Namun, mereka yang mengetahui kisah di dalamnya tahu bahwa Nathan bisa dengan mudah mengambil posisi wakil kepala rumah sakit.Jangankan wakil kepala rumah sakit, berdasarkan keterampilan medis Nathan, pria itu bahkan memenuhi syarat untuk menjadi kepala rumah sakit.Menatap ruangan kantor baru yang didekorasi khusus untuknya, Nathan berkata dengan tak berdaya, "Nona Regina, Bu Tiara, sebenarnya aku nggak tertarik dengan posisi wakil kepala rumah sakit."Regina sangat gembira. "Dokter Nathan, kami tahu kamu nggak tertarik dengan jabatan.""Tapi Rumah Sakit Perdana merupakan rumah sakit swasta yang kami kelola. Jabatan kepemimpinan dipegang oleh orang-orang yang berkemampuan, tanpa memandang kualifikasi. Aku rasa jabatan wakil kepala rumah sakit sangat cocok untukmu."Tiara juga tersenyum dan berkata, "Nathan, kalau kamu mau, aku bisa menyerahkan posisi kepala rumah sakit kepadamu. Biarlah aku menjadi wakil kepala rumah sakit dan membantumu."Nathan tersenyum pahit dan berkata, "Lupakan
Melihat Andre yang datang dan pergi dengan marah, Tiara mengerutkan kening dan berkata, "Regina, sepertinya Andre masih nggak bisa melepaskan prasangka buruknya terhadap Nathan."Regina mengerutkan bibirnya dan berkata, "Buat apa repot-repot berhadapan dengannya? Kalau dia berani melawan Dokter Nathan, cepat atau lambat dia akan tamat."Tiara berkata dengan sungguh-sungguh, "Regina, jangan lupa di belakang Andre, masih ada Harel. Apalagi, Harel selalu berselisih dengan keluarga kita."Regina mendengus dingin. "Kalau Harel pintar, dia nggak akan melawan kita hanya demi Andre."Nathan tidak melakukan apa pun sepanjang pagi itu.Setelah menjadi wakil kepala rumah sakit, dia tidak lagi sibuk seperti saat menjadi dokter jaga.Regina dan Tiara memberinya kebebasan.Kecuali rumah sakit menghadapi kasus besar yang bahkan Tiara pun kesulitan untuk menanganinya.Meski Nathan termasuk salah satu dokter yang punya kemampuan tinggi di Rumah Sakit Perdana, dia hanya perlu mengambil tindakan dalam si
Mendadak keheningan melanda keduanya.Setelah hening beberapa lama, Emilia tak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Nathan, apa kamu masih benci sama aku sampai sekarang?"Nathan tertawa dan berkata, "Bu Emilia, kamu sudah terlalu banyak berpikir. Mengapa aku harus benci padamu? Aku senang kamu bisa menikah dengan putra keluarga kaya."Emilia tampak bingung dan bergumam, "Tapi entah apa yang terjadi pada diriku. Edward sudah kembali dan dia juga melamarku, tapi aku sama sekali nggak merasa senang."Emilia berkata dengan cuek, "Itu masalah Bu Emilia sendiri dan nggak ada hubungannya denganku.""Apa kamu sekarang bahkan nggak bisa dengar aku bicara?" kata Emilia dengan kesal.Nathan menatap Emilia dengan dingin hingga wanita itu menghindari tatapannya karena takut. Kemudian, Nathan pun berkata dengan nada datar, "Emilia, aku yang dulu sudah terlalu banyak mendengarkanmu, baik di saat kamu senang ataupun nggak senang. Aku selalu menemanimu dalam diam.""Tapi pada akhirnya kamu lebih memili
