Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
"Panglima Longwei, lama kita tidak bertemu," kekeh Panglima musuh dengan zirah berwarna hitam membalut tubuhnya.Longwei, panglima yang diutus oleh kahyangan para dewa untuk menumpas pasukan jiwa iblis menatap sosok di depannya dengan tajam.Pria berbadan tegap di depannya dulunya adalah sahabat karibnya semasa mengabdi pada para Dewa kahyangan.Namun, sebab pengaruh jahat jiwa Iblis yang misterius, sahabatnya itu kini berbalik melawan para dewa Kahyangan."Geming, aku ulang sekali lagi. Hukum kahyangan sangat berat, kau masih ada waktu untuk merubah pikiran," ucap Longwei menatap tajam pria yang saat ini berdiri di hadapannya.Geming tertawa kencang, bahkan dia tidak gentar sedikitpun. Pria itu melayang mendekati Longwei yang bersiap dengan pedangnya."Apa kau buta, Longwei?! Para dewa hanya memanfaatkan orang-orang seperti kita untuk kepentingan mereka! Pada akhirnya nyawa yang kita miliki hanya alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka!" ucap Geming seraya menatapnya tajam.Longwei
Longwei menatap dalam paras wanita yang duduk di hadapannya. Wanita itu sibuk mengecek suhu badan Longwei dan mengajukan beberapa pertanyaan. Namun telinga pria tersebut seolah tuli, dia tidak mendengar apapun kecuali mata yang lekat menatap wanita itu. "Tuan? Apakah kau mendengar ku?" tanya Wanita itu melambaikan tangannya ke hadapan Longwei. Longwei memeluk wanita tersebut, buliran air mata mulai menetes membasahi pipi. Semua perasaan bahagia bercampur haru menyelimuti hati pria itu. "Maaf Tuan, apakah anda baik-baik saja?" tanya Wanita itu melepas pelukannya. "Maaf," ucap Longwei singkat saat pelukannya berhasil di lepaskan. Mata Longwei menyapu sekitar, sepertinya dia tidak berada di negri kahyangan melainkan di bumi. Tatapannya kembali pada Wanita yang duduk di hadapannya sambil menyodorkan segelas obat. Wanita itu tampak asing padanya, seolah dirinya lupa kalau pernah kenal dengannya. Semua kemungkinan buruk mulai berkeliaran di otak Longwei sampai dia menaruk kesimpulan
Tandu yang ditarik oleh dua ekor kuda melewati hutan lebat yang menyeramkan. Hutan dengan banyak pepohonan rindang masih di tambah angin malam yang begitu menusuk membuat suasana begitu mencekam.Suara gesekan ranting dan dedaunan yang diterpa angin membuat hawa terasa lebih mencekam. Para prajurit juga merasakan hal yang sama. Bulu kuduk merinding, terlihat sosok hitam kelam dengan tubuh yang amat besar mendekati mereka. Tandu yang di naiki Ling bergoyang dan hampir saja terbalik. Di saat bersamaan terdengar suara pedang yang saling bergesek. "Astaga, makhluk apa itu?" Ling terbelalak ketika membuka jendela tandu.Dia melihat seekor rubah dengan sembilan ekor yang cukup besar. Tingginya kurang lebih dua ratus meter, masih di tambah ekor yang menjulang di langit.Sepuluh prajurit mencoba melumpuhkan makhluk itu, tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk itu. Hanya dengan sekali kibasan ekornya semua prajurit tergeletak.Ling segera keluar tandu untuk membantu prajurit melawan siluman
