Namun setelah melihat tatapan kecewa Emilia, Edward tidak berani marah lagi.Dia tidak terima wanita yang sudah hampir menjadi miliknya ini lepas dari tangannya begitu saja.Pokoknya, dia ingin memiliki Emilia dan juga menguasai Grup Sebastian sepenuhnya.Namun, apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia sudah menghabiskan semua uang, apalagi kerugiannya sangat besar.Mereka memintanya untuk mengembalikan uang. Dari mana dia bisa mendapatkan uang lagi?Selain identitasnya sebagai putra sulung Keluarga Halim, dia tidak punya apa-apa lagi sekarang."Bu, kalian jangan paksa Edward lagi. Masalah sudah terjadi. Apa pun yang kita katakan sekarang, nggak ada gunanya lagi. Mengenai masalah uang, mari kita pikirkan cara lain," ucap Emilia.Meski Emilia berkata demikian, ini juga pertama kalinya wanita itu melihat sikap pengecut dan ketidakberdayaan Edward.Ternyata putra sulung Keluarga Halim ini tidaklah sesempurna yang dia bayangkan.Tiara tidak peduli dengan suasana hati orang lain.Dia hanya
Tiara langsung memarahinya. "Edward, cepat lepaskan wakil kepala rumah sakit kami.""Kamu buta dan menyeret Keluarga Sebastian ke dalam perapian bersamamu. Apa hubungannya dengan Nathan? Kalau kamu punya nyali, sana luapkan amarahmu pada Keluarga Sebastian. Apa kamu berani?"Edward menggertakkan giginya dan bertanya, "Jangan kira aku nggak tahu. Kamu beruntung bisa menikmati dividen dari proyek Analin pasti karena kamu sudah menggunakan taktik murahan, 'kan?"Nathan berkata dengan kagum, "Tuan Edward benar-benar hebat. Kami memang menggunakan beberapa trik untuk menghasilkan banyak uang."Edward meraung. "Kamu hanyalah dokter kecil yang nggak berdaya. Katakan padaku, dari mana kamu mendapatkan informasi wilayah yang akan dikembangkan berada di Analin?"Nathan tersenyum dan berkata, "Dari mana lagi? Tentu saja aku tahu berita itu dari bertanya-tanya di jalan. Tuan Edward, apa kamu nggak tahu? Kalau begitu, kamu benar-benar ketinggalan berita!""Kamu bercanda, 'kan? Nathan, kamu ingin ma
Namun saat jatuh di tangan Nathan, kenapa rasanya dia begitu tidak berdaya dan tidak bisa melawan sama sekali?Emilia juga tercengang saat ini.Selama ini, sosok Edward itu bagaikan kesatria berkuda putih dalam hatinya.Edward bukan hanya mahir dalam bidang sastra dan bela diri, tetapi ke mana pun pria itu pergi, tindakannya selalu penuh wibawa hanya dan menonjolkan statusnya sebagai putra sulung Keluarga Halim.Namun begitu berhadapan dengan Nathan sekarang, dia bukan hanya dipukuli secara habis-habisan, tetapi sisi pengecutnya, ditambah lagi dengan giginya yang terkatup erat dan juga rambutnya yang acak-acakan membuat Emilia merasa mual.Untuk pertama kalinya, dia merasa Edward membuatnya ilfil."Nathan, beraninya kamu menampar wajahku? Beraninya kamu menampar wajahku?"Edward menutupi wajahnya dan menunjuk Nathan dengan mata memerah. "Aku harus membunuhmu. Master Keluarga Halim kami pasti akan membuatmu mati mengenaskan."Emilia mengerutkan kening dan berkata, "Edward, sudah cukup."
