Share

Part 4

Penulis: Penjelajah Kata
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 13:58:44

Setelah berhasil менранка perusahaan tekstil dan fashion, Johan tidak berpuas diri. Ia terus mengembangkan bisnisnya ke berbagai sektor industri. Ia melihat peluang besar di bidang properti, teknologi, dan energi. Dengan dukungan tim manajemen yang handal dan modal yang besar, Johan melakukan ekspansi bisnis secara agresif.

Ia mengakuisisi perusahaan properti yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dengan sentuhan tangan Johan, perusahaan properti tersebut kembali bangkit dan menghasilkan keuntungan yang besar. Johan juga berinvestasi dalam pengembangan teknologi baru yang revolusioner. Ia mendirikan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan dan робототехника. Tak hanya itu, Johan juga terjun ke bisnis energi terbarukan. Ia membangun pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin yang ramah lingkungan.

"Johan, kamu benar-benar luar biasa," kata Anton, pamannya, suatu hari saat mereka berdua bertemu di kantor Johan. "Kamu telah berhasil membangun kerajaan bisnis yang sangat besar."

Johan tersenyum tipis. "Ini semua berkat kerja keras kita semua, Paman," jawabnya. "Saya tidak bisa melakukan ini sendiri."

"Tapi, Johan, kamu adalah otak di balik semua ini," kata Anton. "Kamu memiliki visi bisnis yang sangat tajam dan kemampuan manajerial yang luar biasa."

Johan menggelengkan kepala. "Saya hanya melakukan apa yang saya bisa, Paman," ujarnya. "Saya ingin melihat keluarga kita kembali berjaya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat."

"Kamu memang pantas mendapatkan semua ini, Johan," kata Anton dengan nada bangga. "Kamu telah membuktikan bahwa kamu adalah orang yang hebat."

Johan hanya tersenyum. Ia tidak ingin terlalu larut dalam pujian. Ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Ia ingin terus mengembangkan bisnisnya dan mencapai kesuksesan yang lebih besar lagi.

________________________________________

Suatu malam, Johan duduk termenung di ruang kerjanya. Ia memikirkan tentang masa lalunya yang sulit. Ia ingat bagaimana keluarganya telah mengusirnya dari rumah karena ia dianggap gagal dalam berbisnis. Kini, ia telah membuktikan bahwa mereka salah. Ia telah menjadi orang yang sukses dan berkuasa.

"Aku akan terus bekerja keras dan meraih kesuksesan yang lebih besar lagi," kata Johan dalam hati. "Aku ingin membuktikan kepada mereka bahwa aku pantas mendapatkan yang lebih baik."

Ia pun bertekad untuk terus mengembangkan bisnisnya. Ia ingin menjadi pengusaha yang sukses dan berpengaruh. Ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia adalah Johan yang pantas dihargai dan dihormati.

________________________________________

Beberapa tahun kemudian, Johan menjadi salah satu pengusaha paling sukses dan berpengaruh di negeri ini. Ia memiliki berbagai macam bisnis yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Ia juga dikenal sebagai filantropis yang dermawan. Ia sering memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Johan tidak pernah melupakan masa lalunya yang sulit. Ia selalu bersyukur atas apa yang telah ia capai. Ia juga tidak pernah dendam pada keluarganya. Ia telah memaafkan mereka dan melupakan semua kesalahan mereka.

"Aku harap mereka bisa belajar dari pengalamanku," kata Johan dalam hati. "Aku ingin mereka tahu bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk sukses, asalkan mau bekerja keras dan tidak pernah menyerah."

Ia pun terus bekerja keras dan mengembangkan bisnisnya. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya, karyawannya, dan masyarakat. Ia ingin menjadi contoh bahwa kesuksesan bisa diraih oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang keluarga.

Kesuksesan Johan yang gemilang tidak serta merta membawa kebahagiaan yang utuh. Bayangan masa lalu dan ketegangan dengan mertuanya masih menjadi duri dalam hatinya. Meskipun secara finansial ia telah membuktikan dirinya, namun restu dan pengakuan dari mertuanya terasa masih jauh dari jangkauan.

