Ling mengejar Mingyu yang melangkah melewati barisan prajurit yang berlatih. Sayangnya Pria itu tidak ingin masalah ini semakin runyam. Dia segera membaca mantra dan menghilang tiba-tiba."Argh, dimana sih dia?" ucap Ling celingukan mencari sosok sang suami misterius.Sedangkan Shuang yang tangannya masih di gandeng Ling hanya mampu terdiam dan menundukkan wajah penuh bersalahnya... Di tempat berbeda, tepatnya di air sungai dengan air terjun yang mengalir cukup deras. Longwei masih duduk bersila di batu besar. Buliran keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari tubuh kekarnya. Tubuhnya terasa begitu panas, meskipun inti jiwa nya sedang berlatih di alam fana. Tetap saja raganya ikut merasakan hawa panas yang di terima oleh inti jiwa.Tak jauh dari tempatnya berlatih, dua orang sedang mengawasi pergerakan Longwei. Mata merah dengan tatapan tajam itu bersembunyi di balik dahan yang rindang."Apakah kita harus menyerang sekarang?" ucap seorang yang memakai topeng hitam."Tunggu Raja
Tubuh Longwei melayang tinggi. Bibir tipisnya mulai membaca mantra dan mengeluarkan bola mantra berwarna biru yang kian detik semakin membesar.Mata Raja iblis terbuka lebar. Ketiga orang dibawah terpaku melihat cahaya biru yang berbentuk bola es itu.Tidak mau binasa di sini, Raja Iblis dan dua anak buahnya segera kabur. Belum sempat mereka membaca mantra untuk menghilang, bola es itu sudah menghantam tubuh mereka.Duarr ...Ketiga orang itu kembali terpental cukup jauh. Ketiga orang itu terluka parah. Terlebih Sang Raja iblis, dia tidak sadarkan diri karena serangan Longwei."Kita harus pergi sekarang," ucap pria bertopeng menatap rekannya yang juga terluka parah.Keduanya memapah Raja Iblis dan menghilang di balik hembusan awan berwarna hitam. Langit hitam kelam berangsur menghilang. Di saat bersamaan cahaya biru dari tubuh Longwei menghilang.Naga dari tubuh Longwei terbang dan menghembuskan napasnya pada rubah yang sudah tidak sadarkan diri. Seketika luka dalam di tubuh rubah itu
Ling duduk di kamarnya, tangannya masih berada di pundak Longwei. Sudah satu jam lamanya, tapi pria ini tidak kunjung menyudahi acara pijat memijat ini.Longwei tersenyum tipis saat melihat wajah sebal Ling uang terpantul dari teko perak yang berada di hadapannya."Agak keras! Aku tidak merasakan apapun," ucap Longwei dengan suara keras.Karena sebal, Ling mencekam pundak Longwei dengan kukunya. Berharap kalau pria itu merasa kesakitan dan menyudahi siksaannya."Kurang keras! Kenapa kau lembek sekali," ucap Longwei masih menggoda Ling."Kau!!!" Ling menarik napas panjang dan mencoba mengontrol emosi. Ling memutar otak, terukir senyum tipis saat sebuah ide muncul di otaknya. Dia sedikit mendekat, hembusan napasnya berhembus di tengkuk Longwei."Tuan misterius, bukankah kau ingin di layani? Bisakah aku berbuat hal lain untuk menyenangkan mu," ucap Ling menggoda.Karena gemas, Longwei memutar tubuhnya dan menarik Ling dalam dekapannya. Matanya menatap dalam manik mata yang sedang ketakut
Sementara di tempat berbeda, Ling semakin gusar. Dia tau kalau telah di tipu. Tapi entah mengapa dirinya begitu resah memikirkan pria yang pergi memimpin peperangan itu.Wanita itu terus mondar-mandir di depan kamar hingga salah satu pelayan kepercayaan datang, Ling menarik pelayan tersebut dan duduk di tepi ranjang."Aku minta tolong padamu," ucap Ling memohon."Tidak, aku tidak mau Nona melakukan hal yang berbahaya lagi," ucap Shuang berdiri dan melangkah menjauh.Perlu di curigai bila sang Nona memasang wajah melas dan memohon seperti ini, beberapa waktu dia bertingkat demikian dan alhasil dia pulang dengan banyak luka. Sebelumnya juga sang Nona sempat menipunya, dia bilang hanya ingin pergi ke pasar, ternyata malah pergi menangkap preman dan masuk rumah bordil. Karena itu dia hampir saja kehilangan kegadisannya."Aku mohon, aku sangat mencemaskan suamiku," ucap Ling tetap memohon."Apa!? Tidak. Sejak kapan Nona menganggapnya suami. Bahkan Nona sendiri yang bilang kalau dia tidak p
