Di satu sisi Bara merasa pangling melihat Hana, karena wanita itu benar-benar terlihat cantik sekali. Penampilannya juga sangat berubah, wanita itu terlihat memakai baju mahal dan juga memakai perhiasan mahal. Padahal, dulu Hana selalu memakai baju sederhana. Dia juga tidak pernah memakai perhiasan, karena wanita itu berkata tidak betah kalau memakai perhiasan.Nyatanya, dulu Hana selalu memakai pakaian sederhana karena menghargai Bara sebagai suaminya. Dia tidak mau kalau Bara merasa rendah diri kala berdampingan dengan dirinya."Mas cepat katakan mau apa? Kenapa tadi terlihat begitu marah? Apa ada hal penting yang ingin kamu sampaikan kepadaku?"''Tentu saja ada, kamu tidak bisa membuangku begitu saja walaupun kamu mengatakan sudah menceraikan aku. Karena walau bagaimanapun juga perusahaan ini sudah kamu percayakan kepadaku," ujar Bara."Hanya aku percayakan, bukan berarti aku berikan kepada kamu."Bara menyeringai, dia masih mengira kalau perusahaan tersebut masih atas nama diriny
Hana memperhatikan Bara yang berteriak-teriak memaki dirinya bersama dengan Hesti, hingga kedua manusia itu masuk ke dalam mobil dan suaranya pun ikut menghilang. Setelah kedua manusia itu tak ada, pertahanan Hana akhirnya runtuh juga, wanita itu menangis karena mengalami luka yang begitu dalam. Kalau dikhianati saja mungkin dia masih bisa menahan rasa sakitnya.Namun, masalahnya Bara dengan teganya menjual dirinya dan juga membuang Hani. Hana merasa jika Bara dan juga Hesti merupakan sepasang iblis berbentuk manusia. "Ya Tuhan! Semoga saja aku bisa secepatnya menemukan Hani," ujar Hana sambil terisak.Hana terlihat hendak mengusap air matanya, tetapi ada orang yang menyodorkan tisu kepada dirinya. Hana langsung menolehkan wajahnya ke arah orang tersebut, ternyata yang memberikan dirinya tisu adalah Bertrand."Terima kasih," ujar Hana.Hana langsung mengusap air matanya, walaupun sudah diusap, tetapi tetap saja air mata itu mengalir lagi dan lagi. Karena memang kesedihan itu begitu
Hanya memerlukan waktu lima belas menit saja, Hana dan juga Bertrand sudah sampai di sebuah penginapan. Penginapan yang menyediakan tempat makan dan bahkan ada tempat ibadah di sana. Suasananya terasa begitu nyaman, karena di tempat itu menyuguhkan pemandangan yang indah. Dari sana mereka bisa melihat hamparan pepohonan rindang yang berwarna hijau.Paru-paru mereka seakan terisi oleh udara yang sehat dan juga segar, tidak seperti udara yang ada di kota karena sudah banyak polisinya."Mau makan dulu atau mau shalat dulu?" tanya Bertrand."Sebenarnya aku laper banget, tapi waktu maghrib cuma sebentar.""Oke! Aku paham," ujar Bertrand.Akhirnya keduanya nampak pergi ke mushola yang ada di tempat tersebut, keduanya melaksanakan shalat berjamaah. Setelah itu, barulah keduanya memesan makanan yang ada di sana. Mereka makan malam dalam diam."Mau langsung pulang atau mau nginep aja?""Sebenarnya aku sangat lelah, pengennya sih nginep di sini. Tapi, kita itu tidak ada hubungan apa-apa. Takut
"Ya, aku adalah pria yang men1duri kamu. Tapi sungguh hal itu terpaksa aku lakukan, karena saat itu aku berada dalam pengaruh obat perangsang. Sumpah, itu adalah pertama kalinya aku melakukan hal tersebut."Hana menatap wajah Bertrand dengan tatapan menyelidik, rasanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut. Bisa-bisanya pria itu mengatakan, kalau pria itu adalah orang yang men1duri dirinya kala dirinya berada di negara S.Namun, jika mengingat apa yang dikatakan oleh Bara, mantan suaminya itu memang menjual dirinya kepada orang asing yang sedang dalam pengaruh obat perangsang."Jangan bercanda!" ujar Hana penuh penekanan."Maaf, tapi sungguh aku tidak bercanda. Waktu itu--- "Tatapan Bertrand menerawang jauh, dia seolah-olah sedang mengingat apa yang sudah terjadi terhadap dirinya kala itu."Cepat ceritakan! Aku ingin tahu," ujar Hana penasaran. Dia sungguh ingin tahu, apakah versi cerita B