Suatu malam, Johan dan Rina menghadiri acara makan malam keluarga besar. Di sana, hadir pula Kakek Wijaya, ibu mertua Johan, dan kakak iparnya. Johan berusaha untuk bersikap ramah dan sopan, namun tatapan dingin dari ibu mertuanya seolah menusuk hatinya.

"Johan, kamu memang semakin sukses saja," ujar Kakek Wijaya dengan nada kagum. "Saya bangga padamu."

"Terima kasih, Kakek," jawab Johan dengan sopan.

"Kamu sudah banyak membantu keluarga ini," timpal kakak iparnya dengan nada sedikit sinis. "Kami sangat berterima kasih."

Johan hanya tersenyum tipis. Ia tahu bahwa pujian dari kakak iparnya tidak tulus.

"Kamu memang hebat dalam berbisnis, Johan," kata ibu mertuanya dengan nada dingin. "Tapi, jangan lupa, kamu tetaplah menantu yang berasal dari keluarga miskin."

Johan terdiam. Kata-kata ibu mertuanya seolah menamparnya dengan keras. Ia merasa harga dirinya direndahkan.

"Ibu," tegur Rina dengan nada marah. "Kenapa Ibu masih saja seperti ini?"

"Rina, Ibu hanya mengatakan yang sebenarnya," jawab ibu mertuanya dengan tenang. "Johan memang sukses, tapi dia tidak pantas untukmu."

"Ibu, Johan adalah suami saya," kata Rina dengan tegas. "Saya mencintai dia dan saya tidak akan pernah meninggalkannya."

Ibu mertuanya hanya tersenyum sinis. Ia tahu bahwa Rina sangat mencintai Johan, namun ia tetap tidak rela jika anaknya menikah dengan pria dari keluarga miskin.

________________________________________

Setelah acara makan malam selesai, Johan dan Rina kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Johan merasa sedih dan kecewa dengan sikap ibu mertuanya. Rina merasa marah dan kesal karena ibunya selalu merendahkan Johan.

"Sayang, jangan dipikirkan perkataan Ibu," kata Rina sambil memeluk Johan. "Ibu memang seperti itu."

"Aku tahu, Sayang," jawab Johan. "Tapi, aku tidak mengerti kenapa ibumu selalu saja merendahkanku."

"Ibu hanya iri dengan kesuksesanmu," kata Rina. "Ibu ingin kamu menceraikan aku dan menikah dengan wanita yang lebih kaya."

Johan terdiam. Ia tahu bahwa ibu mertuanya tidak pernah menyukainya sejak awal. Ia juga tahu bahwa ibu mertuanya ingin ia menceraikan Rina agar anaknya bisa menikah dengan pria yang lebih kaya.

"Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Sayang," kata Johan dengan tegas. "Aku sangat mencintaimu dan aku akan selalu bersamamu."

Rina tersenyum. Ia merasa bahagia karena Johan sangat mencintainya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Sayang," kata Rina. "Aku akan selalu ada di sampingmu, apapun yang terjadi."

________________________________________

Malam itu, Johan dan Rina tidur berpelukan. Mereka berdua berharap bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja. Namun, mereka juga tahu bahwa tantangan yang akan mereka hadapi tidak akan mudah.

Bab terkait

  • Bangkitnya Johan   Part 5

    Hari-hari berlalu, Johan semakin memantapkan posisinya sebagai pengusaha sukses dan terpandang. Namun, di balik gemerlap kesuksesannya, ada bara kebencian yang tak pernah padam di hati ibu mertuanya. Meskipun Johan telah berkali-kali membuktikan dirinya, ibu mertuanya tetap tidak pernah bisa menerima kehadirannya sebagai bagian dari keluarga. Setiap pertemuan keluarga, Johan selalu menjadi sasaran sindiran dan komentar pedas dari ibu mertuanya. Ia tidak pernah lelah mencari kesalahan Johan dan merendahkannya di depan anggota keluarga yang lain. Johan berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi, namun hatinya tetap terasa sakit dan kecewa. Suatu hari, Johan dan Rina mengunjungi rumah Kakek Wijaya. Mereka ingin menjenguk Kakek Wijaya yang sedang sakit. "Kakek, bagaimana keadaannya?" tanya Rina dengan nada khawatir. "Kakek sudah lebih baik," jawab Kakek Wijaya dengan suara lemah. "Terima kasih sudah datang menjenguk Kakek." "Sama-sama, Kakek," kata Johan. "Kami berdua san

