Emilia hanya merasakan perasaan tidak berdaya dalam hatinya.Saat menghadapi gangster seperti itu, identitasnya sebagai CEO Grup Sebastian juga tidak akan berguna.Namun, jika meminta Emilia langsung menelepon Edward, dia juga tidak mau.Emilia tidak ingin membuat dirinya tampak tidak berguna dan terus-terusan meminta bantuan Tuan Edward dalam segala hal.Namun, ibu dan adiknya dipukul di hadapannya. Apalagi, kerja sama mereka juga tidak berhasil.Bisa dikatakan, Grup Sebastian sudah kehilangan segalanya, tetapi tidak mendapatkan hal yang baik.Tepat di saat Pak Henry sampai di depan pintu.Nathan yang dari tadi tidak berbicara pun menghentikannya."Pak Henry memukul orang dan pergi begitu saja, bukankah ini keterlaluan?"Pak Henry mendongak dan berkata dengan bibir mengerucut, "Dari mana asal bajingan ini? Kalau nggak mau mati, aku sarankan sebaiknya kamu keluar saja dari sini."Nathan berkata dengan nada datar, "Aku orang yang bertanggung jawab dalam proyek ini. Kamu boleh nggak beke
Mulut dan hidung Pak Henry langsung menyemburkan darah. Kepalanya terasa berdengung dan pusing. Tamparan Nathan barusan sudah hampir mengambil separuh nyawanya.Diikuti bunyi keras, Nathan menendangnya lagi dan membuat tubuh Pak Henry, yang beratnya lebih dari 100 kg terjatuh ke bawah.Nathan menginjak dada Pak Henry, lalu menatapnya dan berkata, "Pak Henry nggak suka bicara baik-baik, 'kan? Kalau begitu, mari ubah cara kita berbicara.""Sekarang, Pak Henry, apa kamu mau minta maaf dan bayar biaya pengobatan?"Pak Henry menatap Nathan dengan ngeri. Serangkaian pukulan barusan langsung menghilangkan kesombongan dan perilaku mendominasinya."Ja, jangan ... jangan pukul aku lagi. Aku akan minta maaf dan beri kompensasi padamu. Aku akan menuruti perkataanmu!"Pak Henry sudah hampir menangis saat ini.Dia telah berpura-pura hebat selama bertahun-tahun ini dan juga pernah bertemu dengan lawan tangguh.Namun, hanya segelintir yang seperti Nathan, yang mampu mengalahkannya dan membuatnya kemba
Wajah Tamara berubah gelap. Dia pun berkata dengan marah, "Siapa yang memintamu menegakkan keadilan untuk kami? Jangan kira dirimu sangat hebat. Kalau Tuan Edward yang ada di sini, dia masih bisa melakukannya."Ken berkata dengan sok tahu, "Benar sekali. Kalau saja, kakak iparku ada di sini, Pak Henry ini pasti nggak berani macam-macam."Tamara dan Ken sangat tidak senang. Orang yang menginjak mereka malah ditangani oleh Nathan.Bukankah ini membuat mereka tampak sangat tidak berguna?Emilia tidak tahan lagi dan berkata dengan marah, "Bu, bisakah Ibu diam?""Nathan-lah yang membantu kita menegakkan keadilan dalam masalah ini. Jadi, jangan disangkal lagi.""Selain itu, ini semua berkat Nathan, masalah pasokan material Grup Makarim baru bisa terselesaikan dengan sempurna."Berbicara sampai di sini, Emilia menatap Nathan dengan ekspresi rumit. "Nathan, aku nggak peduli kamu menerimanya atau nggak, tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih padamu.""Kalau bukan bantuanmu tadi, ibuku da