Namun bagi Edward yang kurang beruntung, hari-hari baik masih jauh di depan.Tepat setelah diberi pelajaran oleh Nathan, Ken bersiap mengeluarkan jurus pamungkasnya lagi."Edward, kamu harus menunjukkan sikapmu sekarang. Kapan kamu akan mengembalikan uang miliaran yang aku investasikan padamu?"Ken yang saat ini tampak sangat agresif. Sikapnya benar-benar berbeda dari biasanya, yang mana selalu menyanjung Edward.Edward berkata dengan muram, "Ken, mengingat hubunganku dengan kakakmu, bukankah hanya beberapa miliar saja, 'kan? Aku bisa membayarmu kembali dalam hitungan menit."Ken mengulurkan tangannya. "Baiklah, kalau begitu, kembalikan padaku sekarang juga.""Kamu ...."Edward sangat emosi. Ken memaksanya untuk mengembalikan uangnya sekarang juga. Dari mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu?Dia bahkan tidak berani memikirkan utang-utangnya di luar sana. Apa dia sudah sampai pada titik di mana harus menjual ginjalnya?Jangankan miliaran, bahkan meminta Edward mengeluarkan beberap
"Asal kamu membelikanku Bugatti atau memberikan Panamera-mu, aku akan mendukungmu dan kakakku kembali bersama, bagaimana?"Tanpa menunggu Nathan menjawab, Edward langsung marah dan berkata, "Ken, apa kamu nggak tahu malu? Kamu menjual kakakmu demi ketenaran dan kekayaan, apa kamu mempertimbangkan perasaanku?"Ken mencibir. "Edward, kamu sekarang terlilit utang dan miskin. Apa aku masih harus mempertimbangkan perasaanmu? Kamu pantas?""Sialan! Karena kamu nggak berguna dan nggak bisa cari uang, tentu saja kakakku nggak bisa bersama denganmu lagi."Saking emosinya, Edward bahkan hampir muntah darah. Sejak dia lahir sampai sekarang, dia tidak pernah begitu tidak berguna seperti sekarang ini.Emilia berkata dengan dingin, "Ken, kalau kamu berani mengatakan hal nggak masuk akal lagi, segera keluar dari sini.""Aku nggak butuh pria busuk seperti kalian dalam hidupku. Apa kalian kira aku nggak bisa hidup tanpa pria?"Perkataan Ken barusan telah menyakiti harga diri Emilia.Seakan-akan dia har
Tiara berkata dengan nada menghina, "Kepala Keluarga Halim, Thomas Halim, juga ingin mundur posisinya karena kesehatannya yang lemah.""Tapi dilihat dari kebodohan Edward dan sikapnya yang nggak becus, Keluarga Halim pasti akan hancur kalau jatuh ke tangannya!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ini urusan Keluarga Halim dan nggak ada hubungannya denganku.""Aku hanya berharap Edward nggak berpura-pura mati saja."Tiara melengkungkan bibirnya dan berkata, "Kalau dia benar-benar mengambil alih Keluarga Halim, mengingat pikirannya yang sempit, dia pasti akan mencari masalah denganmu.""Kalau begitu, aku akan mengirimnya dan Keluarga Halim ke jurang kehancuran secepatnya," ucap Nathan dengan datar.Tiara menutup mulutnya dan tersenyum. "Kalau memikirkan Edward sekarang, aku merasa merinding. Dia sepertinya terobsesi dengan orang yang nggak suka pamer sepertimu.""Aku bukan orang hebat. Hanya saja, aku nggak suka menindas orang lain. Jadi, sebaiknya mereka juga nggak mencari masa
Regina memberi instruksi pada sekretarisnya. "Selain itu, minta tim keamanan untuk mengawasi dengan ketat dan memastikan nggak terjadi kesalahan sedikit pun."Sekretaris berkata dengan enggan, "Nona, apa kita nggak mau mengemas sepertiga bahan obat yang tersisa? Kalau kita kembali seperti ini, aku khawatir beberapa pabrik di departemen farmasi harus ditutup. Bayangkan, kerugiannya pasti besar.""Biar aku yang menebus kerugian itu sendiri. Lantaran Liam si bajingan itu ingin bermain, aku akan menemaninya sampai akhir," ucap Regina sambil tersenyum dingin.Sekretaris itu khawatir, tetapi tidak berani mengatakan apa pun lagi. Dia berbalik dan meminta sopir truk untuk berangkat.Regina turun dari mobil dan berkata pada seorang wanita berwajah bopeng yang berdiri di sampingnya, "Bibi Eva, truk tanaman obat sudah berangkat. Tolong bawa orang-orangmu dan bantu jaga mereka di sepanjang jalan."Wanita berwajah bopeng itu tampak tidak mencolok dan bertubuh kurus, tetapi matanya sesekali bersinar