Kereta kuda sampai di sebuah pedesaan, beberapa orang mengetahui kalau yang lewat adalah kereta dari kerajaan. Banyak orang yang memberi hormat. Sesekali terdengar teriakan orang yang menangis kesakitan. Ling hanya menutup mata, bibirnya mengatup rapat. Dia tak kuat melihat kepedihan rakyatnya. Longwei mengintip dari balik kelambu. Matanya terbelalak, jantungnya terasa teriris melihat semua ini. Banyak orang yang tergeletak di pinggir jalan, tubuh mereka di penuhi luka yang mengeluarkan darah. "Sejak kapan mereka terserang wabah seperti ini," tanya Longwei penuh selidik. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan lima kota di negri Qing sudah kehilangan penduduknya karena penyakit itu," ucap Ling menghapus air mata yang terus berderai. "Selama itu pula kami mengadakan ritual penyucian, tapi semua tidak membuahkan hasil. Penyakit tetap menyebar dan banyak gadis mati sia-sia," lanjut Ling bercerita. "Sudah hampir dua tahun aku mencari sosok naga hitam itu, aku berharap bisa menyelamatkan m
Tetesan air hujan yang tidak terlalu deras membasahi negeri Qing dan keajaiban pun terjadi. Luka yang berada di tubuh rakyat tiba-tiba luntur bersama air hujan yang mengalir membasahi tubuh mereka. Mendengar rakyat sudah sembuh, para penghuni istana pun juga ikut keluar dan menikmati rintikan hujan tersebut.Sementara pria yang berdiri di tengah aula kerajaan itu terhuyung menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya seolah di remukkan saat ini, seiring dengan tubuhnya yang terasa menerima beribu cambukan. Pria tersebut memejamkan mata dan berusaha menahan kesakitan ini. Sedangkan di sebrang, tempat di kursi besar. Seorang wanita menatapnya lekat.Perlahan Wanita tersebut turun dari singgasana dan melangkah mendekati pria yang berdiri di tengah aula. Wanita dengan mahkota yang terpasang di kepalanya itu tak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.Dia bisa merasakan betapa segarnya air hujan ini, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Serpihan ingatan mulai terlintas di kepalanya
Seorang pria dengan tubuh tegap melangkah mendekati danau yang tak jauh dari istana. Pantulan sinar rembulan di air danau terlihat begitu indah. Pria itu duduk di bebatuan dan menatap pantulan itu.Dulu dirinya sering melihat pemandangan indah ini dengan seorang Wanita yang amat dia cintai. Tapi semua hanya tinggal kenangan pahit.Sekelebat bayangan hitam melayang dan berhenti tepat di belakang sang pria bertopeng. Dengan tenang pria tersebut berdiri dan berdiri tegak."Bukankah harusnya kau bersama istrimu?" ucap siluman rubah, Mingyu."Katakan apa yang kau tau tentangku! Aku pastikan sembilan ekormu itu lenyap seketika saat kau berbohong," ucap Longwei sambil menarik pedang dan berhenti di leher sang siluman.Siluman itu menarik ujung bibirnya ke atas. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Teman karibnya melupakan semua hal yang pernah mereka lakukan dulu.Bahkan, dia lupa akan dirinya sendiri. Mungkinkah ini semua pengaruh dari kulitivasi yang meningkat terlalu tinggi?"Apa
"Kau tidak keberatan kalau aku berada disini?" tanya Mingyu duduk di kursi.Siluman itu sudah membaik, sekarang dirinya bisa merubah wujudnya kembali ke wujud manusianya."Tidak ada tempat lain, aku tidak tau pria itu akan menyerang lagi atau tidak," ucap Longwei duduk di tepi ranjang dan menatap Mingyu.Mingyu menatap dalam Longwei dan Ling secara bergantian. Dia merasa Longwei tidak bercanda dengan kondisinya saat ini. dia benar-benar bukan Taeching.Melihat Siluman rubah yang menatapnya dalam membuat Longwei penasaran. Dia bangkit dan melangkah mendekat."Apa yang kau pikirkan?" Longwei menatap tajam."Aku akan terima bila kau melupakanku, tapi Nona Ling, apakah kau juga melupakannya?" tanya Mingyu menautkan alisnya."Sudah aku bilang, aku bukan Taeching." Longwei melempar pandangan."Lalu siapa kau sebenarnya," sahut Mingyu penasaran.Longwei menatap Mingyu, bibirnya mulai terbuka tapi mengatup kembali. Tidak mungkin bila dia menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Ini terlalu musta
