Tetesan air hujan yang tidak terlalu deras membasahi negeri Qing dan keajaiban pun terjadi. Luka yang berada di tubuh rakyat tiba-tiba luntur bersama air hujan yang mengalir membasahi tubuh mereka.
Mendengar rakyat sudah sembuh, para penghuni istana pun juga ikut keluar dan menikmati rintikan hujan tersebut.Sementara pria yang berdiri di tengah aula kerajaan itu terhuyung menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya seolah di remukkan saat ini, seiring dengan tubuhnya yang terasa menerima beribu cambukan.Pria tersebut memejamkan mata dan berusaha menahan kesakitan ini. Sedangkan di sebrang, tempat di kursi besar. Seorang wanita menatapnya lekat.Perlahan Wanita tersebut turun dari singgasana dan melangkah mendekati pria yang berdiri di tengah aula. Wanita dengan mahkota yang terpasang di kepalanya itu tak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.Dia bisa merasakan betapa segarnya air hujan ini, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Serpihan ingatan mulai terlintas di kepalanya. Sayangnya dia tidak tau apa itu. Dia hanya melihat pedang yang tertusuk pada seorang pria.Naga yang melayang di awan hitam menghilang, diikuti oleh awan gelap yang menyelimuti negara Qing. Terdengar sayup-sayup kegembiraan rakyat dari luar benteng kerajaan."Selamat, kau memenangkan sayembara ini. Kau bisa beristirahat dan mempersiapkan diri untuk pernikahan besok," ucap Ling saat langkah kakinya berhenti tepat di hadapan pria bertopeng tersebut.Tidak ada pilihan lain, dia harus menepati janji pada kesatria ini. Walaupun hatinya tidak terima dengan pernikahan yang telah di sepakati sebelumnya.Meskipun begitu dia cukup bersyukur karena kemalangan telah berlalu, tidak masalah bila harus mengorbankan dirinya untuk keberhasilan besar."Nona, Baginda raja ..." ucap pelayan yang mengurus Ayahnya menampakkan wajah cemas.Melihat pelayanan sang Raja berekspresi tidak enak, Ling segera berlarian menuju kediaman sang Ayah dan meninggalkan pria bertopeng sendirian.Pria itu merosot dan menekuk kedua lututnya untuk menyangga tubuhnya yang kian lemah. Rasa sakit begitu menyiksanya, padahal sebelum hujan turun Dia bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, entah kemana perginya kekuatan tersebut.Melihat wajah Ling yang begitu cemas, pria itu berusaha bangkit dan mengayunkan langkahnya mengikuti langkah kaki Ling."Maaf Tuan, Saya akan mengantar anda ke tempat istirahat," ucap salah satu pengawal menghadang pria bertopeng."Saya ingin bertemu Raja," sahut Pria tersebut."Maaf, seperti yang Anda lihat. Kondisi Raja sedang tidak baik-baik saja. Raja adalah orang yang adil, dia tidak mungkin mengingkari janjinya." Pengawal itu membungkukkan tubuhnya.Tidak mau akan timbul percekcokan, Pria tersebut menurut. Dia mengangguk dan mengikuti arahan pengawal untuk segera beristirahat. Mungkin ini lebih baik melihat kondisinya yang juga tidak baik-baik saja.Pria itu melangkah mengikuti langkah Pengawal yang menuju kamar istirahat. Tapi langkah mereka berhenti ketika pengawal yang lainnya memanggil mereka dari arah berbeda."Tuan, Putri Ling dan Raja menunggu Anda di kediaman Raja," ucap Pengawal itu memasang wajah cemas dengan napas yang tersengal.Mendengar perintah, Pria dan para pengawal segera memutar langkah menuju kediaman sang Raja. Ada banyak sekali pengawal dan pelayan berdiri dan berbaris di depan kediaman Sang Raja. Sepertinya kondisi Raja memang sangat mengkhawatirkan.Pria bertopeng di persilahkan masuk, di dalam Ling sedang duduk di tepi ranjang dan menangis sesenggukan. Di sampingnya ada sang raja yang terbaring lemah.Mata sang Raja mengatup rapat, bahkan hembusan napasnya begitu tenang seolah