"Aku berbaik hati mengingatkanmu. Kalau nggak mau dengar, silakan abaikan saja. Aku paham kamu mungkin nggak bisa menghubungi Tuan Bima. Itu sebabnya, kamu sengaja bilang nggak butuh bantuannya.""Tapi jangan khawatir. Kamu juga sudah menolongku sekali. Kalau Pak Henry datang mencari masalah, meski aku nggak bisa minta bantuan Tuan Bima untuk mewakilimu berbicara, aku juga akan membelamu."Nathan terkekeh. "Nggak perlu. Lebih baik kamu urus masalah Grup Sebastian kalian saja."Tamara mendengus dingin. "Grup Sebastian kami kian berkembang pesat, masalah apa yang mungkin terjadi? Jangan sembarangan membuat rumor."Nathan tersenyum sinis dan berkata, "Kudengar putra sulung Keluarga Hitam terlilit utang dan nggak mampu menghidupi dirinya sendiri lagi. Aku khawatir investasi Grup Sebastian akan sia-sia. Kalau aku jadi kamu, aku akan segera mengambil kembali uang itu sekarang dan berusaha meminimalkan kerugian."Tamara sama sekali tidak memercayainya. "Omong kosong! Nathan, bilang saja kamu
Waldi berkata dengan ekspresi dingin, "Master Satya, jujur saja, orang yang menargetkan titik fatal putraku adalah bocah bernama Nathan."Master Satya mengerutkan kening dan berkata, "Seorang bocah? Mustahil.""Mana mungkin bocah yang masih muda bisa mempraktikkan teknik penekanan titik akupunktur dan penyegelan meridian hingga bisa membuat kondisi putramu separah ini?"Waldi berkata dengan getir, "Master mungkin nggak percaya dengan apa yang aku katakan. Titik fatal putraku memang ditekan oleh bocah bernama Nathan itu.""Bocah itu bukan hanya menekan titik fatal putraku, tapi dia juga melumpuhkan salah satu anak buah terampilku. Aku pasti nggak akan melepaskannya begitu saja."Saat ini, Liam menyela dan bertanya, "Tuan Waldi, apa Nathan yang kamu bicarakan ini dokter muda dari Rumah Sakit Perdana?"Waldi agak terkejut. "Benar! Kenapa? Tuan Liam juga mengenalnya?"Wajah Liam berubah gelap. Dia pun berkata dengan nada datar, "Aku tahu. Mana mungkin aku nggak tahu? Saat ini, putri kesaya
"Bukannya aku ingin mengomelimu, tapi kamu sudah membesar-besarkan masalah nggak penting. Dia hanya tokoh kecil. Apa perlu aku yang turun tangan?"Liam mendengus dingin. "Satya, kalau ingin mewarisi Grup Suteja sepenuhnya, aku harus menyingkirkan Regina dulu.""Awalnya, asal aku membunuh Regina dan dengan bantuanmu, aku bisa dengan mudah mengambil alih Grup Suteja.""Tapi Nathan muncul di tengah jalan dan merusak rencanaku. Kalau nggak balas dendam, kelak bagaimana aku bisa mempertahankan harga diriku lagi?"Master Satya mengangguk dan berkata, "Baiklah, aku juga agak penasaran dengan bocah bernama Nathan ini.""Bisa-bisanya dia menetralisasi racun buatanku. Kemampuannya lebih hebat dari Bayu, si pecundang tua itu. Aku juga ingin bertemu dengannya."Liam tampak percaya diri dan berkata sambil tersenyum dingin, "Adik sepupuku terus-terusan melindunginya. Aku kesulitan untuk menyentuh bocah itu.""Tapi begitu Waldi, si bajingan tua berhati hitam itu mengambil tindakan, bocah itu pasti ak
"Bawa pergi!"Begitu perintah itu dilontarkan!Dua anak buah segera maju, lalu menangkap Emilia, dan mencoba menyeretnya pergi.Ken sangat marah dan berkata, "Lepaskan! Siapa kalian? Beraninya kalian menyentuh anggota Keluarga Sebastian?"Tamara juga marah. "Coba saja kalian berani. Asal kalian tahu, putriku ini tunangannya putra sulung Keluarga Halim. Kamu yakin kamu berani menyentuhnya?"Pria yang memimpin itu memasang ekspresi datar. Ada aura membunuh yang keluar dari tubuhnya."Memangnya kenapa kalau aku menyentuh Keluarga Sebastian kalian? Di Beluno ini, jangankan keluarga kecil seperti Keluarga Sebastian kalian, bahkan orang-orang dari keluarga bangsawan pun sudah banyak yang tewas di tanganku.""Kalau nggak mau mati, enyahlah dari sini. Kalau nggak, aku juga nggak keberatan membunuh kalian sekarang."Temperamen dingin dan suram itu membuat anggota Keluarga Sebastian ketakutan setengah mati.Ken masih tidak percaya dan berkata dengan marah, "Kamu kira aku bakal takut? Ayo, bertin