Terdengar suara guntur yang bergemuruh, kilatan petir memenuhi langit seolah akan ada badai besar. Panglima Hong masih terus membaca mantra dan memanggil pusakanya, begitupun Longwei.Tidak mau banyak korban berjatuhan, Longwei mulai memanggil sosok naga hitam yang bersemayam di dalam tubuhnya."Kau tidak akan mampu menghentikan ku panglima Longwei," ucap Panglima Hong terbahak.Seketika anga hitam legam keluar dari tubuh Longwei, naga itu terbang di atas awan dan menghembuskan napas api ke arah panglima Hong "Sial!" Kekuatan Longwei cukup besar, Hong tidak bisa menahannya. Tidak menunggu waktu lama, Hong terpental dan mengeluarkan cairan merah kental dari mulutnya.Melihat panglimanya terluka, semua prajurit mulai was-was. Ini kali pertama mereka di ambang kekalahan. "Serang mereka!" teriak panglima Hong.Semua prajurit di kubu Hong mulai menyerang, tidak mau kalah, prajurit dari kubu Longwei pun ikut maju.Kedua kubu saling serang, keduanya memiliki kekuatan yang setara. Satu pers
Sebuah kereta kuda melaju dengan kecepatan pelan, membawa Longwei dan Ling ke kerajaan musuh untuk mengibarkan bendera kerajaannya."Jadi sekarang kau bisa menjelaskan semua," ucap Ling menagih janjinya."Mengapa semua ini sangat penting bagimu?" Longwei menyapa lekat sepasang mata bulat di hadapannya.Ling tersenyum tipis, dia mencubit perut Longwei hingga pria tersebut merintih kesakitan," kenapa kau kejam sekali?" Longwei meringis kesakitan."Tiga bulan aku merawatmu, lalu kau mengkhianati ku seperti ini. Jadi katakan aku harus bagaimana?" Ling melotot ke arah Longwei.Sedetik Longwei terdiam, melihat tingkah Ling mengingatkannya akan wanita yang memiliki paras sama persis sepertinya, Qixuang. Keduanya memiliki karakter yang sama, mereka ceria, baik hati, dan tangguh. Kadang Longwei sampai lupa kalau di hadapannya adalah Ling, bukan Qixuang."Halo Tuan naga, apa kau ingin pura-pura lagi!" Ling bertepuk tangan tepat di wajah Longwei."Tidak sopan, bagaimanapun aku ini adalah Rajamu.
Di dalam kereta terdengar denting pedang saling bergesek. Longwei cemas, dia hendak kembali naik ke kereta tersebut tapi di halangi oleh Wencheng, sang topeng emas."Pengecut!" Longwei melayangkan pedangnya ke arah pria dengan topeng emas yang memakai jubah berwarna hitam itu.Dengan cepat Wencheng menghindari tebasan pedang Longwei, tidak mau kalah, pria berjubah hitam itu juga mengayunkan pedangnya ke arah Longwei.Dengan cepat Longwei melompat dan menghindar, dia mencari celah untuk kembali naik ke atas kereta untuk menolong Ling.Tanpa buang waktu, Longwei segera membuka pintu kereta. Di sana dia melihat Ling sedang di sekap oleh seorang wanita. Tidak mau basa-basi pria itu mengarahkan pedang ke wanita tersebut.Sementara di luar, Mingyu menahan Wencheng. Pria berjubah hitam yang mengincar Longwei. Entah apa yang dia cari, tapi siluman rubah itu merasa kalau Iblis merencanakan sesuatu."Lama tidak jumpa teman," kekeh Wencheng."Aku bukan temanmu," Mingyu menyerang pria berjubah hit
