Namun saat jatuh di tangan Nathan, kenapa rasanya dia begitu tidak berdaya dan tidak bisa melawan sama sekali?Emilia juga tercengang saat ini.Selama ini, sosok Edward itu bagaikan kesatria berkuda putih dalam hatinya.Edward bukan hanya mahir dalam bidang sastra dan bela diri, tetapi ke mana pun pria itu pergi, tindakannya selalu penuh wibawa hanya dan menonjolkan statusnya sebagai putra sulung Keluarga Halim.Namun begitu berhadapan dengan Nathan sekarang, dia bukan hanya dipukuli secara habis-habisan, tetapi sisi pengecutnya, ditambah lagi dengan giginya yang terkatup erat dan juga rambutnya yang acak-acakan membuat Emilia merasa mual.Untuk pertama kalinya, dia merasa Edward membuatnya ilfil."Nathan, beraninya kamu menampar wajahku? Beraninya kamu menampar wajahku?"Edward menutupi wajahnya dan menunjuk Nathan dengan mata memerah. "Aku harus membunuhmu. Master Keluarga Halim kami pasti akan membuatmu mati mengenaskan."Emilia mengerutkan kening dan berkata, "Edward, sudah cukup."
Namun bagi Edward yang kurang beruntung, hari-hari baik masih jauh di depan.Tepat setelah diberi pelajaran oleh Nathan, Ken bersiap mengeluarkan jurus pamungkasnya lagi."Edward, kamu harus menunjukkan sikapmu sekarang. Kapan kamu akan mengembalikan uang miliaran yang aku investasikan padamu?"Ken yang saat ini tampak sangat agresif. Sikapnya benar-benar berbeda dari biasanya, yang mana selalu menyanjung Edward.Edward berkata dengan muram, "Ken, mengingat hubunganku dengan kakakmu, bukankah hanya beberapa miliar saja, 'kan? Aku bisa membayarmu kembali dalam hitungan menit."Ken mengulurkan tangannya. "Baiklah, kalau begitu, kembalikan padaku sekarang juga.""Kamu ...."Edward sangat emosi. Ken memaksanya untuk mengembalikan uangnya sekarang juga. Dari mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu?Dia bahkan tidak berani memikirkan utang-utangnya di luar sana. Apa dia sudah sampai pada titik di mana harus menjual ginjalnya?Jangankan miliaran, bahkan meminta Edward mengeluarkan beberap
"Asal kamu membelikanku Bugatti atau memberikan Panamera-mu, aku akan mendukungmu dan kakakku kembali bersama, bagaimana?"Tanpa menunggu Nathan menjawab, Edward langsung marah dan berkata, "Ken, apa kamu nggak tahu malu? Kamu menjual kakakmu demi ketenaran dan kekayaan, apa kamu mempertimbangkan perasaanku?"Ken mencibir. "Edward, kamu sekarang terlilit utang dan miskin. Apa aku masih harus mempertimbangkan perasaanmu? Kamu pantas?""Sialan! Karena kamu nggak berguna dan nggak bisa cari uang, tentu saja kakakku nggak bisa bersama denganmu lagi."Saking emosinya, Edward bahkan hampir muntah darah. Sejak dia lahir sampai sekarang, dia tidak pernah begitu tidak berguna seperti sekarang ini.Emilia berkata dengan dingin, "Ken, kalau kamu berani mengatakan hal nggak masuk akal lagi, segera keluar dari sini.""Aku nggak butuh pria busuk seperti kalian dalam hidupku. Apa kalian kira aku nggak bisa hidup tanpa pria?"Perkataan Ken barusan telah menyakiti harga diri Emilia.Seakan-akan dia har