Tentu saja dia tahu orang seperti apa Waldi itu.Namun permasalahannya sekarang, dia masih berutang ratusan miliar pada Waldi. Jadi, dia tidak punya hak untuk menantang penguasa bawah tanah Hessen itu."Bibi, jangan khawatir. Aku akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Waldi, si bajingan tua ini, berani menyentuh Emilia. Aku pasti akan membuatnya membayar harga mahal!"Meski Edward takut, putra sulung Keluarga Halim masih mempertahankan nada sombong, seolah-olah dia tidak menganggap serius Waldi sama sekali.Tamara tersenyum dan berkata, "Sudah kuduga. Edward, asal kamu mengambil tindakan, meski Waldi si bajingan tua itu penguasa bawah tanah Hessen, dia juga harus melepaskan Emilia dengan patuh."Edward kembali meyakinkannya. "Bibi, kamu tenang saja. Waldi masih harus memberi muka kepada Keluarga Halim kami."Begitu panggilan telepon berakhir.Wajah Edward langsung berubah cemas, bagaikan semut di wajan panas. Sikap sombongnya barusan lenyap dalam seketika."Waldi, Emilia it
"Tapi ...."Tepat di saat Nathan bersiap melanjutkan kata-katanya, Emilia refleks menyela dan berkata, "Tapi di saat semua orang memasang ekspresi gugup.""Hanya Pak Yosef yang terlihat santai, bahkan acuh tak acuh. Itu sebabnya, kamu menyadari bahwa kedua mangkuk giok ini sebenarnya palsu.""Kalau mangkuk giok itu asli, Pak Yosef pasti sangat cemas dan panik."Nathan mengangguk dan berkata, "Bu Emilia pintar juga. Benar, itulah alasannya."Perasaan Emilia mendadak terasa kompleks. Nathan memujinya pintar?Bukankah sudah jelas? Dia adalah CEO berbakat dan terkenal di Beluno. Sudah pasti dia pintar.Namun, bagaimana Emilia dan orang lain tidak terpikirkan metode sederhana, tetapi berguna, seperti yang digunakan Nathan barusan?Sepertinya di hadapan Nathan, kepintarannya juga bukanlah hal yang pantas dibanggakan dan juga tidak layak disebut dalam forum kelas atas.Dalam sekejap, misteri terpecahkan dan keraguan semua orang pun lenyap."Hebat! Bisa-bisanya menggunakan metode seperti ini u
Para penonton yang termakan omongan Alice kembali memandang Nathan dengan tatapan curiga.Jika Nathan berbuat curang dan berkomplot dengan bos, itu berarti sifatnya sangat buruk.Namun, Nathan berkata dengan acuh tak acuh, "Aku berterima kasih pada bos, bukan karena dia memberitahuku mengenai informasi mangkuk giok.""Aku bahkan nggak kenal bos ini.""Sebaliknya, aku merasa bos dan Tetua Surya seharusnya saling kenal."Tatapan mata Tetua Surya tampak berapi-api, tetapi dia hanya menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa pun.Jantung Alice berdebar kencang. Apa yang terjadi?Benarkah seperti yang dikatakan Nathan, bos adalah orangnya Tetua Surya?Jika demikian, bukankah itu berarti ucapan Alice barusan hanya omong kosong belaka?Mana mungkin orangnya Tetua Surya bisa membantu Nathan berbuat curang?Monika maju ke depan dan berkata dengan nada tegas, "Pak Yosef, pihak penyelenggara konferensi penilaian barang antik kami punya data informasimu.""Asalmu dari Naroa dan sejauh yang kam
