Tiara berkata dengan nada menghina, "Kepala Keluarga Halim, Thomas Halim, juga ingin mundur posisinya karena kesehatannya yang lemah.""Tapi dilihat dari kebodohan Edward dan sikapnya yang nggak becus, Keluarga Halim pasti akan hancur kalau jatuh ke tangannya!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ini urusan Keluarga Halim dan nggak ada hubungannya denganku.""Aku hanya berharap Edward nggak berpura-pura mati saja."Tiara melengkungkan bibirnya dan berkata, "Kalau dia benar-benar mengambil alih Keluarga Halim, mengingat pikirannya yang sempit, dia pasti akan mencari masalah denganmu.""Kalau begitu, aku akan mengirimnya dan Keluarga Halim ke jurang kehancuran secepatnya," ucap Nathan dengan datar.Tiara menutup mulutnya dan tersenyum. "Kalau memikirkan Edward sekarang, aku merasa merinding. Dia sepertinya terobsesi dengan orang yang nggak suka pamer sepertimu.""Aku bukan orang hebat. Hanya saja, aku nggak suka menindas orang lain. Jadi, sebaiknya mereka juga nggak mencari masa
Regina memberi instruksi pada sekretarisnya. "Selain itu, minta tim keamanan untuk mengawasi dengan ketat dan memastikan nggak terjadi kesalahan sedikit pun."Sekretaris berkata dengan enggan, "Nona, apa kita nggak mau mengemas sepertiga bahan obat yang tersisa? Kalau kita kembali seperti ini, aku khawatir beberapa pabrik di departemen farmasi harus ditutup. Bayangkan, kerugiannya pasti besar.""Biar aku yang menebus kerugian itu sendiri. Lantaran Liam si bajingan itu ingin bermain, aku akan menemaninya sampai akhir," ucap Regina sambil tersenyum dingin.Sekretaris itu khawatir, tetapi tidak berani mengatakan apa pun lagi. Dia berbalik dan meminta sopir truk untuk berangkat.Regina turun dari mobil dan berkata pada seorang wanita berwajah bopeng yang berdiri di sampingnya, "Bibi Eva, truk tanaman obat sudah berangkat. Tolong bawa orang-orangmu dan bantu jaga mereka di sepanjang jalan."Wanita berwajah bopeng itu tampak tidak mencolok dan bertubuh kurus, tetapi matanya sesekali bersinar
Regina yang duduk di kursi belakang hampir muntah karena guncangan yang disebabkan jalanan yang tidak rata. Dia langsung berseru, "Bibi Eva, apa yang kamu lakukan? Kita harus kembali dan membantu mereka."Wajah Eva berubah gelap. Dia sama sekali tidak menurunkan pedal gas. "Kalau kita kembali, itu berarti kita akan mati. Mengenai pengawal-pengawal lainnya, biarkan saja mereka mati. Mereka hanya sekumpulan orang nggak becus. Apa gunanya menolong mereka!"Regina berteriak dengan marah, "Bibi Eva, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?""Sebagai majikanmu, aku perintahkan kamu, segera bawa aku kembali ke lokasi kejadian. Kalau kamu bertindak sesuka hatimu, setelah kembali ke perusahaan nanti, aku akan segera ajukan permohonan pada keluarga untuk mengakhiri kerja sama denganmu."Bibi Eva tersenyum sinis. Bopeng di wajahnya tampak sangat jelek."Beraninya gadis kecil sepertimu memerintahku? Kamu nggak merasa sikapmu sudah terlalu lancang?"Ekspresi Regina langsung berubah. "Apa sebenarnya