tidak peduli wanita di sampingnya sedang bersedih."Hamba memberi salam pada Baginda raja," ucap pria bertopeng memberi hormat.Perlahan Raja membuka mata, dengan sisa kekuatannya dia bangun dari tidurnya dan menyapa pria tersebut."Terima kasih atas semua bantuanmu," ucap Raja dengan suara lemah."Semua sudah tugas Hamba, Baginda tidak perlu sungkan," jawab pria tersebut."Terlepas dari asal-usul mu, aku hanya ingin memberimu tugas. Aku yakin, kau bisa menjalankan amanah ini," ucap Raja mencengkram tangan Ling."Hamba bersedia atas tugas yang diberikan," jawab Pria itu mantap."Aku sudah lama menjaga negeri ini, sudah pantas bila aku ingin istirahat dan menikmati masa tuaku," ucap sang Raja menatap Ling.Ling menggelengkan kepalanya pelan. Mendengar ucapan sang Ayah membuat perasaannya campur aduk."Aku ingin memberikan tanggung jawab besar ini padamu," ucap Raja."Maaf Baginda, Hamba tidak pantas untuk menerima tugas ini. Masih banyak yang pantas menerima tugas tersebut," ucap pria itu sujud di depan Raja.Raja memejamkan mata, rasa sakit di dadanya sudah tidak bisa dia tahan. Tiba-tiba aliran darah segar keluar dari mulutnya. Melihat ini semua pelayan termasuk Ling sang Putri panik, dia berteriak histeris."Ayah, sadarlah Ayah. Cepat panggil Tabib!" ucap Ling dengan suara lantang.Percikan cairan merah kental itu mengenai tangan Pria bertopeng tersebut. Sang pria membantu Raja untuk kembali berbaring. Raja menggenggam erat tangan pria bertopeng itu. Sementara Ling masih menangis dan memeluk sang Ayah."Aku mohon jaga kerajaan ini beserta permataku yang paling berharga, aku yakin kau adalah orang yang tepat," ucap Raja sebelum memejamkan matanya."Baik, aku akan menerima semua tugas ini Baginda," ucap Pria itu, tanpa sadar pria tersebut meneteskan buliran air mata bening."Terima kasih, Ling Sayang. Kau tidak boleh manja lagi, kau harus lebih dewasa dan tidak merepotkan dia," ucap Raja kembali membuka mata dan membelai wajah putrinya."Ayah, aku mohon jangan seperti ini, kau pasti sembuh. Dia akan menolong mu Ayah." Ling melempar pandangan pada pria bertopeng itu.Tangan renta Sang Raja mulai membelai lembut pipi basah akibat air mata yang mengalir deras."Biarkan Ayah istirahat Sayang, Qing sudah menemukan Raja yang baru," ucap Raja lirih."Jaga dirimu baik-baik," lanjut Raja sebelum menutup mata, seketika tangan yang membelai pipi Ling tergeletak tak berdaya."Ayah !!!"...Setelah upacara pemakaman, selang beberapa hari upacara penobatan raja baru digelar. Banyak sekali perdana menteri yang penasaran tentang siapa status raja baru sebenarnya.Hingga muncul beberapa rumor tidak sedap di kalangan perdana menteri, banyak sekali pro kontra di dalam istana. Tapi itu semua bisa di atasi dengan baik.Saat ini upacara pernikahan di gelar, Ling dan Pria misterius ini sudah sah menjadi pasangan suami-isteri. Meski tidak ada cinta dia antara mereka, Ling tetap berusaha menjadi istri yang baik.Wanita itu duduk di ranjang dan menunggu kedatangan suaminya. Nuansa merah yang begitu mewah membuat kamar pengantin ini begitu elegan.Terdengar suara pintu terbuka, di saat yang sama jantung Ling berdebar hebat. Ingin sekali dia lari dari kamar ini, tapi dia tidak cukup berani melawan amanah terakhir sang Ayah.Pria bertopeng masuk, dan duduk di tepi ranjang. Dia membuat penutup kepala Ling. Wajah cantik yang berada di hadapannya menghipnotisnya.Degup jantung yang di pompa begitu cepat, perlahan Ling membuka tali bajunya. Tapi Pria itu menahan tangan lembut wanita tersebut."Tidak sekarang Nona, Aku akan menanti sampai kau benar-benar menerimaku," ucap pria bertopeng itu.Seorang pria dengan tubuh tegap melangkah mendekati danau yang tak