Lantaran sudah punya mobil sendiri, Nathan juga tidak akan merepotkan Emilia lagi.Setelah masuk ke dalam mobil, Nathan menginjak pedal gas dan langsung menuju ke Departemen Proyek Gluton.Emilia menatap mobil Porsche yang dengan cepat menghilang dari pandangannya. Saking kesalnya, dia sampai menghentakkan kaki.Setelah mereka putus, Nathan makin tidak peduli dengannya.Nathan kini mengendarai mobil mewah. Pria itu juga dipromosikan sebagai wakil kepala Rumah Sakit Perdana. Bima Nugroho, orang paling kaya di Beluno, juga menyukainya. Dia mempercayakan tugas-tugas penting dan memberikan posisi pimpinan departemen Grup Nugroho pada Nathan ....Jika status-status itu digabung semuanya, Nathan sepertinya juga tidak jauh berbeda dengan Emilia, CEO Grup Sebastian."Apa aku sungguh sudah salah menilai Nathan?"Suasana hati Emilia terasa rumit. Dia bergumam pada dirinya sendiri.Namun tak lama kemudian, dia merasa dirinya sudah berpikir terlalu jauh.Segala yang dimiliki Nathan sekarang dipero
Nathan berkata dengan nada datar, "Aku hanya nggak ingin orang-orang nggak berguna ikut campur dalam kerja sama kita. Bu Emilia, jangan lupa bahwa setengah dari kekuatan pengambilan keputusan proyek ini masih ada di tanganku."Tamara dan Ken sangat kesal, tetapi mereka tidak berani mengatakan apa-apa. Keduanya hanya bisa memendam amarah dalam hati.Tamara dan Ken tentu ingin mengandalkan Emilia yang cakap untuk menghasilkan uang dari proyek tersebut.Namun jika Nathan tidak setuju, mereka terpaksa harus meninggalkan tempat itu dengan patuh.Emilia berkata dengan serius, "Jangan khawatir, Pak Nathan. Ibu dan adikku nggak akan menyalahgunakan proyek Gluton. Aku pasti akan memisahkan masalah kerjaan dengan masalah pribadi!""Tapi pemikiran dan sikap Pak Nathan sungguh mengagumkan."Selesai berbicara, Emilia pun berjalan memasuki kantor proyek sambil memasang ekspresi dingin.Tamara tersenyum bangga dan berkata, "Nathan, Emilia adalah putriku kesayanganku dan dia juga kakak kandungnya Ken.
Pak Henry yang duduk bersandar di sofa tersenyum sinis. "Memandang kamu itu adiknya Bu Emilia, aku nggak akan perhitungan denganmu.""Tapi anak muda, aku ingin menasihatimu. Jangan menilai orang dari penampilannya. Kamu kira dari mana datangnya kepercayaan diriku untuk bersikap sombong seperti ini?"Tamara membela putranya. "Bukankah hanya seorang CEO kaya baru? Apa hebatnya?"Pak Henry mendengus dingin. "Wanita tua, kamu juga suka memandang rendah orang lain, 'kan? Haha. Kamu bisa tanyakan kehebatanku pada Bu Emilia.""Tanpa aku, proyek Gluton kalian nggak mungkin bisa berhasil."Tamara dan Ken dipenuhi dengan kebencian. Mereka sangat tidak puas.Sebelum menunggu keduanya berbicara, Emilia sudah menegurnya. "Bu, kalian sungguh ingin mengacaukan masalah?""Untuk proyek Gluton, hanya Grup Makarim yang punya material berkualitas terjamin. Atau apa kalian bisa mencari pemasok material baru untukku?"Tamara dan putranya tidak berani berbicara lagi. Mereka hanya berdiri di samping dengan ke
"Pak Henry, apa kamu nggak merasa permintaanmu terlalu banyak?"Emilia mengucapkan kata-kata itu sambil menggertakkan giginya.Henry ini benar-benar menguji batas kesabarannya.Pak Henry tersenyum dan berkata dengan tenang, "Bu Emilia, jangan marah dulu. Dengarkan aku. Wanita cantik sepertimu akan segera menjadi wanita Tuan Edward. Jujur saja, aku merasa nggak enak.""Apa di antara kalian ada yang bisa membayangkan bagaimana rasanya merindukan sesuatu, tapi nggak bisa mendapatkannya? Hanya bisa memandangnya, tapi nggak bisa menikmati rasanya?"Ken berkata dengan nada tidak sabar, "Pak Henry, langsung katakan saja apa yang kamu inginkan. Jangan omong kosong. Kecuali Tuan Edward, nggak ada pria lain yang pantas untuk kakakku.""Aku juga berpikir demikian. Bu Emilia dan Tuan Edward itu pasangan serasi!" ucap Pak Henry sambil tertawa."Jadi, aku nggak berani minta yang lain lagi. Aku hanya punya satu permintaan kecil. Aku ingin Bu Emilia menyilangkan tangan untuk bertukar gelas dan minum a