Melihat kesalahan pahaman Ling dan Longwei, Kedua orang dengan pakaian serba hitam itu tersenyum tipis. Usaha mereka tidak sia-sia, benar yang di katakan Raja iblis.'Pertarungan tidak melulu dengan kekuatan, melainkan otak dan ide yang cemerlang,'"Baiklah, kami tidak akan mengganggu perjalanan kalian lagi. Silahkan pergi dan lanjutkan perjalananmu," ucap Wencheng yang kemudian menghilang meninggalkan Longwei dan para pasukannya.Di tempat berbeda, Mingyu sudah berusaha sekuat mungkin untuk mencairkan inti jiwa sang naga yang membeku. Es yang menyelimuti tubuh naga tersebut sudah menghilang, napas hangat naga sudah bisa di rasakan oleh tangan Mingyu.Wajah Mingyu mulai bersemangat, dia mengerahkan semua sisa kekuatannya untuk mendorong es ini agar segera menghilang sempurna. Sayangnya semua usahanya gagal.Tubuh naga kembali dingin dan bahkan napas hangat yang dia rasakan sekian detik itu mendadak menghilang. Semua harapannya hancur sudah.Karena tenaganya sudah habis, tubuh Mingyu l
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan
Wencheng duduk di singgasana kebesarannya. Mata tajamnya tertuju pada para panglima perang yang menekuk lututnya memberi salam kehormatan."Kita harus mempersiapkan diri untuk peperangan besar," ucap Wencheng tegas."Sebelumnya kita kalah melawan Dewa perang sampai Raja Iblis ....""Diam!!!" bentak Wencheng."Sekarang akulah Raja Iblis, Donghae hanya Iblis yang tidak berguna. Kaum kita harus menanggung malu pada dunia!" lanjut Wencheng mengepalkan tangannya kuat.Enam panglima perang iblis saling bertatapan. Sejujurnya mereka belum siap menghadapi tentara langit yang akan menyerang.Peperangan terakhir sudah menghabiskan setengah pasukan. Raja Iblis yang memiliki kekuatan besar saja bisa kalah dengan inti jiwa naga, apalagi Wencheng yang hanya memiliki sebagian kekuatan iblis."Maaf Raja, kami tidak bisa mengangkat senjata. Ini terlalu beresiko. Bisakah kita ke tempat Raja Iblis dan membawanya kembali?" ucap salah satu panglima dengan suara lirih.Crasss ...Kilatan petir keluar dari
Raja Iblis Donghae duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lantai yang terbuat dari kayu. Pria itu memang duduk di kamar tapi tidak dengan isi kepalanya.Semua pertanyaan selama ini terungkap. Apa alasan mengapa Ling tidak pernah menerima apapun pemberitaannya.Dia memang suaminya, tapi kenyataannya jauh dari itu. Mereka hidup seperti orang asing. Jarang mengobrol, tidak pernah saling bercanda, bahkan tidur sekamar. Dulu Donghae pikir memang sikap Ling demikian, karena memang dia sadar kalau dia baru sadar dari tidur panjangnya.Rahasia sebesar ini ... Ling tidak pernah menceritakan hal menyesakkan tersebut. Andai dia tau sebelumnya, pasti Donghae akan memilih pergi.Suara pintu di ketuk, Ling datang. Sama seperti biasanya, wanita itu membawa senapan obat dan duduk di samping Donghae."Kenapa kau masih merawatku?" tanya Donghae pedih."Mau atau tidak terserah aku, ini hidupku dan aku yang akan mengambil keputusan.""Tidak semua keputusan bisa di terima orang lain,""Bahkan kita harus
Ling duduk di bebatuan tepi sungai. Tempat ini tidak jauh dari rumahnya di tengah hutan. Dia sering datang kemari saat hatinya terasa sepi. Dulu dia sering berdoa untuk bertemu dengan orang yang amat dicintainya. Sepuluh tahun terakhir sangat berat. Tinggal serumah dengan pembunuh sang Ayah, sangatlah menyesakkan.Namun saat itu tiba ... Entah mengapa perasaan rindu itu hambar. Terlebih saat dia mendengar kabar kalau sang Ibu juga tewas karena prajurit iblis. Semuanya terhempas entah kemana.Meskipun Raja iblis adalah orang yang berbeda sekarang, tetap dia dalang di baling semua ini."Bagaimana kabarmu?" tanya Ling datar."Seperti yang kau lihat," jawab Longwei tersenyum kecut.Terdengar helaan napas panjang. Ada banyak cerita yang ingin dia ceritakan pada Ling. Tapi saat ini dirinya lebih sibuk berdamai dengan kenyataan. Melihat Ling bersama orang lain membuat hatinya perih.Padahal dia telah mengetahui ini sebelumnya. Hanya saja, dia tidak menyangka akan sesakit ini."Setiap hari a