Tiara berkata dengan nada menghina, "Kepala Keluarga Halim, Thomas Halim, juga ingin mundur posisinya karena kesehatannya yang lemah.""Tapi dilihat dari kebodohan Edward dan sikapnya yang nggak becus, Keluarga Halim pasti akan hancur kalau jatuh ke tangannya!"Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ini urusan Keluarga Halim dan nggak ada hubungannya denganku.""Aku hanya berharap Edward nggak berpura-pura mati saja."Tiara melengkungkan bibirnya dan berkata, "Kalau dia benar-benar mengambil alih Keluarga Halim, mengingat pikirannya yang sempit, dia pasti akan mencari masalah denganmu.""Kalau begitu, aku akan mengirimnya dan Keluarga Halim ke jurang kehancuran secepatnya," ucap Nathan dengan datar.Tiara menutup mulutnya dan tersenyum. "Kalau memikirkan Edward sekarang, aku merasa merinding. Dia sepertinya terobsesi dengan orang yang nggak suka pamer sepertimu.""Aku bukan orang hebat. Hanya saja, aku nggak suka menindas orang lain. Jadi, sebaiknya mereka juga nggak mencari masa
Regina memberi instruksi pada sekretarisnya. "Selain itu, minta tim keamanan untuk mengawasi dengan ketat dan memastikan nggak terjadi kesalahan sedikit pun."Sekretaris berkata dengan enggan, "Nona, apa kita nggak mau mengemas sepertiga bahan obat yang tersisa? Kalau kita kembali seperti ini, aku khawatir beberapa pabrik di departemen farmasi harus ditutup. Bayangkan, kerugiannya pasti besar.""Biar aku yang menebus kerugian itu sendiri. Lantaran Liam si bajingan itu ingin bermain, aku akan menemaninya sampai akhir," ucap Regina sambil tersenyum dingin.Sekretaris itu khawatir, tetapi tidak berani mengatakan apa pun lagi. Dia berbalik dan meminta sopir truk untuk berangkat.Regina turun dari mobil dan berkata pada seorang wanita berwajah bopeng yang berdiri di sampingnya, "Bibi Eva, truk tanaman obat sudah berangkat. Tolong bawa orang-orangmu dan bantu jaga mereka di sepanjang jalan."Wanita berwajah bopeng itu tampak tidak mencolok dan bertubuh kurus, tetapi matanya sesekali bersinar
Regina yang duduk di kursi belakang hampir muntah karena guncangan yang disebabkan jalanan yang tidak rata. Dia langsung berseru, "Bibi Eva, apa yang kamu lakukan? Kita harus kembali dan membantu mereka."Wajah Eva berubah gelap. Dia sama sekali tidak menurunkan pedal gas. "Kalau kita kembali, itu berarti kita akan mati. Mengenai pengawal-pengawal lainnya, biarkan saja mereka mati. Mereka hanya sekumpulan orang nggak becus. Apa gunanya menolong mereka!"Regina berteriak dengan marah, "Bibi Eva, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?""Sebagai majikanmu, aku perintahkan kamu, segera bawa aku kembali ke lokasi kejadian. Kalau kamu bertindak sesuka hatimu, setelah kembali ke perusahaan nanti, aku akan segera ajukan permohonan pada keluarga untuk mengakhiri kerja sama denganmu."Bibi Eva tersenyum sinis. Bopeng di wajahnya tampak sangat jelek."Beraninya gadis kecil sepertimu memerintahku? Kamu nggak merasa sikapmu sudah terlalu lancang?"Ekspresi Regina langsung berubah. "Apa sebenarnya
Bibi Eva tiba-tiba bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?""Aku sedang memikirkan seorang pria," jawab Regina dengan sedih.Bibi Eva berkata dengan penasaran, "Nona muda dari Keluarga Suteja begitu menawan dan cantik. Aku penasaran dengan pria yang dipikirkan Nona?"Regina juga tidak menyembunyikannya. "Namanya Nathan. Dia seorang dokter yang baik dan penampilannya juga tampan.""Sebelum bertemu dengannya, aku sama sekali nggak tahu bahwa menyukai seseorang terkadang bisa begitu sulit dan membuatku kesepian hingga ingin menangis."Bibi Eva langsung menghentikannya. "Jangan bicara lagi. Kamu nggak perlu ceritakan hal ini padaku."Regina menatap Bibi Eva dengan aneh, terutama wajahnya yang penuh bopeng. Gadis itu sepertinya menyadari sesuatu. "Bibi Eva nggak pernah menyukai pria, 'kan? Salah, seharusnya nggak ada pria yang menyukai Bibi Eva, 'kan?"Raut wajah Bibi Eva berubah jelek, seolah-olah Regina menabur garam pada luka dalam hatinya."Huh! Semua pria di dunia ini adalah sekelompok oran