Emilia hanya merasakan perasaan tidak berdaya dalam hatinya.Saat menghadapi gangster seperti itu, identitasnya sebagai CEO Grup Sebastian juga tidak akan berguna.Namun, jika meminta Emilia langsung menelepon Edward, dia juga tidak mau.Emilia tidak ingin membuat dirinya tampak tidak berguna dan terus-terusan meminta bantuan Tuan Edward dalam segala hal.Namun, ibu dan adiknya dipukul di hadapannya. Apalagi, kerja sama mereka juga tidak berhasil.Bisa dikatakan, Grup Sebastian sudah kehilangan segalanya, tetapi tidak mendapatkan hal yang baik.Tepat di saat Pak Henry sampai di depan pintu.Nathan yang dari tadi tidak berbicara pun menghentikannya."Pak Henry memukul orang dan pergi begitu saja, bukankah ini keterlaluan?"Pak Henry mendongak dan berkata dengan bibir mengerucut, "Dari mana asal bajingan ini? Kalau nggak mau mati, aku sarankan sebaiknya kamu keluar saja dari sini."Nathan berkata dengan nada datar, "Aku orang yang bertanggung jawab dalam proyek ini. Kamu boleh nggak beke
"Tapi ...."Tepat di saat Nathan bersiap melanjutkan kata-katanya, Emilia refleks menyela dan berkata, "Tapi di saat semua orang memasang ekspresi gugup.""Hanya Pak Yosef yang terlihat santai, bahkan acuh tak acuh. Itu sebabnya, kamu menyadari bahwa kedua mangkuk giok ini sebenarnya palsu.""Kalau mangkuk giok itu asli, Pak Yosef pasti sangat cemas dan panik."Nathan mengangguk dan berkata, "Bu Emilia pintar juga. Benar, itulah alasannya."Perasaan Emilia mendadak terasa kompleks. Nathan memujinya pintar?Bukankah sudah jelas? Dia adalah CEO berbakat dan terkenal di Beluno. Sudah pasti dia pintar.Namun, bagaimana Emilia dan orang lain tidak terpikirkan metode sederhana, tetapi berguna, seperti yang digunakan Nathan barusan?Sepertinya di hadapan Nathan, kepintarannya juga bukanlah hal yang pantas dibanggakan dan juga tidak layak disebut dalam forum kelas atas.Dalam sekejap, misteri terpecahkan dan keraguan semua orang pun lenyap."Hebat! Bisa-bisanya menggunakan metode seperti ini u
Para penonton yang termakan omongan Alice kembali memandang Nathan dengan tatapan curiga.Jika Nathan berbuat curang dan berkomplot dengan bos, itu berarti sifatnya sangat buruk.Namun, Nathan berkata dengan acuh tak acuh, "Aku berterima kasih pada bos, bukan karena dia memberitahuku mengenai informasi mangkuk giok.""Aku bahkan nggak kenal bos ini.""Sebaliknya, aku merasa bos dan Tetua Surya seharusnya saling kenal."Tatapan mata Tetua Surya tampak berapi-api, tetapi dia hanya menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa pun.Jantung Alice berdebar kencang. Apa yang terjadi?Benarkah seperti yang dikatakan Nathan, bos adalah orangnya Tetua Surya?Jika demikian, bukankah itu berarti ucapan Alice barusan hanya omong kosong belaka?Mana mungkin orangnya Tetua Surya bisa membantu Nathan berbuat curang?Monika maju ke depan dan berkata dengan nada tegas, "Pak Yosef, pihak penyelenggara konferensi penilaian barang antik kami punya data informasimu.""Asalmu dari Naroa dan sejauh yang kam