Bibi Eva tiba-tiba bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?""Aku sedang memikirkan seorang pria," jawab Regina dengan sedih.Bibi Eva berkata dengan penasaran, "Nona muda dari Keluarga Suteja begitu menawan dan cantik. Aku penasaran dengan pria yang dipikirkan Nona?"Regina juga tidak menyembunyikannya. "Namanya Nathan. Dia seorang dokter yang baik dan penampilannya juga tampan.""Sebelum bertemu dengannya, aku sama sekali nggak tahu bahwa menyukai seseorang terkadang bisa begitu sulit dan membuatku kesepian hingga ingin menangis."Bibi Eva langsung menghentikannya. "Jangan bicara lagi. Kamu nggak perlu ceritakan hal ini padaku."Regina menatap Bibi Eva dengan aneh, terutama wajahnya yang penuh bopeng. Gadis itu sepertinya menyadari sesuatu. "Bibi Eva nggak pernah menyukai pria, 'kan? Salah, seharusnya nggak ada pria yang menyukai Bibi Eva, 'kan?"Raut wajah Bibi Eva berubah jelek, seolah-olah Regina menabur garam pada luka dalam hatinya."Huh! Semua pria di dunia ini adalah sekelompok oran
Nathan melangkah maju dan berkata dengan serius, "Kamu dalam bahaya, aku pasti akan datang, sekalipun harus melewati badai dan lautan api."Regina tiba-tiba merasa terharu dan langsung menangis."Nathan, kamu tahu nggak, kamu itu benar-benar menyebalkan? Berbaliklah. Aku nggak ingin kamu melihatku menangis. Asal kamu tahu saja, aku bukan menangis karena kamu."Nathan kebingungan karena dia belum pernah melihat sosok Nona Regina yang begitu lembut dan penuh kasih sayang.Bibi Eva yang menatap mereka berdua langsung menggertakkan giginya dan berkata, "Aku paling benci lihat orang bermesraan di hadapanku.""Nak, karena kamu berani datang, aku akan bunuh kamu duluan. Biarlah gadis mati ini karena patah hati. Hahaha ...."Ada kilatan dingin yang melintas di mata Nathan. "Ok. Kebetulan aku juga ingin membunuhmu."Ekspresi Bibi Eva berubah gelap. Dia bergegas berlari ke depan, mencengkeram tangannya, dan bersiap untuk mencabik-cabiknya.Swush, swush, swush!Terdengar ledakan suara di udara. C
Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nona Regina, apa di antara kita masih perlu berterima kasih?"Mendengar itu, hati Regina terasa hangat. Namun, dia masih pura-pura mendengus. "Huh. Ternyata kamu masih punya hati nurani. Kupikir kamu sudah kembali ke pelukan mantanmu dan nggak peduli denganku lagi!"Nathan tersenyum pahit, tetapi dia masih bersikap bijaksana dan tidak menjelaskan.Sebab dalam situasi seperti ini, makin dia menjelaskan, makin buruk jadinya.Kemudian, keduanya berjalan keluar dari hutan lebat dan menemukan orang-orang dari Keluarga Suteja."Nona, syukurlah kamu baik-baik saja!"Semua orang Keluarga Suteja senang melihat Regina selamat."Bagaimana dengan bajingan-bajingan yang muncul di tengah jalan?" tanya Regina.Sekretaris berkata dengan marah, "Begitu Paman Billy tiba, mereka semua dipukul. Ada beberapa orang yang nggak beruntung bahkan dipukul sampai mati oleh Paman Billy."Regina sangat gembira. "Paman Billy datang ke sini? Di mana dia?"Selesai berbicara
Dari sepuluh truk milik Grup Suteja, hanya tiga truk yang berhasil diselamatkan.Tujuh truk lain yang memuat bahan obat-obatan telah hilang.Billy menunjuk pengawal yang punggungnya penuh luka memar dan berteriak dengan marah, "Kalian hanya sekelompok orang nggak berguna. Keluarga Suteja menghabiskan uang untuk mendukung kalian, tapi kalian nggak memanfaatkannya dengan baik."Salah seorang pengawal menutupi lengannya yang berdarah dan berkata, "Paman Billy, kami semua juga sudah berusaha sekuat tenaga.""Sekelompok orang itu muncul tiba-tiba dan jumlah mereka cukup banyak, apalagi masih ada master bela diri. Jujur saja, kami juga nggak berdaya."Billy menyipitkan matanya. Dia berjalan mendekat dan menampar wajah pengawal itu dengan keras."Kamu kira kamu siapa? Beraninya kamu melawanku?""Aku peringatkan, kalian harus cari kembali semua tanaman obat yang hilang. Kalau kalian nggak bisa menemukannya, siap-siap terima konsekuensinya saja!"Pengawal itu marah, tetapi tidak berani mengatak