Regina yang duduk di kursi belakang hampir muntah karena guncangan yang disebabkan jalanan yang tidak rata. Dia langsung berseru, "Bibi Eva, apa yang kamu lakukan? Kita harus kembali dan membantu mereka."Wajah Eva berubah gelap. Dia sama sekali tidak menurunkan pedal gas. "Kalau kita kembali, itu berarti kita akan mati. Mengenai pengawal-pengawal lainnya, biarkan saja mereka mati. Mereka hanya sekumpulan orang nggak becus. Apa gunanya menolong mereka!"Regina berteriak dengan marah, "Bibi Eva, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?""Sebagai majikanmu, aku perintahkan kamu, segera bawa aku kembali ke lokasi kejadian. Kalau kamu bertindak sesuka hatimu, setelah kembali ke perusahaan nanti, aku akan segera ajukan permohonan pada keluarga untuk mengakhiri kerja sama denganmu."Bibi Eva tersenyum sinis. Bopeng di wajahnya tampak sangat jelek."Beraninya gadis kecil sepertimu memerintahku? Kamu nggak merasa sikapmu sudah terlalu lancang?"Ekspresi Regina langsung berubah. "Apa sebenarnya
Nathan tersenyum dan berkata, "Nona Monika bukan hanya pandai melelang, tapi juga pandai menilai barang antik. Sangat berbakat."Begitu dipuji oleh Nathan, Monika tampak senang dan berkata dengan rendah hati, "Tuan Nathan terlalu memuji. Aku hanya melakukan pekerjaanku dengan baik saja.""Ditambah lagi, keluargaku juga punya bisnis barang antik. Aku sudah sering melihatnya sejak kecil, jadi aku tahu sedikit."Nathan berjalan di sekitar alun-alun dan berkata, "Baiklah, kami lihat-lihat dulu. Kalau ada yang aku suka, aku baru akan merepotkan Nona Monika.""Baiklah. Kalau ada yang Tuan Nathan, beri tahu aku saja," ujar Monika.Tiara sedikit tidak puas, tetapi dia masih tersenyum dan berkata, "Ada begitu banyak barang antik, kaligrafi, dan lukisan di alun-alun ini. Apa Nona Monika berani jamin kamu memahami segalanya?"Monika berkata sambil tersenyum tenang, "Barang antik merupakan seni yang luas dan mendalam, yang mana melibatkan zaman kuno dan modern, baik di dalam maupun luar negeri. Bu
Di dalam mobil, Tiara langsung menelepon Regina.Setelah mengobrol cukup lama, Tiara meletakkan ponselnya dan berkata dengan kecewa, "Sayang sekali, Regina nggak bisa keluar.""Padahal kami sudah sepakat sebelumnya dan mau pergi ke konferensi penilaian barang antik bersamamu, Nathan.""Tapi Keluarga Suteja sangat ketat sama Regina sekarang, jadi terpaksa lain kali saja."Nathan mendadak teringat dengan sikap Billy dan yang lainnya kemarin.Dari luar, Billy memang datang untuk menjemput Regina, tetapi dilihat dari penampilannya, Nathan merasa pria itu sedang mengawasi Regina."Akhir-akhir ini, Keluarga Suteja kedatangan orang penting dari ibu kota provinsi," seru Dokter Bayu."Regina mungkin perlu menemani orang itu, jadi dia nggak punya waktu."Ketiganya mengobrol di sepanjang jalan. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di Jalan Antik paling terkenal di Beluno.Mobilnya masih berhenti jauh, tetapi tidak bisa maju ke depan lagi, karena terlalu banyak orang.Nathan akhirnya menemukan tem