Sebaliknya, Tetua Surya, Alice, dan para pengikut Tetua Surya semuanya tampak putus asa dan marah. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa.Emilia menatap Nathan dengan mulut ternganga. Jadi, pria ini sekali lagi berhasil melawan semua orang dan kembali sebagai pemenang?Jenggot Tetua Surya bergetar. Wajahnya berubah pucat. Dia pun menggeram, "Katakan padaku sekarang, bagaimana kamu bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu?""Atau apa kamu menggunakan trik yang memalukan? Cepat katakan dengan jujur!"Tiara tersenyum sinis. "Nggak berani mengakui kekalahan? Dasar lelaki tua nggak tahu malu!"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Apa metode yang aku gunakan untuk mengidentifikasi begitu penting?""Yang paling penting, aku sudah mengidentifikasinya dengan benar. Jadi, cucuku sayang, kamu kalah dan harus mengakuiku sebagai kakekmu."Semua penonton tampak antusias.Kemenangan Nathan sudah melampaui pemikiran semua orang.Situasi yang tiba-tiba berbalik ini membawa kege
Saat ini, Nathan mendekati Tetua Surya sambil membawa mangkuk batu giok.Tetua Surya mencibir dan berkata, "Sekarang, biarlah aku memberimu pelajaran, Anak Muda!""Aku sudah tahu keaslian dari mangkuk giok ini. Siap-siap saja memanggilku kakek," kata Nathan dengan nada datar.Tetua Surya berkata dengan nada tidak setuju, "Ingin aku memanggilmu kakek? Kalau begitu, kamu harus tunjukkan dulu kemampuanmu yang sebenarnya. Sekarang umumkan jawabanmu.""Nathan, itu asli," teriak Tiara."Lelaki tua itu sedang bermain taktik psikologis denganmu.""Dia pasti akan membiarkanmu memprediksi jawabannya, lalu menghabisimu dengan serangan mendadak. Faktanya, keaslian ataupun kepalsuan barang itu tergantung pada unsur berlawanan."Para ahli yang berada di antara kerumunan pun menyuarakan hal yang sama.Mereka semua pernah bertanding dengan Tetua Surya sebelumnya, jadi mereka tahu lelaki tua ini sangat licik dan punya cara unik dalam mengidentifikasi barang antik.Lantaran yang palsu sudah muncul, jadi
"Nathan, Tetua Surya adalah ahli dalam dunia barang antik. Mana mungkin dia mempersulit junior kecil sepertimu? Bukankah kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Permintaan Tetua Surya sangat masuk akal. Kamu bisa terus mengidentifikasi mangkuk giok yang satu lagi, atau kalau nggak, kamu harus mengakui kekalahanmu.""Nathan, kita nggak perlu bermain dengan bajingan nggak tahu malu seperti ini lagi. Ayo pergi," seru Tiara.Nathan menepuk bahu gadis itu dan berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Tiara. Aku mau dia memanggilku kakek hari ini."Tiara khawatir Nathan dirugikan. "Nathan, kamu nggak perlu seperti itu.""Tenang saja. Aku punya batasan," ucap Nathan.Nathan menghadap semua orang, lalu mengangkat mangkuk batu giok yang tersisa, sambil berkata dengan suara keras, "Sekarang, semua orang harus bersaksi untukku.""Hasil dari taruhan antara Tetua Surya dan aku akan ditentukan dari penilaian terakhir ini.""Kalau aku bisa mengenali keaslian mangkuk giok ini, lelaki t
Orang-orang di sekitar saling berpandangan. Semuanya tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan kelakuan Nathan."Apa yang dilakukan bocah ini? Setelah menghabiskan waktu begitu lama, dia hanya omong kosong dengan bos?""Dia malah bertanya apa bos akan menghargai mangkuk giok senilai puluhan miliar itu? Haha. Dia memang bertanya, tapi kenapa rasanya seperti nggak menanyakan hal penting apa pun?"Bahkan Monika, Tiara, dan juga Dokter Bayu pun dibuat bingung oleh Nathan.Entah apa yang sedang direncanakan Nathan.Tetua Surya berkata dengan tidak sabar, "Nathan, kamu sudah mengulur waktu begitu lama. Sekarang sudah saatnya kamu memberikan jawabanmu, 'kan?"Nathan hanya tertawa dan tidak menghiraukannya.Sebaliknya, dia dengan santai melempar mangkuk giok di tangan kirinya ke atas, seolah sedang bermain-main.Alice berkata dengan marah, "Nathan, apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau rusak? Apa kamu sanggup membayarnya?"Begitu dia selesai bicara, langsung terdengar suara 'prang'. Mangku
