"Ya, kamu harus menikah denganku. Agar kamu bisa membesarkan putri kita bersama-sama," jawab Bertrand.
Rasa cinta, rasa kasihan dan juga ingin melindungi campur aduk menjadi satu. Rasanya Bertrand tidak ingin kehilangan Hana begitu saja, dia akan mencoba untuk mendapatkan wanita itu."No! Aku tidak mau menikah dengan kamu," ujar Hana.Hana belum mengenal Bertrand, bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan pria itu. Bara yang dia kenal dalam waktu yang lama saja bisa menghianati dirinya, lalu apa kabarnya dengan Bertrand, pikir Hana.Bisa saja Bertrand nantinya akan memperdaya dirinya, pria itu akan berdalih di balik nama putrinya. Nyatanya, Bertrand bisa saja ingin menyakiti dirinya."Aku sih gampang aja, kalau kamu nggak mau nikah sama aku, itu artinya kamu akan kehilangan hak asuh Hani."Hana langsung memelototkan matanya, mana mungkin dia ingin kehilangan putri satu-satunya. Walaupun ternyata Hani terlahir karena perbuatan BarHari ini Bertrand terlihat bekerja dengan begitu bersemangat, karena sebentar lagi ibu dan juga putrinya pasti akan datang. Dengan kedatangan putrinya, sudah pasti dia bisa melepas rindu dengan putrinya tersebut. Selain itu, dia akan bisa lebih dekat dengan Hana. Wanita yang mampu membuat dirinya jatuh hati dalam waktu sekejap mata, padahal awalnya dia merasa benci kepada Hana."Akhirnya pekerjaanku selesai juga," ujar Bertrand sambil meregangkan otot-otot lelahnya.Pria itu merapikan meja kerjanya, lalu dia dengan cepat pergi dari sana. Dia ingin segera datang ke rumah dan menyiapkan kamar untuk ibunya dan juga putri cantiknya."Ah! Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mom dan juga bertemu dengan Hani," ujar Bertrand.Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, pria itu terlihat begitu ceria. Bahkan, pria itu terus saja bersiul karena saking senangnya."Loh! Kok rame banget?"Bertrand nampak turun dari mobilnya, tetapi
Selepas makan malam, Bertrand menemani putrinya di dalam kamar yang sudah disiapkan khusus oleh Helma. Bayi berusia tujuh bulan itu nampak begitu lucu dan juga menggemaskan, dia tersenyum sambil memainkan kedua kakinya.Padahal di dalam ranjang khusus baby yang berukuran besar itu begitu banyak mainan dan juga boneka. Namun, Hani malah begitu asik menatap Bertrand sambil memainkan kedua kakinya."Dadada, dududu. Papapa, dadada." Hani nampak berceloteh, Bertrand dengan cepat memvideokannya dan mengirimkan video tersebut kepada Hana."Lucunya putri Papa, bikin Papa makin sayang." Bertrand mengecup pipi gembil Hani. Dia bahkan langsung naik ke atas ranjang itu dan merebahkan tubuhnya di samping putrinya.Hani yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bertrand nampak tertawa lepas, Bertrand semakin senang dan mengusakkan hidungnya pada lengan putrinya itu."Papapa," celoteh Hani lagi sambil membalikkan tubuhnya.Hani nampak merangk
Hana terlihat begitu bahagia sekali, walaupun dia belum melakukan tes DNA, tetapi dia sangat yakin jika bayi lucu yang dia dekap adalah putri kandungnya yang telah dibuang oleh Bara.Bahkan, Hana yakin "Mama rindu, Sayang. Kamu cantik banget, kamu gembil banget." Hana menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Hani.Hani terlihat begitu sehat sekali, pipinya gembil dan badannya terlihat begitu sehat. Hana sangat yakin jika Bertrand dan juga Helma pasti mengurus Hani dengan penuh cinta dan penuh kasih sayang."Mamamama," celoteh Hani.Hana seakan mendengar kalau Hani memanggil dirinya dengan sebutan mama, dia langsung mengecupi pipi gembil putrinya dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya."Kenapa malah menangis? Gak senang ketemu anak kita?" tanya Bertrand sambil mengelusi punggung Hana dengan lembut.Hana langsung menatap tangan Bertrand dengan tajam, dia merasa kalau pria itu keterlaluan karena melakukan hal se
Padahal Hana sudah bertemu dengan putri cantiknya, tetapi malam ini justru dia tidak bisa tidur dengan pulas. Karena dia merasa tidak sabar untuk kembali bertemu dengan putri cantiknya.Hana begitu gelisah, sebentar terbangun dan sebentar tidur. Tidak tenang dan kalau saja boleh, rasanya Hana ingin tidur bersama dengan Hani walaupun harus menginap di rumah Bertrand.Namun, hal itu rasanya tidak mungkin. Karena ibunda dari Bertrand menurutnya sangatlah mempersulit dirinya, padahal dia adalah ibu kandung dari Hani, tetapi dia yang malah harus diwaspadai oleh wanita itu."Aku harus segera menemui Hani, anak itu pasti sudah diberi makan karena usianya sudah tujuh bulan. Aku akan membuatkan makanan untuk dia,'' ujar Hana.Pagi sudah menjelang, Hana baru saja menyelesaikan kewajibannya terhadap Sang Khalik. Dengan cepat dia menuju dapur dan mencari bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin.Tentunya dia ke dapur sambil membawa ponsel mil