Nathan tidak berbicara dan hanya menatap Tiara.Wajah Tiara merah padam. Saat menyadari Nathan tengah menatapnya, dia segera mengalihkan pandangannya dan berkata dengan suara pelan, "Nathan, jangan dengarkan omong kosong kakekku. Dia sudah pikun."Nathan tersenyum dan berkata, "Dokter Bayu, aku sudah bilang sebelumnya, kesenjangan usia di antara kita berdua terlalu besar.""Nggak pantas bagiku menerimamu sebagai muridku. Jadi, jangan bahas masalah ini lagi kelak."Dokter Bayu mengangguk kecewa, lalu berkata dengan putus asa, "Baiklah. Aku juga tahu kalau permintaan ini kurang pantas.""Tapi Dokter Nathan, aku datang ke sini hari ini bukan hanya untuk berguru padamu, tapi masih ada hal lain.""Katakanlah!" seru Nathan.Dokter Bayu mengusap jenggotnya dan berkata sambil tersenyum, "Hari ini adalah konferensi penilaian barang antik Grup Valentino. Para ahli dan kolektor barang antik dari Beluno, ibu kota provinsi, dan Naroa akan datang.""Aku berpikir untuk mengajak Dokter Nathan pergi be
Keesokan harinya.Nathan sudah pergi ke Rumah Sakit Perdana Beluno pagi-pagi.Sebagai wakil kepala rumah sakit, kinerjanya juga tidak berbeda dengan seorang manajer yang lepas tangan.Hanya saja, meski Rumah Sakit Perdana merupakan rumah sakit terbesar di Beluno dan juga rumah sakit swasta.Tingkat kebebasan Nathan masih cukup tinggi.Ditambah lagi dengan dukungan yang diberikan Tiara dan Regina, Nathan pada dasarnya tidak perlu mengambil tindakan, kecuali menghadapi penyakit yang sulit atau operasi yang menantang."Pak Nathan, pagi!"Para perawat muda di rumah sakit itu tampak penuh semangat. Saat melihat Nathan, mereka semua langsung menyapanya dengan hangat."Pagi, semuanya!" balas Nathan sambil tersenyum.Perawat paling populer di Rumah Sakit Perdana bernama Adel.Saat tatapan matanya tidak sengaja bertemu dengan Nathan, wajah oval perawat muda itu langsung memerah. Dia menundukkan kepalanya dan tidak berani memandang Nathan lagi.Nathan tersenyum pada perawat muda itu, kemudian na
Menjelaskan begitu banyak dalam satu tarikan napas telah membuat mulut Nona Regina terasa kering. Dia segera mengambil gelas berisi air dan meneguknya habis.Melihat Regina masih belum puas, Nathan tampak menggelengkan kepalanya.Dia sekarang yakin bahwa spekulasi Regina sepenuhnya disebabkan karena dia terlalu banyak membaca novel romantis atau terlalu sering menonton drama idola.Seperti yang kita ketahui, melodrama seperti itu telah menimbulkan banyak dampak buruk terhadap wanita dan mengakar dalam.Setelah keduanya selesai makan, mereka pun membawa piring-piring kembali ke dapur dan mencucinya.Waktu menunjukkan jam tujuh malam. Setelah berpikir sejenak, Nathan pun berkata, "Nona Regina, ini pertama kalinya kamu datang ke sini. Bagaimana kalau aku ajak kamu berkeliling?"Regina berkata, "Lain kali saja, Dokter Nathan. Aku harus pulang."Melihat wanita itu memutar jari-jarinya, tampak enggan untuk pergi, Nathan pun berkata dengan heran, "Sekarang masih awal. Kalau Nona Regina masih
Nathan hampir tersedak. "Bukan, kamu ...."Dia mengira Nona Regina sudah menyadari sesuatu atau mungkin telah menemukan beberapa petunjuk.Tak disangka, wanita itu malah mengucapkan kata-kata konyol seperti itu.Regina memasang ekspresi seakan dia memahami segalanya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bima sekarang sudah hampir berusia enam puluh tahun. Dia belum pernah menikah. Ini juga bukan lagi rahasia di antara orang-orang kaya di Beluno!""Lelaki tua ini bukan hanya nggak menikah, dia juga nggak pernah mencari wanita di luar. Banyak orang yang terkejut dan bingung.""Dia punya kekayaan sebanyak itu, tapi nggak punya penerus. Bukankah itu aneh sekali?""Sebenarnya, banyak orang berspekulasi bahwa Bima pasti punya wanita di luar.""Hanya saja, dia nggak pernah mempublikasikannya, jadi nggak ada yang berani menyebarkan rumor.""Aku juga pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Tuan Bima pasti punya keluarga, tapi dia menyembunyikannya dengan baik.""Sampai aku bertemu denganmu, Dokter Nat