Nathan melangkah maju dan berkata dengan serius, "Kamu dalam bahaya, aku pasti akan datang, sekalipun harus melewati badai dan lautan api."Regina tiba-tiba merasa terharu dan langsung menangis."Nathan, kamu tahu nggak, kamu itu benar-benar menyebalkan? Berbaliklah. Aku nggak ingin kamu melihatku menangis. Asal kamu tahu saja, aku bukan menangis karena kamu."Nathan kebingungan karena dia belum pernah melihat sosok Nona Regina yang begitu lembut dan penuh kasih sayang.Bibi Eva yang menatap mereka berdua langsung menggertakkan giginya dan berkata, "Aku paling benci lihat orang bermesraan di hadapanku.""Nak, karena kamu berani datang, aku akan bunuh kamu duluan. Biarlah gadis mati ini karena patah hati. Hahaha ...."Ada kilatan dingin yang melintas di mata Nathan. "Ok. Kebetulan aku juga ingin membunuhmu."Ekspresi Bibi Eva berubah gelap. Dia bergegas berlari ke depan, mencengkeram tangannya, dan bersiap untuk mencabik-cabiknya.Swush, swush, swush!Terdengar ledakan suara di udara. C
"Siapa yang berani pergi? Aku akan membunuhnya."Melihat tiga anggota Keluarga Sebastian hendak pergi, Edward menjadi gila.Dia langsung memerintahkan dua puluh pengawal Keluarga Halim masuk ke dalam dan mengepung tiga anggota Keluarga Sebastian itu.Tamara ketakutan hingga hampir kehilangan keseimbangan. Dia gemetar dan berkata, "Edward, apa yang ingin kamu lakukan? Dasar bajingan! Apa kamu ingin Emilia membencimu?"Ken mengangkat tangannya dan berkata dengan arogan, "Kita lihat saja siapa yang berani bertindak? Sialan! Keluarga Halim kalian hebat, tapi memangnya kamu bisa memaksa orang menikah denganmu?"Mata Edward memerah. Dia maju ke depan dan menampar wajah Ken.Plak! Plak! Plak!Tamparan demi tamparan itu membuat mulut dan hidung Ken menyemburkan darah. Dia menjerit dan bersiap untuk balik melawan Edward.Salah seorang pengawal Keluarga Halim mendengus dingin dan langsung menendang pinggang Ken.Sembari berteriak histeris, Ken langsung berguling-guling di tanah sambil memegangi
"Edward, aku sungguh nggak bisa menikah denganmu."Ekspresi putra sulung Keluarga Halim tiba-tiba berubah.Tanpa disadari, tangannya yang memegang mahkota juga bergetar.Tamara dan Ken juga panik."Emilia, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Itu mahkota senilai 200 miliar. Apa kamu pikir hadiah lamaran yang mahal itu nggak berharga? Cepat ambil dulu!""Benar, Kak. Setidaknya kamu terima lamarannya dulu dan ambil mahkota itu. Kalau kamu memang nggak menyukainya, kamu masih bisa menolaknya nanti!"Emilia mengabaikan keserakahan dan rasa tidak tahu malu ibu dan adiknya.Sambil menatap Edward, dia berkata dengan nada serius, "Edward, aku rasa kita benar-benar nggak cocok untuk menikah sekarang."Jadi, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak bisa menerima mahkota ini!"Putra sulung Keluarga Halim akhirnya sadar bahwa dirinya telah ditolak."Emilia, aku akan beri kamu satu kesempatan lagi. Pilih kata-kata yang tepat dan jawab aku dengan benar."Penghinaan, kemarahan, kegilaan, semua itu memb
