menyangka akan sesakit ini."Setiap hari a