jauh dari istana. Pantulan sinar rembulan di air danau terlihat begitu indah. Pria itu duduk di bebatuan dan menatap pantulan itu.Dulu dirinya sering melihat pemandangan indah ini dengan seorang Wanita yang amat dia cintai. Tapi semua hanya tinggal kenangan pahit.Sekelebat bayangan hitam melayang dan berhenti tepat di belakang sang pria bertopeng. Dengan tenang pria tersebut berdiri dan berdiri tegak."Bukankah harusnya kau bersama istrimu?" ucap siluman rubah, Mingyu."Katakan apa yang kau tau tentangku! Aku pastikan sembilan ekormu itu lenyap seketika saat kau berbohong," ucap Longwei sambil menarik pedang dan berhenti di leher sang siluman.Siluman itu menarik ujung bibirnya ke atas. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Teman karibnya melupakan semua hal yang pernah mereka lakukan dulu.Bahkan, dia lupa akan dirinya sendiri. Mungkinkah ini semua pengaruh dari kulitivasi yang meningkat terlalu tinggi?"Apa
"Kau tidak keberatan kalau aku berada disini?" tanya Mingyu duduk di kursi.Siluman itu sudah membaik, sekarang dirinya bisa merubah wujudnya kembali ke wujud manusianya."Tidak ada tempat lain, aku tidak tau pria itu akan menyerang lagi atau tidak," ucap Longwei duduk di tepi ranjang dan menatap Mingyu.Mingyu menatap dalam Longwei dan Ling secara bergantian. Dia merasa Longwei tidak bercanda dengan kondisinya saat ini. dia benar-benar bukan Taeching.Melihat Siluman rubah yang menatapnya dalam membuat Longwei penasaran. Dia bangkit dan melangkah mendekat."Apa yang kau pikirkan?" Longwei menatap tajam."Aku akan terima bila kau melupakanku, tapi Nona Ling, apakah kau juga melupakannya?" tanya Mingyu menautkan alisnya."Sudah aku bilang, aku bukan Taeching." Longwei melempar pandangan."Lalu siapa kau sebenarnya," sahut Mingyu penasaran.Longwei menatap Mingyu, bibirnya mulai terbuka tapi mengatup kembali. Tidak mungkin bila dia menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Ini terlalu musta
Longwei masuk ke aula istana, hari ini adalah hari pertamanya menjabat sebagai seorang raja di Kerajaan Qing. Ling melangkah di belakang Longwei dengan anggun.Keduanya memakai pakaian yang serasi. Banyak pasang mata takjub melihat kecantikan Ling. Maklum saja, Wanita ini tinggal di pengasingan begitu lama.Rumor mengatakan bahwa keterampilan Ling dalam memainkan pedang sangat bagus, dia juga cukup pintar dalam mengatur strategi perang. Itu yang membuat Raja sebelumnya tidak begitu mengkhawatirkan keadaan Wanita itu saat di pengasingan.Sayangnya, dia harus menikah dengan pria yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Rakyat sebenarnya juga ragu dengan Raja yang baru. Hanya saja mereka tidak bisa tutup mata dengan kehebatan orang tersebut.Satu persatu mentri melaporkan keadaan seluruh wilayah negara Qing. Keadaan kerajaan pasca wabah itu jauh dari kata baik. Banyak kota besar yang dilanda krisis ekonomi sampai bahan pangan.Yang paling mengejutkan adalah ... ada kabar bahwa akan terjadi p
Hamparan rerumputan hijau terhampar di hadapan Longwei, terdengar gemericik air sungai yang terlihat begitu jernih. Terdapat air terjun dan sebuah batu besar yang berada di tengah sungai itu.Udara segar berhembus di sekitarnya, memberi hawa sejuk yang membuat otaknya siap menyerap semua energi positif yang ada.Longwei melangkah menuruni bebukitan dan menuju sungai jernih yang berada di bawah bukit tersebut. Mingyu melangkah di belakang sambil menatap sekitar."Disini tempat yang sangat cocok," ucap Mingyu menghirup udara segar."Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya Longwei datar."Duduk di sana, pejamkan mata dan coba kendalikan jiwa nagamu itu," ucap Mingyu sambil mengayunkan langkahnya.Longwei menarik baju Mingyu dan menatap lekat manik mata kuning yang mencoba menghindarinya."Ada apa? Bukankah memang seperti itu caranya meditasi," ucap Mingyu tersenyum kikuk."Tidak ada waktu untuk bercanda, cepat katakan! Kondisi istana tidak sedang baik-baik saja." Longwei mengeraskan rahan