Nathan tentunya tidak tahu tentang percakapan antara Roland dengan Monika.Sekalipun tahu, dia mungkin juga tidak akan peduli."Begitu cepat keluar? Dokter Nathan, apa Nona Monika nggak mengajakmu berkencan?"Regina memperlihatkan tatapan ambigu. Dia terus mengedipkan matanya pada Nathan.Nathan merasa kepalanya berdenyut. "Aku nggak punya waktu."Regina berkata dengan nada tidak senang, "Jadi, gadis bernama Monika itu benar-benar mengajakmu, Dokter Nathan? Huh! Dia masih terlalu muda untuk bersaing denganku dalam mendapatkan pria."Tiara bertanya dengan penuh minat, "Nathan, Monika itu primadona Grup Valentino dan kecantikannya cukup populer di kalangan sosial kelas atas Beluno. Bahkan, banyak kepala keluarga bangsawan yang ingin menikahinya.""Kenapa kamu menolaknya?"Nathan mengangkat bahu dan berkata, "Aku nggak tertarik dengannya. Apalagi, kami juga nggak kenal, jadi aku menolaknya.""Kamu menolaknya dengan tegas, tapi kalau hal ini sempat ketahuan sama Liam, Julian, dan para play
Lelang terus berlangsung hingga larut malam.Banyak tamu yang masih belum puas.Bahkan, setelah meninggalkan acara lelang, mereka masih mengenang dua pertarungan seru yang terjadi barusan.Apalagi, semua kejadian itu berhubungan dengan pria bernama Nathan itu.Liam menghibur Edward. "Tuan Edward, berpikirlah positif. Bagaimanapun juga, mahkota berlian sudah menjadi milikmu.""Meski Nathan itu menyebalkan, pada akhirnya dia tetap dikalahkan olehmu, 'kan? Dia bahkan nggak berani bersaing denganmu."Senyum Edward tampak canggung.Apa Nathan, si bajingan itu, benar-benar dikalahkan oleh dirinya?Edward tidak merasa begitu.Bajingan itu jelas-jelas mencelakainya. Dia benar-benar keji.Meski Edward sadar dengan semua itu, dia masih harus memaksakan senyuman saat menghadapi Liam dan yang lainnya. Dia harus bersikap seakan dirinya baik-baik saja.Nyatanya, hatinya sudah hancur berkeping-keping dan hampir berdarah.Julian mendengus dingin. "Bocah ini cukup sombong.""Dia bukan hanya menyinggung
Edward merasa dadanya sudah hampir meledak karena emosi.Dia tidak menyangka Nathan akan memberikan pembalasan yang begitu kejam.Edward berteriak sambil menunjuk ruang VIP nomor satu, "Nathan, kalau kamu hebat, keluarlah dan tantang aku. Kita duel satu lawan satu."Bajingan ini keterlaluan.Semua orang memberi hormat pada Keluarga Halim. Dia malah sengaja merusak rencananya.Apalagi, dia juga terus mengincarnya tanpa henti. Yang jelas menunjukkan bahwa dia menganggap Keluarga Halim bukanlah apa-apa.Nathan tidak tergerak dan hanya tersenyum sinis. "Tuan Edward nggak menginginkan mahkota berlian lagi?""Atau Tuan Edward bersedia mengakui kekalahan dan memilih menjadi seorang pengecut?"Nathan sedang memprovokasinya!Beraninya Nathan memprovokasinya!Ekspresi wajah Edward langsung berubah.Tuan Edward berteriak keras, "200 miliar. Aku pasti menemanimu bermain sampai akhir malam ini."Dia sekarang sudah berada dalam situasi sulit, tetapi masih terus menawar sampai akhir.Karena mahkota b
Terdengar nada bicara datar dari ruang VIP nomor satu."50,02 miliar. Maaf, aku barusan tertidur dan lupa menawar. Sudah membuat kalian menunggu begitu lama!"Begitu kata-kata itu dilontarkan.Semua tamu yang hadir mulanya tercengang, kemudian meledak dengan suara riuh dan tawa yang belum pernah terjadi sebelumnya."Dia hanya menambah dua ratus ribu? Hahaha. Tuan Nathan sepertinya sedang balas dendam karena kelakuan Edward barusan!""Siapa bilang tuan ini nggak berani menantang Keluarga Halim? Lihat, sekarang sudah terjadi, 'kan? Seperti kata pepatah, pembalasan mungkin terlambat, tapi pasti akan datang. Sialan! Edward kalah telak kali ini!""Seru, seru sekali! Keluarga Halim biasanya suka menindas orang lain dengan mengandalkan kekuatan mereka. Thomas juga sering bertindak semena-mena. Edward bahkan sengaja menaikkan harga untuk menimbulkan masalah sebelumnya. Kali ini, bisa dikatakan mereka menerima balasannya."Penambahan harga yang ditawarkan Nathan bukan hanya mengejutkan para pen