Regina terlihat marah. Kenapa Billy begitu sombong?Namun, master bela diri seperti Bibi Eva ataupun Billy, memang sulit diperintah.Saat ini, Nathan tiba-tiba berkata, "Aku tahu petunjuk apa yang dia katakan itu, tapi sayangnya, nggak ada gunanya sama sekali!"Regina terkejut dan bertanya, "Dokter Nathan, cepat beri tahu aku, di mana petunjuk tanaman obat itu?""Dia pasti berpikir untuk mengikuti jejak roda truk itu," jawab Nathan.Regina melihat jalan, lalu mengangguk dan berkata, "Ide yang bagus. Ada banyak jalan tanah di pedesaan ini. Truk kami pasti akan meninggalkan jejak saat melewatinya."Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kecuali orang yang mencuri tanaman obat itu bodoh. Kalau nggak, mana mungkin mereka meninggalkan petunjuk yang begitu jelas seperti itu.""Nona Regina, coba kamu pikirkan dulu. Jalan tanah mungkin akan meninggalkan jejak, tapi bagaimana kalau truk melaju di jalan beton atau jalan aspal?"Regina langsung putus asa. "Kalau begitu, percuma saja.""Ayo
Tawa menghina Simon terdengar dari jauh. "Julian, sebelum kamu datang ke Beluno, Sirion-ku selalu jadi yang paling berkuasa.""Ada nggak-nya kamu di sini, sudah nggak penting lagi. Julian, aku beri tahu kamu, aku sudah lama bersabar padamu!""Enyahlah dari sini, dasar bajingan!"Julian yang ditinggal begitu saja tampak marah. Tatapan matanya seakan-akan ingin membunuh seseorang.Lantaran Simon telah menamparnya dan memutuskan hubungan dengannya.Julian juga tidak perlu merasa bersalah lagi. Hanya bisa dikatakan, Simon, penguasa Sirion, sudah salah membuat keputusan.Demi seorang wanita, Simon memilih untuk bermusuhan dengannya.Orang berpikiran sempit seperti itu tidak layak mendapatkan bantuan Julian.Arjun dan Nayana saling berpandangan saat ini. Keduanya seakan bisa melihat kegembiraan yang terpancar dari mata mereka masing-masing.Akhirnya dua musuh Sirion mereka, Simon dan Julian, berselisih juga.Kalau begitu, ini saatnya mereka tampil.Keduanya memandang Nathan secara bersamaan.
Nathan tersenyum dan berkata, "Tuan Simon sangat mendominasi. Sikap nggak goyah seperti itu sungguh mengagumkan.""Nak, jangan banyak omong lagi. Cepat katakanlah," seru Simon dengan tidak sabar."Jangan kira aku nggak tahu. Nayana dan Arjun sekarang memilih untuk mengikuti kata-katamu.""Dalam hal menggunakan taktik, kamulah yang paling hebat.""Aku nggak pantas menerima pujian seperti itu," seru Nathan dengan cepat."Sebenarnya, aku hanya ingin memberitahumu sedikit informasi saja, Tuan Simon. Saat berada di ruang tunggu Vila Analin, aku menemukan barang bagus di dalam gelas anggur Tuan Julian dan Nona Vilda.""Barang bagus ini sangat langka. Namanya Bubuk Albunus. Dengar-dengar, kalau obat ini dikonsumsi oleh pria atau wanita sebelum berhubungan badan, bisa meningkatkan gairah dan juga bisa bersenang-senang dalam waktu yang lama ....""Cukup hentikan! Jangan dilanjutkan lagi."Sebelum Nathan selesai berbicara, Simon sudah tidak sanggup mendengarnya lagi.Rasa marah yang baru saja be