Anak buah Tetua Surya mencibir, "Bocah ini sama sekali nggak punya pengetahuan profesional, apalagi pengalaman dalam mengidentifikasi barang antik, tapi masih berani membual di sini.""Anak Muda, jangan buang-buang waktu untuk menebak secara asal lagi. Berlututlah di hadapan Tetua Surya dan akui kekalahanmu. Ini baru sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak muda sepertimu."Tiara berkata dengan marah, "Mereka keterlaluan sekali."Nathan mengangkat dua mangkuk giok itu, lalu tersenyum sambil bertanya, "Nona Monika, dua mangkuk giok ini barang dari konferensi penilaian barang antik, 'kan?"Monika tertegun sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Benar, Tuan Nathan. Kami sudah menetapkan bahwa semua barang antik dan segala sesuatu yang dibawa datang harus berasal dari pedagang di konvensi tersebut."Wanita itu sedikit bingung. Di saat seperti ini, mengapa Tuan Nathan menanyakan hal ini?Nathan berkata dengan suara keras, "Kalau begitu, minta pemilik dari sepasang mangkuk giok ini maju s
Di bawah tatapan semua orang, pengikut Surya pun membawa keluar dua buah porselen yang identik.Dua buah mangkuk giok putih yang dihiasi pola biru dan putih.Wajah Monika tampak serius. Dia langsung mengingatkan, "Tuan Nathan, yang paling sulit dalam penilaian barang antik adalah yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi seperti ini.""Yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi?" tanya Nathan.Monika tampak tidak berdaya. Mengapa Tuan Nathan kelihatannya tidak mengerti apa pun?Namun, matanya yang begitu tajam bahkan bisa menemukan relik guru agung di dalam patung perunggu."Yang dimaksud punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi dalam penilaian barang antik secara khusus merujuk pada dua barang antik yang berbeda, yang satunya asli dan satunya palsu telah mencapai titik di mana mata telanjang nggak akan bisa membedakan keduanya lagi.""Lihatlah dua mangkuk giok ini, apa kamu menemukan perbedaannya? Inilah yang dikatakan punya
Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Masih nggak pantas disebut sebagai ahli. Aku hanya tahu sedikit saja."Monika tidak berani memercayai kata-kata Nathan lagi.Karena dia memercayai perkataan Nathan sebelumnya, dia baru berani mengajak Nathan dan Tiara pergi memilih koleksi dan memamerkan pengetahuannya tentang barang antik.Setelah dipikir lagi sekarang, Monika merasa canggung.Bukankah itu seperti memamerkan kemampuan di hadapan seorang ahli?Di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.Wajah Tetua Surya langsung berubah gelap. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku nggak percaya dengan ahli dari Beluno. Bawa kemari. Aku harus memeriksanya sendiri."Dokter Bayu menepis tangannya dan berkata, "Surya, apa yang kamu inginkan sebenarnya?""Dokter Nathan, biarlah dia memeriksanya. Dengan begitu, dia baru bisa menerima kekalahannya."Barulah Dokter Bayu menyerahkan relik tersebut. Tetua Surya menaruh relik itu di telapak tangannya, lalu memeriksanya berulang kali. Ra