Julian tersenyum sinis. Dia sangat tidak puas dengan kepura-puraan Edward yang telah mencuri perhatian semua orang.Tepat di saat dia hendak membantah, terdengar suara batuk yang mendominasi lagi."Aku Thomas Halim, datang ke sini untuk mendukung putraku, Edward. Mohon semuanya meninggalkan sedikit harga diri untukku."Buam!Terjadi kehebohan di acara lelang itu. Siapa sangka, bahkan kepala Keluarga Halim, tokoh paling berpengaruh di Beluno, pun akan hadir di sana."Thomas, si lelaki tua itu, ternyata datang juga. Huh!"Julian mendengus dingin di ruang VIP itu. Dia kemudian memutuskan untuk diam.Dia berani memprovokasi Edward, tetapi sebagai kepala keluarga bangsawan, Thomas masih berada pada level yang sama dengan pemimpin Sekte Pirata.Sebagai seorang junior, Julian masih tidak berani bersikap lancang.Selain itu, Julian tahu bahwa Thomas, pria tua yang sakit-sakitan ini, bukanlah orang baik sewaktu masih muda.Thomas adalah seorang master tingkat Guru Besar junior. Dia bisa membunu
Rumah lelang setidaknya mengambil keuntungan sebanyak puluhan miliar dari 400 miliar itu.Keuntungan besar!Regina dan Tiara juga sulit menerima kenyataan itu. Dia memandang Nathan dengan tatapan tidak percaya."Dokter Nathan, 400 miliar. Kita sepertinya sudah terlalu ceroboh!"Nathan berkata dengan nada datar, "Aku nggak tertarik bermain dengan sekelompok orang bodoh ini. Alih-alih membuang waktu, lebih baik aku keluarkan harga yang membuat mereka nggak berkutik."Ekspresi acuh tak acuh pria itu membuat Regina dan Tiara kebingungan.Apa bagi Nathan, transaksi sebesar 400 miliar ini tidak berarti apa-apa?Sekalipun mereka punya uang, dia juga tidak boleh sembarangan menawar harga setinggi langit, 'kan?Julian tertawa terbahak-bahak, lalu tersenyum menyeringai. "Menghabiskan 400 miliar untuk mendapatkan obat seperti itu? Nathan, aku benar-benar penasaran, kamu itu bodoh sungguhan atau hanya pura-pura bodoh?""Aku sebenarnya ingin terus menemanimu bermain, tapi melihat kelakuanmu, aku be
Julian tertawa dan berkata, "Tuan Edward, aku kagum dengan penawaran hargamu. Dalam hal nggak tahu malu, memang nggak ada yang bisa menandingimu."Liam juga angkat bicara dan tertawa, "Tuan Edward, kamu memang mengerti lelang. Aku mengagumimu!"Begitu mendengar kata-kata yang dilontarkan Julian dan Liam, putra sulung Keluarga Halim yang berada di ruang VIP itu langsung memperlihatkan ekspresi kejam di wajahnya.Yang dia inginkan adalah membunuh Nathan, si gigolo ini.Karena alasan inilah, sekalipun harus sementara memihak kubu yang sama dengan Julian, Edward juga tidak peduli.Emilia menatapnya dengan matanya yang indah dan berkata dengan nada dingin, "Apa seru berbuat seperti itu?"Edward berkata dengan kejam, "Kenapa nggak seru? Nathan sudah mengacau berkali-kali. Sekarang sudah saatnya gilirannya. Apa aku nggak boleh beri pelajaran padanya?"Emilia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak bahas tentang penawaranmu. Karena ini lelang, siapa saja bisa mengajukan penawaran. Ini