Di malam yang begitu gelap dengan awan hitam yang begitu menggumpal tebal, angin bahkan terasa berhembus dengan kencang. Seperti akan ada hujan dengan gemuruh yang kencang.Di balik jeruji besi yang begitu dingin dan menyeramkan, terasa lebih membuat Bara ketakutan dari pada sekedar bertemu dengan mahkluk halus.Pria itu meringkuk seperti seorang pesakitan, pria itu sudah resmi menyandang sebagai tahanan dengan hukuman penjara selama dua puluh tahun.Pria itu terkena pasal berlapis, hukuman perdagangan manusia dan juga percobaan pembunuhan berencana terhadap Hana dan juga Hani.Pria itu sempat marah ketika mendengar keputusan tersebut, tetapi sayangnya dia tidak bisa melayangkan protesnya sama sekali. Dia bahkan tidak bisa membela diri, karena buktinya sudah jelas dan nyata. Bram yang merupakan pengacara dari Hana, dengan mudah memenjarakan Bara dan juga Hesti."Ini seharusnya tak boleh terjadi, aku tak boleh ada di dalam penjara. Aku harus berusaha untuk kabur," gumam Bara.Bayangan
Sudah tiga bulan Hana melakukan hal yang sama, selalu saja berusaha untuk dekat dengan Hani. Dia juga selalu berusaha untuk mengambil hati Helma, agar wanita itu mau mengizinkan dirinya untuk membawa Hani pulang.Sayangnya, Helma begitu teguh pendirian. wanita itu tidak pernah memberi izin walaupun hanya untuk membawa Hani sebentar saja. Padahal, Hana ingin mempunyai waktu berkualitas bersama dengan putrinya tanpa diawasi.Namun, Helma selalu berkata nanti setelah menikah dengan Bertrand, barulah Hana boleh tinggal satu atap dengan Hani. Itu pun di kediaman Alexander, bukan di kediaman Aditama.Tentunya hal yang membuat Hana merasa resah, Helma selalu saja berulang kali mengatakan hal yang membuat dia takut tidak akan bisa memiliki Hani."Tentunya kamu akan menjadi istri Bertrand, kalau kamu bisa membuat hatiku luluh dengan ketulusan kamu."Itulah hal yang selalu membuat Hana sedih, karena selama dia mendekatkan diri kepada Helma, wanita itu seakan tidak pernah membuka diri untuknya.
Hana merasa begitu kesal sekali karena Bertrand dengan berani mencium bibirnya, padahal walaupun dia setuju untuk menikah dengan pria itu, tetap saja hal itu tidak boleh dilakukan. Hana juga merasa kesal kepada dirinya sendiri, karena begitu syok wanita itu tidak melakukan apa pun. Dia malah hanya terdiam sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh Bertrand."Aku tidak messum, aku berkata yang sesungguhnya. Aku masih sangat ingat kalau dulu aku menyentuh kamu, aku masih sangat ingat kalau aku dulu mencium bibir ini. Rasanya--""Stop! Jangan bicara lagi, gak guna juga ngurusin gituan. Mending aku pulang aja, kamu tuh nyebelin banget!" Hana yang kesal langsung mendorong dada Bertrand, setelah itu dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kediaman Alexander. Rasanya berlama-lama berada di sana juga dirasa percuma, karena Hani kini sedang bersama dengan Helma. Keduanya pasti akan pergi dalam waktu yang lama, karena mereka pergi untuk keliling komplek.Namun, saat dia keluar dari pint
Hani benar-benar merasa kesal kepada Bertrand, dia memang bisa tidur bersama dengan Hani, tetapi pria itu juga memaksa ingin tidur di kamar putri mereka. Walaupun Bertrand adalah ayah biologis dari Hani, tetapi tidak pantas rasanya untuk mereka tidur di dalam kamar yang sama bersama dengan putri mereka. "Kamu tuh gak boleh tidur satu kamar dengan aku, karena kita belum menikah." Bertrand yang melihat Hana melarang dirinya untuk tidur di sana malah tersenyum, lalu dia menjawil dagu Hana. Hana merasa tidak suka dengan apa yang dia lakukan oleh Bertrand, lalu dia menepis kasar tangan pria itu. "Gak usah macam-macam!" ujar Hana. "Aih! Kamu tuh marah-marah terus, hilang nanti cantiknya. Lagian aku tuh bukan mau tidur satu kamar dengan kamu, tapi mau tidur satu kamar dengan Hani. Geer," ujar Bertrand. Padahal, tentu saja dia ingin tidur satu kamar dengan Hana. Ini adalah kesempatan emas bagi dirinya, rasanya tidak perlu disia-siakan. Hani hanyalah dia jadikan sebagai alasan.