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan
Wencheng duduk di singgasana kebesarannya. Mata tajamnya tertuju pada para panglima perang yang menekuk lututnya memberi salam kehormatan."Kita harus mempersiapkan diri untuk peperangan besar," ucap Wencheng tegas."Sebelumnya kita kalah melawan Dewa perang sampai Raja Iblis ....""Diam!!!" bentak Wencheng."Sekarang akulah Raja Iblis, Donghae hanya Iblis yang tidak berguna. Kaum kita harus menanggung malu pada dunia!" lanjut Wencheng mengepalkan tangannya kuat.Enam panglima perang iblis saling bertatapan. Sejujurnya mereka belum siap menghadapi tentara langit yang akan menyerang.Peperangan terakhir sudah menghabiskan setengah pasukan. Raja Iblis yang memiliki kekuatan besar saja bisa kalah dengan inti jiwa naga, apalagi Wencheng yang hanya memiliki sebagian kekuatan iblis."Maaf Raja, kami tidak bisa mengangkat senjata. Ini terlalu beresiko. Bisakah kita ke tempat Raja Iblis dan membawanya kembali?" ucap salah satu panglima dengan suara lirih.Crasss ...Kilatan petir keluar dari
Raja Iblis Donghae duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lantai yang terbuat dari kayu. Pria itu memang duduk di kamar tapi tidak dengan isi kepalanya.Semua pertanyaan selama ini terungkap. Apa alasan mengapa Ling tidak pernah menerima apapun pemberitaannya.Dia memang suaminya, tapi kenyataannya jauh dari itu. Mereka hidup seperti orang asing. Jarang mengobrol, tidak pernah saling bercanda, bahkan tidur sekamar. Dulu Donghae pikir memang sikap Ling demikian, karena memang dia sadar kalau dia baru sadar dari tidur panjangnya.Rahasia sebesar ini ... Ling tidak pernah menceritakan hal menyesakkan tersebut. Andai dia tau sebelumnya, pasti Donghae akan memilih pergi.Suara pintu di ketuk, Ling datang. Sama seperti biasanya, wanita itu membawa senapan obat dan duduk di samping Donghae."Kenapa kau masih merawatku?" tanya Donghae pedih."Mau atau tidak terserah aku, ini hidupku dan aku yang akan mengambil keputusan.""Tidak semua keputusan bisa di terima orang lain,""Bahkan kita harus
Ling duduk di bebatuan tepi sungai. Tempat ini tidak jauh dari rumahnya di tengah hutan. Dia sering datang kemari saat hatinya terasa sepi. Dulu dia sering berdoa untuk bertemu dengan orang yang amat dicintainya. Sepuluh tahun terakhir sangat berat. Tinggal serumah dengan pembunuh sang Ayah, sangatlah menyesakkan.Namun saat itu tiba ... Entah mengapa perasaan rindu itu hambar. Terlebih saat dia mendengar kabar kalau sang Ibu juga tewas karena prajurit iblis. Semuanya terhempas entah kemana.Meskipun Raja iblis adalah orang yang berbeda sekarang, tetap dia dalang di baling semua ini."Bagaimana kabarmu?" tanya Ling datar."Seperti yang kau lihat," jawab Longwei tersenyum kecut.Terdengar helaan napas panjang. Ada banyak cerita yang ingin dia ceritakan pada Ling. Tapi saat ini dirinya lebih sibuk berdamai dengan kenyataan. Melihat Ling bersama orang lain membuat hatinya perih.Padahal dia telah mengetahui ini sebelumnya. Hanya saja, dia tidak menyangka akan sesakit ini."Setiap hari a