Hana terlihat begitu bahagia sekali, walaupun dia belum melakukan tes DNA, tetapi dia sangat yakin jika bayi lucu yang dia dekap adalah putri kandungnya yang telah dibuang oleh Bara.
Bahkan, Hana yakin"Mama rindu, Sayang. Kamu cantik banget, kamu gembil banget." Hana menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Hani.Hani terlihat begitu sehat sekali, pipinya gembil dan badannya terlihat begitu sehat. Hana sangat yakin jika Bertrand dan juga Helma pasti mengurus Hani dengan penuh cinta dan penuh kasih sayang."Mamamama," celoteh Hani.Hana seakan mendengar kalau Hani memanggil dirinya dengan sebutan mama, dia langsung mengecupi pipi gembil putrinya dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya."Kenapa malah menangis? Gak senang ketemu anak kita?" tanya Bertrand sambil mengelusi punggung Hana dengan lembut.Hana langsung menatap tangan Bertrand dengan tajam, dia merasa kalau pria itu keterlaluan karena melakukan hal sePadahal Hana sudah bertemu dengan putri cantiknya, tetapi malam ini justru dia tidak bisa tidur dengan pulas. Karena dia merasa tidak sabar untuk kembali bertemu dengan putri cantiknya.Hana begitu gelisah, sebentar terbangun dan sebentar tidur. Tidak tenang dan kalau saja boleh, rasanya Hana ingin tidur bersama dengan Hani walaupun harus menginap di rumah Bertrand.Namun, hal itu rasanya tidak mungkin. Karena ibunda dari Bertrand menurutnya sangatlah mempersulit dirinya, padahal dia adalah ibu kandung dari Hani, tetapi dia yang malah harus diwaspadai oleh wanita itu."Aku harus segera menemui Hani, anak itu pasti sudah diberi makan karena usianya sudah tujuh bulan. Aku akan membuatkan makanan untuk dia,'' ujar Hana.Pagi sudah menjelang, Hana baru saja menyelesaikan kewajibannya terhadap Sang Khalik. Dengan cepat dia menuju dapur dan mencari bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin.Tentunya dia ke dapur sambil membawa ponsel mil
Di malam yang begitu gelap dengan awan hitam yang begitu menggumpal tebal, angin bahkan terasa berhembus dengan kencang. Seperti akan ada hujan dengan gemuruh yang kencang.Di balik jeruji besi yang begitu dingin dan menyeramkan, terasa lebih membuat Bara ketakutan dari pada sekedar bertemu dengan mahkluk halus.Pria itu meringkuk seperti seorang pesakitan, pria itu sudah resmi menyandang sebagai tahanan dengan hukuman penjara selama dua puluh tahun.Pria itu terkena pasal berlapis, hukuman perdagangan manusia dan juga percobaan pembunuhan berencana terhadap Hana dan juga Hani.Pria itu sempat marah ketika mendengar keputusan tersebut, tetapi sayangnya dia tidak bisa melayangkan protesnya sama sekali. Dia bahkan tidak bisa membela diri, karena buktinya sudah jelas dan nyata. Bram yang merupakan pengacara dari Hana, dengan mudah memenjarakan Bara dan juga Hesti."Ini seharusnya tak boleh terjadi, aku tak boleh ada di dalam penjara. Aku harus berusaha untuk kabur," gumam Bara.Bayangan
Sudah tiga bulan Hana melakukan hal yang sama, selalu saja berusaha untuk dekat dengan Hani. Dia juga selalu berusaha untuk mengambil hati Helma, agar wanita itu mau mengizinkan dirinya untuk membawa Hani pulang.Sayangnya, Helma begitu teguh pendirian. wanita itu tidak pernah memberi izin walaupun hanya untuk membawa Hani sebentar saja. Padahal, Hana ingin mempunyai waktu berkualitas bersama dengan putrinya tanpa diawasi.Namun, Helma selalu berkata nanti setelah menikah dengan Bertrand, barulah Hana boleh tinggal satu atap dengan Hani. Itu pun di kediaman Alexander, bukan di kediaman Aditama.Tentunya hal yang membuat Hana merasa resah, Helma selalu saja berulang kali mengatakan hal yang membuat dia takut tidak akan bisa memiliki Hani."Tentunya kamu akan menjadi istri Bertrand, kalau kamu bisa membuat hatiku luluh dengan ketulusan kamu."Itulah hal yang selalu membuat Hana sedih, karena selama dia mendekatkan diri kepada Helma, wanita itu seakan tidak pernah membuka diri untuknya.