Hembusan napas sang naga bagai kobaran api yang amat panas. Mata Longwei terpaku pada mata sang naga yang berbentuk kristal berwarna merah darah."Apakah kau benar-benar Panglima Longwei?" tanya Sang naga."Siapa kau sebenarnya?" tanya Longwei menyapa dalam kristal merah yang berada di hadapannya."Aku adalah inti jiwa naga hitam. Pusaka yang banyak dicari oleh para kesatria," jawab Sang naga.Longwei menatap lekat kristal merah yang perlahan menunjukkan betapa bayangan. Gambar demi gambar berganti. Pria itu mulai sadar siapa orang yang ada di dalam kristal merah itu.Di sana terlihat kejadian saat dia menghembuskan napas terakhirnya. Saat dirinya terkena tombak raja iblis, sebuah cahaya biru bersinar terang. Cahaya itu menimbulkan ledakan yang membuat raja Iblis dan pasukannya terpental jauh. Di saat itu pula, inti jiwa Longwei keluar dari raganya dan terbang ke langit ke tujuh.Sampai di langit, inti jiwa Longwei di kunci oleh beberapa dewa sebagai wujud penghormatan terakhir. Mereka
Ling mengejar Mingyu yang melangkah melewati barisan prajurit yang berlatih. Sayangnya Pria itu tidak ingin masalah ini semakin runyam. Dia segera membaca mantra dan menghilang tiba-tiba."Argh, dimana sih dia?" ucap Ling celingukan mencari sosok sang suami misterius.Sedangkan Shuang yang tangannya masih di gandeng Ling hanya mampu terdiam dan menundukkan wajah penuh bersalahnya... Di tempat berbeda, tepatnya di air sungai dengan air terjun yang mengalir cukup deras. Longwei masih duduk bersila di batu besar. Buliran keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari tubuh kekarnya. Tubuhnya terasa begitu panas, meskipun inti jiwa nya sedang berlatih di alam fana. Tetap saja raganya ikut merasakan hawa panas yang di terima oleh inti jiwa.Tak jauh dari tempatnya berlatih, dua orang sedang mengawasi pergerakan Longwei. Mata merah dengan tatapan tajam itu bersembunyi di balik dahan yang rindang."Apakah kita harus menyerang sekarang?" ucap seorang yang memakai topeng hitam."Tunggu Raja
Tubuh Longwei melayang tinggi. Bibir tipisnya mulai membaca mantra dan mengeluarkan bola mantra berwarna biru yang kian detik semakin membesar.Mata Raja iblis terbuka lebar. Ketiga orang dibawah terpaku melihat cahaya biru yang berbentuk bola es itu.Tidak mau binasa di sini, Raja Iblis dan dua anak buahnya segera kabur. Belum sempat mereka membaca mantra untuk menghilang, bola es itu sudah menghantam tubuh mereka.Duarr ...Ketiga orang itu kembali terpental cukup jauh. Ketiga orang itu terluka parah. Terlebih Sang Raja iblis, dia tidak sadarkan diri karena serangan Longwei."Kita harus pergi sekarang," ucap pria bertopeng menatap rekannya yang juga terluka parah.Keduanya memapah Raja Iblis dan menghilang di balik hembusan awan berwarna hitam. Langit hitam kelam berangsur menghilang. Di saat bersamaan cahaya biru dari tubuh Longwei menghilang.Naga dari tubuh Longwei terbang dan menghembuskan napasnya pada rubah yang sudah tidak sadarkan diri. Seketika luka dalam di tubuh rubah itu