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Bangkitnya Johan   Part 6

    Waktu terus bergulir, Johan semakin memantapkan posisinya sebagai pengusaha sukses dan terpandang. Namun, di balik kesuksesannya yang gemilang, ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ibu mertuanya tidak pernah berhenti berusaha untuk menjauhkannya dari Rina. Ibu mertuanya terus mencari cara untuk menjodohkan Rina dengan pria lain yang dianggap lebih kaya dan lebih pantas untuk anaknya. Ia tidak pernah lelah memperkenalkan Rina dengan pria-pria dari kalangan atas. Ia berharap Rina akan terpikat dan meninggalkan Johan. Suatu hari, ibu mertua Johan mengadakan acara lelang amal mewah di sebuah hotel bintang lima. Ia mengundang banyak pengusaha kaya dan tokoh-tokoh penting lainnya. Ia juga mengundang Rina dan Johan. "Rina, Ibu ingin kamu menemani Bapak Harun," kata ibu mertuanya dengan nada penuh harap. "Beliau adalah pengusaha sukses dan kaya raya. Siapa tahu kamu tertarik dengannya." Rina hanya tersenyum tipis. Ia tahu bahwa ibunya sedang berusaha untuk menjodohkannya dengan pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Bangkitnya Johan   Part 1

    Villa mewah itu tampak ramai. Lampu-lampu kristal berkilauan, memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Suara tawa dan obrolan terdengar di mana-mana. Hari ini adalah hari ulang tahun Kakek Wijaya, kepala keluarga kaya raya yang disegani. Di salah satu sudut villa, Johan berdiri dengan canggung. Ia merasa tidak nyaman berada di tengah keramaian orang-orang kaya dan berkelas. Pakaiannya yang sederhana tampak sangat kontras dengan gaun-gaun mewah dan jas mahal yang dikenakan para tamu. "Johan, kenapa kamu berdiri di situ sendirian?" tegur Rina, istrinya, yang menghampirinya dengan anggun. "Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman," jawab Johan jujur. "Ayolah, jangan seperti orang asing," kata Rina sambil menggandeng lengan Johan. "Ini acara keluarga, kamu juga bagian dari keluarga ini." Johan tersenyum tipis. Ia tahu Rina hanya berusaha menghiburnya. Ia sadar betul bahwa statusnya di keluarga ini hanyalah sebagai menantu yang tidak diinginkan. "Selamat ulang tahun, Kakek," ucap J

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Bangkitnya Johan   Part 2

    Malam itu, Johan tidak bisa tidur. Ia memikirkan tentang percakapannya dengan Kakek Wijaya. Ia merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan Rina. Ia juga merasa kasihan pada Kakek Wijaya yang semakin tua dan sakit-sakitan. Tiba-tiba, telepon genggam Johan berdering. Ia meraihnya dan melihat nama penelepon. Nama itu tidak dikenal. "Halo?" sapa Johan. "Halo, apakah ini Johan?" tanya suara di seberang telepon. "Benar, ini saya," jawab Johan. "Siapa ini?" "Saya Anton, pamanmu," kata suara itu. Johan terkejut. Ia tidak menyangka pamannya akan menghubunginya setelah sekian lama. "Paman Anton?" kata Johan dengan nada tidak percaya. "Iya, Johan," kata Anton. "Maafkan saya baru menghubungimu sekarang." "Tidak apa-apa, Paman," jawab Johan. "Ada apa Paman menelepon saya malam-malam begini?" "Saya ingin meminta bantuanmu, Johan," kata Anton. "Perusahaan keluarga kita sedang dalam masalah besar." "Masalah apa, Paman?" tanya Johan. "Salah satu anak perusahaan kita bangkrut," jawab An

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Bangkitnya Johan   Part 3

    Johan dan keluarganya berkumpul di ruang direksi. Suasana terasa tegang namun penuh harapan. Johan menjelaskan secara rinci tentang kondisi perusahaan dan langkah-langkah yang akan diambilnya. "Perusahaan ini memiliki potensi besar, namun sayangnya terlilit hutang dan kurangnya manajemen yang baik," kata Johan. "Saya akan membeli saham mayoritas perusahaan ini dan merestrukturisasi manajemennya." Paman Anton dan anggota keluarga lainnya mendengarkan dengan seksama. Mereka terkejut dengan rencana Johan yang berani. "Tapi, Johan," kata sepupu Johan, "bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Kami tahu kamu bukan lagi bagian dari keluarga ini." "Saya sudah membangun bisnis saya sendiri," jawab Johan dengan tenang. "Saya memiliki cukup uang untuk mengakuisisi perusahaan ini." Keluarga Johan terdiam. Mereka tidak menyangka Johan telah menjadi pengusaha sukses. "Baiklah, Johan," kata Paman Anton. "Kami percaya padamu." Johan tersenyum. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan ema

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • Bangkitnya Johan   Part 6

    Waktu terus bergulir, Johan semakin memantapkan posisinya sebagai pengusaha sukses dan terpandang. Namun, di balik kesuksesannya yang gemilang, ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ibu mertuanya tidak pernah berhenti berusaha untuk menjauhkannya dari Rina. Ibu mertuanya terus mencari cara untuk menjodohkan Rina dengan pria lain yang dianggap lebih kaya dan lebih pantas untuk anaknya. Ia tidak pernah lelah memperkenalkan Rina dengan pria-pria dari kalangan atas. Ia berharap Rina akan terpikat dan meninggalkan Johan. Suatu hari, ibu mertua Johan mengadakan acara lelang amal mewah di sebuah hotel bintang lima. Ia mengundang banyak pengusaha kaya dan tokoh-tokoh penting lainnya. Ia juga mengundang Rina dan Johan. "Rina, Ibu ingin kamu menemani Bapak Harun," kata ibu mertuanya dengan nada penuh harap. "Beliau adalah pengusaha sukses dan kaya raya. Siapa tahu kamu tertarik dengannya." Rina hanya tersenyum tipis. Ia tahu bahwa ibunya sedang berusaha untuk menjodohkannya dengan pria

  • Bangkitnya Johan   Part 5

    Hari-hari berlalu, Johan semakin memantapkan posisinya sebagai pengusaha sukses dan terpandang. Namun, di balik gemerlap kesuksesannya, ada bara kebencian yang tak pernah padam di hati ibu mertuanya. Meskipun Johan telah berkali-kali membuktikan dirinya, ibu mertuanya tetap tidak pernah bisa menerima kehadirannya sebagai bagian dari keluarga. Setiap pertemuan keluarga, Johan selalu menjadi sasaran sindiran dan komentar pedas dari ibu mertuanya. Ia tidak pernah lelah mencari kesalahan Johan dan merendahkannya di depan anggota keluarga yang lain. Johan berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi, namun hatinya tetap terasa sakit dan kecewa. Suatu hari, Johan dan Rina mengunjungi rumah Kakek Wijaya. Mereka ingin menjenguk Kakek Wijaya yang sedang sakit. "Kakek, bagaimana keadaannya?" tanya Rina dengan nada khawatir. "Kakek sudah lebih baik," jawab Kakek Wijaya dengan suara lemah. "Terima kasih sudah datang menjenguk Kakek." "Sama-sama, Kakek," kata Johan. "Kami berdua san

  • Bangkitnya Johan   Part 4

    Setelah berhasil менранка perusahaan tekstil dan fashion, Johan tidak berpuas diri. Ia terus mengembangkan bisnisnya ke berbagai sektor industri. Ia melihat peluang besar di bidang properti, teknologi, dan energi. Dengan dukungan tim manajemen yang handal dan modal yang besar, Johan melakukan ekspansi bisnis secara agresif. Ia mengakuisisi perusahaan properti yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dengan sentuhan tangan Johan, perusahaan properti tersebut kembali bangkit dan menghasilkan keuntungan yang besar. Johan juga berinvestasi dalam pengembangan teknologi baru yang revolusioner. Ia mendirikan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan dan робототехника. Tak hanya itu, Johan juga terjun ke bisnis energi terbarukan. Ia membangun pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin yang ramah lingkungan. "Johan, kamu benar-benar luar biasa," kata Anton, pamannya, suatu hari saat mereka berdua bertemu di kantor Johan. "Kamu telah berhasil membangun kerajaan bisn