Sebaliknya, Tetua Surya, Alice, dan para pengikut Tetua Surya semuanya tampak putus asa dan marah. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa.Emilia menatap Nathan dengan mulut ternganga. Jadi, pria ini sekali lagi berhasil melawan semua orang dan kembali sebagai pemenang?Jenggot Tetua Surya bergetar. Wajahnya berubah pucat. Dia pun menggeram, "Katakan padaku sekarang, bagaimana kamu bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu?""Atau apa kamu menggunakan trik yang memalukan? Cepat katakan dengan jujur!"Tiara tersenyum sinis. "Nggak berani mengakui kekalahan? Dasar lelaki tua nggak tahu malu!"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Apa metode yang aku gunakan untuk mengidentifikasi begitu penting?""Yang paling penting, aku sudah mengidentifikasinya dengan benar. Jadi, cucuku sayang, kamu kalah dan harus mengakuiku sebagai kakekmu."Semua penonton tampak antusias.Kemenangan Nathan sudah melampaui pemikiran semua orang.Situasi yang tiba-tiba berbalik ini membawa kege
Saat ini, Nathan mendekati Tetua Surya sambil membawa mangkuk batu giok.Tetua Surya mencibir dan berkata, "Sekarang, biarlah aku memberimu pelajaran, Anak Muda!""Aku sudah tahu keaslian dari mangkuk giok ini. Siap-siap saja memanggilku kakek," kata Nathan dengan nada datar.Tetua Surya berkata dengan nada tidak setuju, "Ingin aku memanggilmu kakek? Kalau begitu, kamu harus tunjukkan dulu kemampuanmu yang sebenarnya. Sekarang umumkan jawabanmu.""Nathan, itu asli," teriak Tiara."Lelaki tua itu sedang bermain taktik psikologis denganmu.""Dia pasti akan membiarkanmu memprediksi jawabannya, lalu menghabisimu dengan serangan mendadak. Faktanya, keaslian ataupun kepalsuan barang itu tergantung pada unsur berlawanan."Para ahli yang berada di antara kerumunan pun menyuarakan hal yang sama.Mereka semua pernah bertanding dengan Tetua Surya sebelumnya, jadi mereka tahu lelaki tua ini sangat licik dan punya cara unik dalam mengidentifikasi barang antik.Lantaran yang palsu sudah muncul, jadi
"Nathan, Tetua Surya adalah ahli dalam dunia barang antik. Mana mungkin dia mempersulit junior kecil sepertimu? Bukankah kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Permintaan Tetua Surya sangat masuk akal. Kamu bisa terus mengidentifikasi mangkuk giok yang satu lagi, atau kalau nggak, kamu harus mengakui kekalahanmu.""Nathan, kita nggak perlu bermain dengan bajingan nggak tahu malu seperti ini lagi. Ayo pergi," seru Tiara.Nathan menepuk bahu gadis itu dan berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Tiara. Aku mau dia memanggilku kakek hari ini."Tiara khawatir Nathan dirugikan. "Nathan, kamu nggak perlu seperti itu.""Tenang saja. Aku punya batasan," ucap Nathan.Nathan menghadap semua orang, lalu mengangkat mangkuk batu giok yang tersisa, sambil berkata dengan suara keras, "Sekarang, semua orang harus bersaksi untukku.""Hasil dari taruhan antara Tetua Surya dan aku akan ditentukan dari penilaian terakhir ini.""Kalau aku bisa mengenali keaslian mangkuk giok ini, lelaki t
Orang-orang di sekitar saling berpandangan. Semuanya tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan kelakuan Nathan."Apa yang dilakukan bocah ini? Setelah menghabiskan waktu begitu lama, dia hanya omong kosong dengan bos?""Dia malah bertanya apa bos akan menghargai mangkuk giok senilai puluhan miliar itu? Haha. Dia memang bertanya, tapi kenapa rasanya seperti nggak menanyakan hal penting apa pun?"Bahkan Monika, Tiara, dan juga Dokter Bayu pun dibuat bingung oleh Nathan.Entah apa yang sedang direncanakan Nathan.Tetua Surya berkata dengan tidak sabar, "Nathan, kamu sudah mengulur waktu begitu lama. Sekarang sudah saatnya kamu memberikan jawabanmu, 'kan?"Nathan hanya tertawa dan tidak menghiraukannya.Sebaliknya, dia dengan santai melempar mangkuk giok di tangan kirinya ke atas, seolah sedang bermain-main.Alice berkata dengan marah, "Nathan, apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau rusak? Apa kamu sanggup membayarnya?"Begitu dia selesai bicara, langsung terdengar suara 'prang'. Mangku