Hana merasa begitu kesal sekali karena Bertrand dengan berani mencium bibirnya, padahal walaupun dia setuju untuk menikah dengan pria itu, tetap saja hal itu tidak boleh dilakukan. Hana juga merasa kesal kepada dirinya sendiri, karena begitu syok wanita itu tidak melakukan apa pun. Dia malah hanya terdiam sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh Bertrand."Aku tidak messum, aku berkata yang sesungguhnya. Aku masih sangat ingat kalau dulu aku menyentuh kamu, aku masih sangat ingat kalau aku dulu mencium bibir ini. Rasanya--""Stop! Jangan bicara lagi, gak guna juga ngurusin gituan. Mending aku pulang aja, kamu tuh nyebelin banget!" Hana yang kesal langsung mendorong dada Bertrand, setelah itu dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kediaman Alexander. Rasanya berlama-lama berada di sana juga dirasa percuma, karena Hani kini sedang bersama dengan Helma. Keduanya pasti akan pergi dalam waktu yang lama, karena mereka pergi untuk keliling komplek.Namun, saat dia keluar dari pint
Hani benar-benar merasa kesal kepada Bertrand, dia memang bisa tidur bersama dengan Hani, tetapi pria itu juga memaksa ingin tidur di kamar putri mereka. Walaupun Bertrand adalah ayah biologis dari Hani, tetapi tidak pantas rasanya untuk mereka tidur di dalam kamar yang sama bersama dengan putri mereka. "Kamu tuh gak boleh tidur satu kamar dengan aku, karena kita belum menikah." Bertrand yang melihat Hana melarang dirinya untuk tidur di sana malah tersenyum, lalu dia menjawil dagu Hana. Hana merasa tidak suka dengan apa yang dia lakukan oleh Bertrand, lalu dia menepis kasar tangan pria itu. "Gak usah macam-macam!" ujar Hana. "Aih! Kamu tuh marah-marah terus, hilang nanti cantiknya. Lagian aku tuh bukan mau tidur satu kamar dengan kamu, tapi mau tidur satu kamar dengan Hani. Geer," ujar Bertrand. Padahal, tentu saja dia ingin tidur satu kamar dengan Hana. Ini adalah kesempatan emas bagi dirinya, rasanya tidak perlu disia-siakan. Hani hanyalah dia jadikan sebagai alasan.
Selama Helma sakit, Hana selalu menginap di kediaman Alexander. Dia mengurusi Helma dan juga Hani dengan baik, tentu saja hal itu berdampak baik untuk Hana karena Helma nampak menyayangi wanita itu.Bertrand juga merasa senang, selama Hana di kediamannya, pria itu selalu berusaha untuk mencari cara agar wanita itu bersimpati kepada dirinya.Setelah satu minggu dirawat oleh Hana, Helma telah pulih. Pagi ini Helma, Hana dan juga Bertrand nampak menikmati sarapan paginya dengan tentang. Sedangkan Hani, tentunya sudah sarapan terlebih dahulu dan kini sedang jalan-jalan di taman kompleks dengan pelayan."Kapan kalian menikah?" tanya Helma setelah dia menyelesaikan sarapannya.Uhuk! Uhuk!Hana sampai tersedak karena kaget, biasanya Helma menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Namun, kali ini Helma mengagetkan dirinya karena menanyakan masalah pernikahan."Pelan-pelan makannya, minumlah dulu," ujar Bertrand yang langsung memberikan segelas air putih kepada Hana."Makasih," ujar Hana sete
Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d
Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu