Share

Part 73. Terlalu Gengsi

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-21 17:20:22
Ada sebuah sentilah menyakitkan di dalam hati Kala ketika Ramon mengatakan kalimat tersebut. Segera, banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya yang ingin dia utarakan. Tapi belum juga dia mengeluarkan pertanyaan itu satu per satu, Ramon sudah lebih dulu bersuara.

“Kalau ingin mendengarkan secara detail, maka lo tanya aja dengan yang bersangkutan. Gue hanya bisa kasih lo spoiler-nya aja. Full bab ceritanya lo bisa tanya Binar atau Saka. Karena itu adalah kisah mereka.”

Puas!

Itulah yang dirasakan oleh Ramon sekarang. Terlebih lagi ketika dia melihat betapa gelapnya ratu wajah Kala, dia semakin merasakan betapa permainan ini sangat menyenangkan untuk dimainkan. Bukannya Ramon bahagia di atas kesedihan orang lain, hanya saja Kala memang harus mendapatkan hukuman atas kesalahan yang pernah diperbuat.

“Sekarang lo pulang deh. Udah malam dan gue udah ngantuk,” usirnya kepada Kala yang sejak tadi tidak juga berkata-kata.

“Gue tahu lo tahu semuanya tentang mereka. Jadi, cerita
Loyce

Ramon ....!!!!!

| 12
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Arka Alkhairi
ngakak sm si ramon .. hahah
goodnovel comment avatar
Mbuh Lah
hihi bang ramon
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 74. Tak Bisa Menahan 

    Kala tidak tahu sesakit apa ketika dia dulu diam-diam bertemu dengan Widi. Ketika dia kepergok jalan malam-malam bersama dengan Widi. Dan lebih parahnya lagi, ketika dia izin membawa Widi ke luar negeri untuk menemani perempuan itu berobat. Dia tak pernah tahu bagaimana rasanya. Tapi sekarang dia merasakannya sendiri dan satu hal yang dia rasakan ketika melihat Binar akrab dengan lelaki lain beserta ibunya, perasaan marah itu muncul menggebu di dalam hatinya. Ada rasa tidak ikhlas yang muncul seperti gelombang pasang yang menghantamnya sampai goyah. Katakanlah memang mereka tidak saling mencintai. Tapi benar yang dikatakan oleh Binar, cinta atau tidak, tapi ikatan di antara mereka yang bernama suami dan istri itulah yang membuat kecemburuan itu muncul. Sekarang, Kala bisa merasakannya. Hatinya terasa gosong karena terbakar kecemburuan. “Padahal saya kemarin sudah bilang sama Saka kalau mau datang bisa bilang dulu, jadi kami ada persiapan untuk menyambut Ibu.” Suara Binar mengalun

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 75. Terang-terangan

    “Pak Kala sudah sampai.” Sapaan dari Saka membuat Kala membalikkan tubuhnya untuk menatap lelaki itu. Kala tadinya hanya menatap kosong pada bagian dalam ruko yang masih kosong. Kini dia menoleh dan mendapati Saka sudah ada di sampingnya. Lelaki itu tampak tersenyum dan Kala sama sekali tidak membalas senyuman tersebut. Dia justru hanya terus menatap lekat pada Saka yang tampak berpikir. Tidak ada yang berbicara di antara keduanya. Saka pun tidak tampak mengambil hati dengan sikap Kala yang terlalu dingin kepadanya. Untungnya Kemal datang tak lama setelah itu. Lelaki itu mampu mencairkan ketegangan di antara mereka. Untuk sesaat, mereka fokus pada pembicaraan tentang design interior ruko tersebut. “Jadi kita udah bisa mulai besok ya?” Kemal bertanya pada Saka yang sudah menunjukkan design yang digarap. Kala mau tak mau mengakui kalau Saka ahli dalam hal ini. Gambar yang ditunjukkan begitu cantik dan tampak nyaman. “Yups. Jadi kalau memang semua deal, nggak ada perubahan apa pun,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 76. Widi Tahu

    “Mas, please!” Binar melepaskan kedua tangan Kala di lengannya. “Dia itu teman aku. Kenapa aku harus jauhin dia?” Binar memutuskan masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Kala di belakang. Kala mengikuti istrinya dengan amarah membumbung tinggi. “Kamu sedang membalas aku kan, Bi dengan dekat-dekat dengan Saka?” “Kenapa aku harus membalas Mas? Apa aku sekurang kerjaan itu?” “Lalu apa namanya kalau kamu nggak sedang membalas aku, Bi? Aku sudah bilang kalau aku nggak suka kamu dekat dengan Saka. Tapi nyatanya kamu sama sekali nggak peduli dan bahkan sekarang kamu pulang bareng sama dia!” Nada suara Kala terdengar meninggi di akhir kalimatnya. Binar berhenti di tengah ruangan ketika Kala terdengar emosi dan suasana memanas. Dia lantas membalikkan tubuhnya dan menatap Kala yang sudah memasang wajah kelamnya. “Mas, aku capek. Aku seharian ini banyak banget pekerjaan dan perlu istirahat. Nggak bisa ya marahnya nanti pas aku sudah lebih baik?” Binar bertanya dengan lembut. Menekan semakin

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 77. Enyahlah

    “Aku punya bukti yang akurat.” Widi melanjutkan. “Aku bisa memberikannya kepada Mas bukti itu tapi dengan syarat. Ayo kita kembali lagi. Aku masih mencintai Mas.” Kala tampak mengeratkan rahangnya mendengarkan ucapan Widi. Yang menjadi fokusnya bukan ajakan Widi untuk kembali, tapi tentang bukti yang dia katakan. Bukti seperti apa yang dimiliki oleh perempuan itu? Itu yang membuat Kala penasaran. Untungnya, Kala memiliki sedikit kewarasan dengan tidak menyanggupi syarat yang diminta oleh Widi. “Saat aku ingin kamu sembuh dari sakit, aku nggak pernah meminta imbalan atas apa yang aku lakukan. Kenapa sekarang kamu harus memberi syarat atas hal seperti ini?” Widi sempat terpaku dengan ucapan Kala. Dia pasti merasakan kalau lelaki itu sudah berubah. Drastis. Jika itu Kala yang dulu, lelaki itu pasti akan menerima syarat tersebut karena dia merasa masih mencintai Widi. Tapi sekarang perasaan itu seakan sudah pergi tanpa sisa. Kala menyadari itu sekarang setelah kembali bertemu dengan Wi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 78. Terpojoknya Kala

    Iring-iringan mobil yang keluar dari halaman rumah Binar itu melaju kencang di jalanan. Kala tidak bisa diam di dalam mobil yang tengah dikendarai oleh Arga. Pikirannya kalut terasa ingin meledak. Ada banyak pertanyaan yang muncul dan berharap ada kejelasan tentang ‘kenapa’ dan ‘ada apa’ dengan Binar. Namun sekali lagi, dia harus menekan rasa penasaran itu di dalam hatinya yang paling dalam. Menunggu sampai ada yang bersedia menjelaskan kepada dirinya apa yang terjadi. Dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama karena dia harus menunggu Binar mendapatkan penanganan dari dokter. “Tolong mulai sekarang lebih diperhatikan suasana hati ibu Binar. Dia tak boleh banyak pikiran dan menjadi stress. Itu akan membahayakan untuk kandungannya.” Dokter menjelaskan ketika sudah berada di depan ruangan UGD. “Terlebih lagi kandungannya masih cukup muda.” “Kami mengerti, Dokter.” Ibu Kala yang menjawab. “Tapi kandungannya baik-baik saja ‘kan, Dokter? Tidak ada yang bahaya?” “Bisa menjadi bahaya jik

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 79. Satu Lawan Banyak

    Binar tahu jika Kala tengah disidang. Dia sudah bangun beberapa waktu lalu dan mendengarkan setengah dari obrolan orang-orang itu di sofa ruang inapnya. Binar tadinya bingung ketika dia membuka mata tapi dia berada di tempat asing. Binar masih ingat betul dia tadinya berada di dalam kamar mandi. Di malam pertengkarannya dengan Kala karena dia pulang bersama dengan Saka, Binar demam tinggi. Dia pikir itu hanya demam biasa, tapi nyatanya dia tak sadar dan mengakibatkan sekarang berada di rumah sakit. “Kenapa Papa selalu mengatakan hal-hal buruk seperti itu kepadaku? Perceraian, kehilangan istri, Papa senang kalau rumah tanggaku berantakan?” Suara Kala kembali terdengar dan membuat Binar harus menajamkan pendengarannya. Mata perempuan itu kembali tertutup karena sesekali kepalanya terasa begitu berat dan menyakitkan. “Itu semua karena ulahmu sendiri.” Bu Fatma menjawab dengan nada sinis. “Seandainya kamu tidak main api dengan mantan istrimu itu, papamu nggak akan mengatakan hal sep

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 80. Laki-laki Buruk

    Setelah ucapan yang Kala lontarkan kepada mertuanya, perdebatan berhenti seketika. Baik ayah Binar maupun ibunya, mereka sama-sama terdiam. Kala dan orang tua Binar sama-sama memiliki celah untuk melawan, membuat mereka tak ingin mengalah satu sama lain. Atmosfer menjadi tak nyaman. Orang tua Binar terlihat mengeratkan rahangnya karena Kala sudah berani melontarkan kata-kata yang menyentil hatinya. “Biarkan Binar yang membuat keputusan dalam masalah ini. Apa yang dia inginkan dan apa yang dia harapakan.” Ramon bersuara memecah keheningan. Mereka merebutkan Binar yang notabennya adalah perempuan keras kepala. “Sekarang biarkan Binar sembuh dan pulih terlebih dulu. Dan lo, Kal, tolong jangan merusuh lagi.” “Merusuh? Seolah-olah gue ini pelaku criminal aja.” “Memangnya bukan?” Ramon lama-lama ingin sekali mencekik sepupunya itu. Sudah salah, tapi dia seolah tidak tahu kesalahan yang dibuat. “Jangan pancing gue mengeluarkan kata-kata yang nggak seharusnya.” “Terserah!” Setelah mengat

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 81. Titik Balik

    “Ada yang ingin aku katakan kepada Mas Kala.” Pagi ini Binar masih terlihat lemah meskipun tidak sepucat semalam. Namun dia ingin berbicarakan hal penting kepada suaminya tersebut. “Aku harap Mas bisa mendengarkanku sampai selesai,” lanjutnya. “Kamu udah lebih baik?” Tidak bisa dipungkiri ada firasat buruk yang dirasakan oleh Kala, tapi dia memilih mengalihkan pikiran buruk tersebut dengan menanyakan tentang keadaan istrinya. “Iya, aku udah lebih baik sekarang.” Atensi Binar mengarah lurus pada lelaki yang ada di depannya itu. Wajah tampan Kala terlihat lelah namun meskipun begitu, tatapannya masih terlihat tajam. Ingatan Binar melayang di malam tabrakan yang mempertemukan dirinya dengan Kala untuk pertama kalinya. Lelaki itu juga menatapnya dengan cara yang sama. Tajam dan dingin. Atau ketika mereka memiliki urusan dengan mobil, Kala juga selalu menunjukkan permusuhannya kepadanya. Pintu ruangan itu terbuka dan memunculkan orang tua Kala. Mereka menunjukkan wajah seriusnya se

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 39. Restu

    Binar dan Kala mendengar dengan jelas ucapan putri mereka meskipun kata-kata yang diucapkan terbata-bata. Mereka mendengarkan di balik dinding hanya untuk mengetahui reaksi Gemi ketika bertemu dengan Ancala. Nyatanya, Gemi mengatakan sesuatu yang membuat orang tuanya menahan kesedihannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Papa bilang, kamu masih perlu bertemu dengan psikiater. Kapan jadwalnya? Aku temani ya?” “Aku nggak butuh psikiater lagi, Bang. Obatku udah ada di sini.” Kala mendesah pasrah mendengar jawaban Ancala atas ucapan sang putri. Sudah pasti perasaan Kala sekarang dipenuhi oleh rasa penyesalan yang amat besar. Di ruang tamu, Gemi dan Ancala melepaskan pelukan mereka. Ancala mengusap air mata Gemi yang mengalir menganak sungai di wajahnya. “Aku nggak akan ke mana-mana lagi, Gemi. Aku udah pulang sekarang. Jadi, kamu nggak perlu takut aku pergi lagi.” “Memangnya, Abang dari mana kemarin?” Ancala menyodorkan minuman yang disiapka

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 38. Pertemuan 

    Kala pasti tidak pernah menyangka jika Ramon akan menurunkan egonya untuk meminta putranya pulang. Dia tahu betul bagaimana Ramon menolak permintaannya saat itu. Namun, sekarang tiba-tiba Ancala sudah ada di rumahnya dan menanyakan kabar Gemi. Hal itu tentu saja membuat Kala sedikit bingung. Apa pun itu, Kala tentulah merasa senang dengan kedatangan Ancala ke rumahnya. “Keadaan Gemi sudah lebih baik. Dia sekarang sedang istirahat.” Tepat setelah itu, Binar datang dan segera duduk di samping Ancala. Perempuan paruh baya itu mengelus punggung Ancala tanpa berbicara. Kelegaan terpancar dari matanya. “Kamu dari mana saja, Bang?” tanyanya setelah itu, “Mama cariin kamu.” “Aku jalan-jalan, Ma,” jawab Ancala dengan lembut, “Mama baik-baik aja ‘kan?” “Mama baik. Anca, kamu masih mau nemuin Gemi ‘kan? Setelah waktu itu, dia murung dan tidak ingin berurusan dengan siapa pun.” “Tentu saja aku mau, Ma. Gemi adalah adikku. Kalau memang perlu, aku akan menemaninya sampai dia sembuh.” “Apa mak

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 37. Kedatangan Ancala

    “Aku harus pulang, Den. Sorry, ya.” Gemi memilih menghindar daripada harus menjawab ucapan Denta. Gadis itu berdiri, lalu buru-buru pergi meninggalkan Denta yang tampak kebingungan. “Gem!” Denta berteriak memanggil gadis itu, tetapi seolah tuli, Gemi tetap berjalan dan sesekali berlari untuk menghindari sahabat Ancala tersebut. Setelah memasuki komplek perumahannya, barulah dia berjalan dengan tenang. Gemi berpikir, kalau Denta saja tidak tahu keberadaan Ancala, itu artinya, kepergian lelaki itu dirahasiakan. Sepertinya, masalah ini benar-benar serius. Gemi berhenti di pinggir jalan, terpaku di tempatnya, lalu berpikir sejenak. Apa dia harus menghubungi Ancala? Apa lelaki itu akan menerima panggilannya kalau dia melakukannya? Kebingungan itu melanda dirinya. Gara-gara kedatangan Denta, menjadikannya berpikir lebih keras tentang Ancala. Gadis berdaster coklat itu kembali melangkah untuk kembali ke rumah. Meskipun dia banyak memikirkan banyak hal, tapi beruntung kini halusinasinya ti

DMCA.com Protection Status