Julian berkata pada Simon dengan penuh tulus, "Kak Simon, tolong beri aku kesempatan sekali lagi.""Kali ini memang aku yang salah, tapi jangan khawatir. Aku pasti akan berjuang keras untuk Sirion demi menebus kesalahanku."Wajah Simon menegang. Dia jelas masih marah.Beberapa master Sirion maju ke depan, lalu mengepalkan tangan mereka, sambil berkata, "Tuan Simon, Tuan Julian sudah mengakui kesalahannya. Anda lihat, bukankah kita harus memaafkannya?""Benar, Tuan Simon. Tuan Julian hanya khilaf sesaat. Tapi bukankah dia bilang dia akan menebus dosanya? Aku rasa kita harus memberinya kesempatan.""Tuan Simon juga termasuk orang yang punya pemikiran terbuka. Bukankah hanya seorang wanita murahan saja? Campakkan saja."Simon menarik napas dalam-dalam. Dia sudah hampir berhasil dibujuk oleh saudara-saudaranya.Dia memang masih perlu mengandalkan Julian sekarang.Walau pria mesum ini sudah kelewat batas dan membuatnya ingin menamparnya sampai mati.Namun, dibandingkan dengan bantuan yang a
Simon merebut barang dari tangan anak buahnya dan melemparkannya ke wajah Julian."Julian, kamu bilang kamu dan Vilda, si jalang, itu datang ke sini hanya untuk beristirahat. Nggak terjadi apa pun ya, 'kan?"Simon menatap Julian dan berkata dengan nada ganas, "Kalau begitu, buka matamu dan lihat, apa yang ada di tanganku ini?"Julian mengambil barang yang dilemparkan Simon barusan dan melihatnya. Wajahnya seketika memerah. Dia merasa malu dan tidak tahu harus mencari alasan apa lagi.Karena itu adalah dua pasang pakaian dalam, yang dia dan Vilda tidak sempat kenakan barusan. Lantaran sibuk melarikan diri, mereka pun meninggalkannya di kamar.Simon menggertakkan giginya dan melemparkan salah satu sepatu kulit merah milik Julian yang hilang dan gulungan tisu bekas ke kepala Julian.Bukan hanya itu saja, Simon juga melemparkan kondom bekas ke kepala Julian sambil memasang ekspresi jijik dan benci.Julian tidak tahan menghadapi benda kotor seperti itu dan segera menghindarinya.Para master
Plak!Simon langsung menamparnya dengan keras."Dasar jalang! Kamu masih berani berkelit sekarang? Akan kuhabisi kamu!"Simon menamparnya dengan penuh benci.Vilda menjerit. Tubuhnya seketika terlempar sejauh empat hingga lima meter. Dia langsung menyemburkan darah. Kondisinya tampak sekarat.Kelopak mata Liam berkedut. Dia merasa ada hawa dingin yang menyelimuti hatinya.Sepertinya Simon bertekad membunuh Vilda!"Tuan Liam, bukankah kamu terus menekankan bahwa pasangan hina ini nggak ada di hotelmu?"Tepat di saat nyali Liam makin menciut, Simon langsung menatapnya dengan ekspresi datar.Liam terkejut. "Tuan Simon, sebenarnya aku ...."Simon tidak berniat mendengar penjelasannya sama sekali. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Bawa bajingan ini keluar dari sini. Jangan habisi dia. Kalau nggak, Keluarga Suteja akan datang mencari masalah.""Tapi aku mau dia merasakan apa yang namanya sengsara dan juga hidup menderita!"Dua lelaki kekar dari Sirion bergegas maju ke depan, kemudian m
Pintu masuk hotel.Jantung Liam sudah berdebar kencang."Tuan Simon, kami sudah cari di semua ruangan, tapi nggak ada seorang pun yang terlihat."Orang-orang Sirion datang untuk melapor pada Simon.Simon menaruh tangannya di belakang punggungnya. Wajahnya berubah gelap. Dia juga tidak mengatakan apa pun.Sebaliknya, Liam yang mendengarnya langsung menghela napas lega.Untung saja, Julian berhasil melarikan diri tepat waktu.Dengan begitu, Liam juga bisa lepas dari tanggung jawab dan melarikan diri.Liam merasa lega dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Simon, sudah saya bilang, Anda mungkin keliru. Hotel kami tutup hari ini."Dia harus mengusir Simon secepat mungkin. Jika tidak, dia khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Simon menatapnya dengan dingin. Lantaran sudah rileks, Liam pun balas memandang Simon tanpa merasa takut sedikit pun.Lagi pula, mereka sudah berhasil menyelinap keluar lewat pintu belakang. Meski Simon punya kecurigaan, dia juga tidak punya bukti.Tanpa bu