Ling duduk di kamarnya, tangannya masih berada di pundak Longwei. Sudah satu jam lamanya, tapi pria ini tidak kunjung menyudahi acara pijat memijat ini.Longwei tersenyum tipis saat melihat wajah sebal Ling uang terpantul dari teko perak yang berada di hadapannya."Agak keras! Aku tidak merasakan apapun," ucap Longwei dengan suara keras.Karena sebal, Ling mencekam pundak Longwei dengan kukunya. Berharap kalau pria itu merasa kesakitan dan menyudahi siksaannya."Kurang keras! Kenapa kau lembek sekali," ucap Longwei masih menggoda Ling."Kau!!!" Ling menarik napas panjang dan mencoba mengontrol emosi. Ling memutar otak, terukir senyum tipis saat sebuah ide muncul di otaknya. Dia sedikit mendekat, hembusan napasnya berhembus di tengkuk Longwei."Tuan misterius, bukankah kau ingin di layani? Bisakah aku berbuat hal lain untuk menyenangkan mu," ucap Ling menggoda.Karena gemas, Longwei memutar tubuhnya dan menarik Ling dalam dekapannya. Matanya menatap dalam manik mata yang sedang ketakut
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan
Wencheng duduk di singgasana kebesarannya. Mata tajamnya tertuju pada para panglima perang yang menekuk lututnya memberi salam kehormatan."Kita harus mempersiapkan diri untuk peperangan besar," ucap Wencheng tegas."Sebelumnya kita kalah melawan Dewa perang sampai Raja Iblis ....""Diam!!!" bentak Wencheng."Sekarang akulah Raja Iblis, Donghae hanya Iblis yang tidak berguna. Kaum kita harus menanggung malu pada dunia!" lanjut Wencheng mengepalkan tangannya kuat.Enam panglima perang iblis saling bertatapan. Sejujurnya mereka belum siap menghadapi tentara langit yang akan menyerang.Peperangan terakhir sudah menghabiskan setengah pasukan. Raja Iblis yang memiliki kekuatan besar saja bisa kalah dengan inti jiwa naga, apalagi Wencheng yang hanya memiliki sebagian kekuatan iblis."Maaf Raja, kami tidak bisa mengangkat senjata. Ini terlalu beresiko. Bisakah kita ke tempat Raja Iblis dan membawanya kembali?" ucap salah satu panglima dengan suara lirih.Crasss ...Kilatan petir keluar dari
Raja Iblis Donghae duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lantai yang terbuat dari kayu. Pria itu memang duduk di kamar tapi tidak dengan isi kepalanya.Semua pertanyaan selama ini terungkap. Apa alasan mengapa Ling tidak pernah menerima apapun pemberitaannya.Dia memang suaminya, tapi kenyataannya jauh dari itu. Mereka hidup seperti orang asing. Jarang mengobrol, tidak pernah saling bercanda, bahkan tidur sekamar. Dulu Donghae pikir memang sikap Ling demikian, karena memang dia sadar kalau dia baru sadar dari tidur panjangnya.Rahasia sebesar ini ... Ling tidak pernah menceritakan hal menyesakkan tersebut. Andai dia tau sebelumnya, pasti Donghae akan memilih pergi.Suara pintu di ketuk, Ling datang. Sama seperti biasanya, wanita itu membawa senapan obat dan duduk di samping Donghae."Kenapa kau masih merawatku?" tanya Donghae pedih."Mau atau tidak terserah aku, ini hidupku dan aku yang akan mengambil keputusan.""Tidak semua keputusan bisa di terima orang lain,""Bahkan kita harus
Ling duduk di bebatuan tepi sungai. Tempat ini tidak jauh dari rumahnya di tengah hutan. Dia sering datang kemari saat hatinya terasa sepi. Dulu dia sering berdoa untuk bertemu dengan orang yang amat dicintainya. Sepuluh tahun terakhir sangat berat. Tinggal serumah dengan pembunuh sang Ayah, sangatlah menyesakkan.Namun saat itu tiba ... Entah mengapa perasaan rindu itu hambar. Terlebih saat dia mendengar kabar kalau sang Ibu juga tewas karena prajurit iblis. Semuanya terhempas entah kemana.Meskipun Raja iblis adalah orang yang berbeda sekarang, tetap dia dalang di baling semua ini."Bagaimana kabarmu?" tanya Ling datar."Seperti yang kau lihat," jawab Longwei tersenyum kecut.Terdengar helaan napas panjang. Ada banyak cerita yang ingin dia ceritakan pada Ling. Tapi saat ini dirinya lebih sibuk berdamai dengan kenyataan. Melihat Ling bersama orang lain membuat hatinya perih.Padahal dia telah mengetahui ini sebelumnya. Hanya saja, dia tidak menyangka akan sesakit ini."Setiap hari a