  • Bangkitnya Johan   Part 3

    Johan dan keluarganya berkumpul di ruang direksi. Suasana terasa tegang namun penuh harapan. Johan menjelaskan secara rinci tentang kondisi perusahaan dan langkah-langkah yang akan diambilnya. "Perusahaan ini memiliki potensi besar, namun sayangnya terlilit hutang dan kurangnya manajemen yang baik," kata Johan. "Saya akan membeli saham mayoritas perusahaan ini dan merestrukturisasi manajemennya." Paman Anton dan anggota keluarga lainnya mendengarkan dengan seksama. Mereka terkejut dengan rencana Johan yang berani. "Tapi, Johan," kata sepupu Johan, "bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Kami tahu kamu bukan lagi bagian dari keluarga ini." "Saya sudah membangun bisnis saya sendiri," jawab Johan dengan tenang. "Saya memiliki cukup uang untuk mengakuisisi perusahaan ini." Keluarga Johan terdiam. Mereka tidak menyangka Johan telah menjadi pengusaha sukses. "Baiklah, Johan," kata Paman Anton. "Kami percaya padamu." Johan tersenyum. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan ema

  • Bangkitnya Johan   Part 2

    Malam itu, Johan tidak bisa tidur. Ia memikirkan tentang percakapannya dengan Kakek Wijaya. Ia merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan Rina. Ia juga merasa kasihan pada Kakek Wijaya yang semakin tua dan sakit-sakitan. Tiba-tiba, telepon genggam Johan berdering. Ia meraihnya dan melihat nama penelepon. Nama itu tidak dikenal. "Halo?" sapa Johan. "Halo, apakah ini Johan?" tanya suara di seberang telepon. "Benar, ini saya," jawab Johan. "Siapa ini?" "Saya Anton, pamanmu," kata suara itu. Johan terkejut. Ia tidak menyangka pamannya akan menghubunginya setelah sekian lama. "Paman Anton?" kata Johan dengan nada tidak percaya. "Iya, Johan," kata Anton. "Maafkan saya baru menghubungimu sekarang." "Tidak apa-apa, Paman," jawab Johan. "Ada apa Paman menelepon saya malam-malam begini?" "Saya ingin meminta bantuanmu, Johan," kata Anton. "Perusahaan keluarga kita sedang dalam masalah besar." "Masalah apa, Paman?" tanya Johan. "Salah satu anak perusahaan kita bangkrut," jawab An

  • Bangkitnya Johan   Part 1

    Villa mewah itu tampak ramai. Lampu-lampu kristal berkilauan, memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Suara tawa dan obrolan terdengar di mana-mana. Hari ini adalah hari ulang tahun Kakek Wijaya, kepala keluarga kaya raya yang disegani. Di salah satu sudut villa, Johan berdiri dengan canggung. Ia merasa tidak nyaman berada di tengah keramaian orang-orang kaya dan berkelas. Pakaiannya yang sederhana tampak sangat kontras dengan gaun-gaun mewah dan jas mahal yang dikenakan para tamu. "Johan, kenapa kamu berdiri di situ sendirian?" tegur Rina, istrinya, yang menghampirinya dengan anggun. "Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman," jawab Johan jujur. "Ayolah, jangan seperti orang asing," kata Rina sambil menggandeng lengan Johan. "Ini acara keluarga, kamu juga bagian dari keluarga ini." Johan tersenyum tipis. Ia tahu Rina hanya berusaha menghiburnya. Ia sadar betul bahwa statusnya di keluarga ini hanyalah sebagai menantu yang tidak diinginkan. "Selamat ulang tahun, Kakek," ucap J

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status