Simon, penguasa Sirion, bahkan turun tangan sendiri dan membawa orang untuk mencari mereka.Bahkan dengan keberanian Julian yang luar biasa, dia juga tidak bisa menahan perasaan bersalah dan merasa ketakutan saat ini.Saat Vilda mendengar Simon datang, wajahnya langsung memucat karena ketakutan."Tuan Simon ... datang ke sini? Ka ... kamu yakin?"Dalam sekejap, dia sudah hampir menangis.Julian menyerahkan pakaian ke tangan Vilda sambil berteriak, "Cepat pakai. Kalau kamu terlambat selangkah dan kita ketahuan, kita berdua akan mendapat masalah besar."Seluruh tubuh Vilda gemetar. Air mata mengalir di wajahnya. Dia pun meringis. "Ini semua salahmu, dasar berengsek. Kamu ngotot memintaku melayanimu.""Padahal aku sudah menolak, tapi kamu malah menaruh obat di dalam minumanku. Julian, kamulah yang memaksaku melakukan semua ini. Aku hanyalah korban."Melihat Vilda tidak mau mengenakan pakaiannya dan masih sibuk menyalahkannya, emosi Julian sudah mau meledak."Wanita jalang. Kamu itu dipaks
Akan tetapi, Liam tidak tinggal diam.Dia masih punya kesempatan!Setelah berjuang keras, dia pun bangkit dari lantai.Saat menyentuh sudut mulutnya, tangannya langsung dipenuhi darah.'Julian, dasar berengsek! Kamu sudah hampir mencelakaiku!'Liam tidak menahan diri dan langsung mengumpat dalam hatinya.Sebelum sempat menyeka darahnya, dia menarik petugas keamanan di sebelahnya dan berkata, "Cepat naik tangga, lalu beri tahu Julian dan Vilda untuk lari lewat pintu belakang.""Cepat!"Petugas keamanan yang mendengar teriakan Liam langsung ketakutan. Kakinya bahkan tersandung dan kemudian sosoknya menghilang menaiki tangga.Liam meraba-raba ponselnya dan menelepon Julian.Sayangnya, hanya terdengar suara operator yang menyebut nomor telepon Julian tidak bisa dihubungi.Untung saja, butuh waktu bagi anak buah Simon untuk menemukan kamar di mana Julian berada.Liam tahu dia masih punya kesempatan dan secercah harapan!"Cepat. Kita harus lebih dulu sampai dari Tuan Simon. Cepat!"Liam diam
"Meski ini jebakan yang dibuat oleh Arjun dan Nayana, apa yang harus aku takutkan?""Apa mereka berdua berani menyerangku di wilayahnya Keluarga Suteja?"Orang kepercayaan dan master pun berpikiran sama.Sekalipun ini jebakan, Tuan Simon sebagai penguasa Sirion datang bersama para master, siapakah yang berani menyentuhnya?Namun, yang mereka berdua takuti sekarang adalah kenyataan Tuan Julian yang bermain dengan wanitanya Tuan Simon.Anggota dunia bawah tanah semuanya harus mengikuti aturan dunia bawah.Berani merebut wanita pemimpin mereka, maka dia harus mati!Sepuluh menit kemudian.Lebih dari belasan kendaraan off-road besar berhenti di depan hotel milik Keluarga Suteja.Simon memimpin, kemudian diikuti oleh puluhan master Sirion, dan bergegas masuk ke gerbang hotel.Liam masih duduk di depan pintu masuk hotel sambil menyilangkan kaki."Tuan Julian, sebagai saudaramu, aku rela mempertaruhkan nyawaku untukmu.""Berani sekali kamu meniduri wanitanya Tuan Simon. Haha. Setelah kamu pua