Anak buah Tetua Surya mencibir, "Bocah ini sama sekali nggak punya pengetahuan profesional, apalagi pengalaman dalam mengidentifikasi barang antik, tapi masih berani membual di sini.""Anak Muda, jangan buang-buang waktu untuk menebak secara asal lagi. Berlututlah di hadapan Tetua Surya dan akui kekalahanmu. Ini baru sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak muda sepertimu."Tiara berkata dengan marah, "Mereka keterlaluan sekali."Nathan mengangkat dua mangkuk giok itu, lalu tersenyum sambil bertanya, "Nona Monika, dua mangkuk giok ini barang dari konferensi penilaian barang antik, 'kan?"Monika tertegun sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Benar, Tuan Nathan. Kami sudah menetapkan bahwa semua barang antik dan segala sesuatu yang dibawa datang harus berasal dari pedagang di konvensi tersebut."Wanita itu sedikit bingung. Di saat seperti ini, mengapa Tuan Nathan menanyakan hal ini?Nathan berkata dengan suara keras, "Kalau begitu, minta pemilik dari sepasang mangkuk giok ini maju s
Di bawah tatapan semua orang, pengikut Surya pun membawa keluar dua buah porselen yang identik.Dua buah mangkuk giok putih yang dihiasi pola biru dan putih.Wajah Monika tampak serius. Dia langsung mengingatkan, "Tuan Nathan, yang paling sulit dalam penilaian barang antik adalah yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi seperti ini.""Yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi?" tanya Nathan.Monika tampak tidak berdaya. Mengapa Tuan Nathan kelihatannya tidak mengerti apa pun?Namun, matanya yang begitu tajam bahkan bisa menemukan relik guru agung di dalam patung perunggu."Yang dimaksud punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi dalam penilaian barang antik secara khusus merujuk pada dua barang antik yang berbeda, yang satunya asli dan satunya palsu telah mencapai titik di mana mata telanjang nggak akan bisa membedakan keduanya lagi.""Lihatlah dua mangkuk giok ini, apa kamu menemukan perbedaannya? Inilah yang dikatakan punya
Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Masih nggak pantas disebut sebagai ahli. Aku hanya tahu sedikit saja."Monika tidak berani memercayai kata-kata Nathan lagi.Karena dia memercayai perkataan Nathan sebelumnya, dia baru berani mengajak Nathan dan Tiara pergi memilih koleksi dan memamerkan pengetahuannya tentang barang antik.Setelah dipikir lagi sekarang, Monika merasa canggung.Bukankah itu seperti memamerkan kemampuan di hadapan seorang ahli?Di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.Wajah Tetua Surya langsung berubah gelap. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku nggak percaya dengan ahli dari Beluno. Bawa kemari. Aku harus memeriksanya sendiri."Dokter Bayu menepis tangannya dan berkata, "Surya, apa yang kamu inginkan sebenarnya?""Dokter Nathan, biarlah dia memeriksanya. Dengan begitu, dia baru bisa menerima kekalahannya."Barulah Dokter Bayu menyerahkan relik tersebut. Tetua Surya menaruh relik itu di telapak tangannya, lalu memeriksanya berulang kali. Ra