Arjun mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, seolah-olah ingin mengatakan, setidaknya dia sudah mencoba membujuknya.Jika Nayana masih tidak mau dengar, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi.Bisa terlihat bahwa Tuan Nathan mengalah pada janda ini.Kalau saja orang seperti Liam berani bersikap kasar kepada Tuan Nathan, mereka pasti sudah ditampar berkali-kali.Setelah sampai di Cusio, hari sudah malam.Nathan mendorong pintu halaman rumahnya.Dia menemukan Bima sedang duduk di meja batu di bawah pohon sambil menikmati anggur dengan tenang.Selain Anggur Abadi milik Nathan, juga ada beberapa hidangan di atas meja itu.Bima tampak menikmati kacang goreng dan juga hidangan lainnya sambil menyesap anggur.Nathan berjalan mendekatinya, lalu meliriknya, dan berkata dengan tidak senang, "Sejak kapan lelaki tua sepertimu belajar menikmati kehidupan?""Tuan Muda, kamu sudah terlalu memujiku. Hidangan lezat seperti ini bukanlah hal yang bisa aku buat."Sembari berbicara, Bima pun menunjuk ke d
Nathan, Nayana, Arjun, dan juga anak buah mereka juga bergegas kembali ke Analin."Kak Arjun, Nyonya Nayana, aku hanya bisa membantu kalian sampai di sini saja."Tujuan provokasi telah tercapai, jadi Nathan tidak berniat mencampuri urusan dunia bawah tanah lagi."Tuan Nathan, Anda sudah banyak membantu kami," ucap Arjun."Saya juga nggak berani merepotkan Anda lagi. Biarlah Nayana dan saya yang menyelesaikan sisanya."Nayana tersenyum dan berkata, "Sayangku, kamu sudah membantu kami membuat Simon dengan Julian berselisih.""Bagaimana kalau kamu bantu kami sampai akhir dan menyingkirkan Simon untuk kami?"Tanpa perlu berpikir dua kali, Nathan langsung menolak. "Nyonya Nayana, kamu juga tahu aku punya aturan dalam bertindak.""Yang aku lakukan sudah jauh melampaui balasan ramuan legendaris yang akan kamu berikan padaku.""Sekarang, Nyonya Nayana masih mengajukan permintaan. Kamu nggak merasa itu sudah kelewat batas?""Benar, Nayana. Tuan Nathan sudah banyak membantu kita," seru Arjun."K
Tawa menghina Simon terdengar dari jauh. "Julian, sebelum kamu datang ke Beluno, Sirion-ku selalu jadi yang paling berkuasa.""Ada nggak-nya kamu di sini, sudah nggak penting lagi. Julian, aku beri tahu kamu, aku sudah lama bersabar padamu!""Enyahlah dari sini, dasar bajingan!"Julian yang ditinggal begitu saja tampak marah. Tatapan matanya seakan-akan ingin membunuh seseorang.Lantaran Simon telah menamparnya dan memutuskan hubungan dengannya.Julian juga tidak perlu merasa bersalah lagi. Hanya bisa dikatakan, Simon, penguasa Sirion, sudah salah membuat keputusan.Demi seorang wanita, Simon memilih untuk bermusuhan dengannya.Orang berpikiran sempit seperti itu tidak layak mendapatkan bantuan Julian.Arjun dan Nayana saling berpandangan saat ini. Keduanya seakan bisa melihat kegembiraan yang terpancar dari mata mereka masing-masing.Akhirnya dua musuh Sirion mereka, Simon dan Julian, berselisih juga.Kalau begitu, ini saatnya mereka tampil.Keduanya memandang Nathan secara bersamaan.