Hana menatap wajah Bertrand dengan tidak percaya, sungguh dia tidak menyangka jika pria yang waktu itu menghabiskan malam dengan dirinya adalah Bertrand. Ayah biologis Hani."Apakah ini benar?""Ya," jawab Bertrand tegas."Lalu, apa sebenarnya tujuan kamu datang ke tanah air? Apa untuk menghancurkan kehidupanku?"Setelah malam itu, dia terus saja mengingat Hana. Dia terus saja merasa bersalah karena melakukan hal yang tak pantas, bahkan dia melakukan itu saat Hana tak sadarkan diri.Namum, sungguh jika dia tidak berada dalam pengaruh obat, Bertrand tidak akan mungkin melakukan hal yang tidak pantas seperti itu kepada Hana. Akan tetapi, rasa bersalah itu berubah menjadi benci ketika ada sesuatu hal yang membuat dirinya marah. Hal yang membuat dirinya ingin membuat Hana hancur dan bertekuk lutut di kakinya."Ya, awalnya aku datang ke sini untuk menghancurkan kamu.""Kenapa bisa?" tanya Hana dengan tidak percaya.
"Ya, kamu harus menikah denganku. Agar kamu bisa membesarkan putri kita bersama-sama," jawab Bertrand.Rasa cinta, rasa kasihan dan juga ingin melindungi campur aduk menjadi satu. Rasanya Bertrand tidak ingin kehilangan Hana begitu saja, dia akan mencoba untuk mendapatkan wanita itu."No! Aku tidak mau menikah dengan kamu," ujar Hana.Hana belum mengenal Bertrand, bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan pria itu. Bara yang dia kenal dalam waktu yang lama saja bisa menghianati dirinya, lalu apa kabarnya dengan Bertrand, pikir Hana.Bisa saja Bertrand nantinya akan memperdaya dirinya, pria itu akan berdalih di balik nama putrinya. Nyatanya, Bertrand bisa saja ingin menyakiti dirinya."Aku sih gampang aja, kalau kamu nggak mau nikah sama aku, itu artinya kamu akan kehilangan hak asuh Hani."Hana langsung memelototkan matanya, mana mungkin dia ingin kehilangan putri satu-satunya. Walaupun ternyata Hani terlahir karena perbuatan Bar
Hari ini Bertrand terlihat bekerja dengan begitu bersemangat, karena sebentar lagi ibu dan juga putrinya pasti akan datang. Dengan kedatangan putrinya, sudah pasti dia bisa melepas rindu dengan putrinya tersebut. Selain itu, dia akan bisa lebih dekat dengan Hana. Wanita yang mampu membuat dirinya jatuh hati dalam waktu sekejap mata, padahal awalnya dia merasa benci kepada Hana."Akhirnya pekerjaanku selesai juga," ujar Bertrand sambil meregangkan otot-otot lelahnya.Pria itu merapikan meja kerjanya, lalu dia dengan cepat pergi dari sana. Dia ingin segera datang ke rumah dan menyiapkan kamar untuk ibunya dan juga putri cantiknya."Ah! Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mom dan juga bertemu dengan Hani," ujar Bertrand.Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, pria itu terlihat begitu ceria. Bahkan, pria itu terus saja bersiul karena saking senangnya."Loh! Kok rame banget?"Bertrand nampak turun dari mobilnya, tetapi
Selepas makan malam, Bertrand menemani putrinya di dalam kamar yang sudah disiapkan khusus oleh Helma. Bayi berusia tujuh bulan itu nampak begitu lucu dan juga menggemaskan, dia tersenyum sambil memainkan kedua kakinya.Padahal di dalam ranjang khusus baby yang berukuran besar itu begitu banyak mainan dan juga boneka. Namun, Hani malah begitu asik menatap Bertrand sambil memainkan kedua kakinya."Dadada, dududu. Papapa, dadada." Hani nampak berceloteh, Bertrand dengan cepat memvideokannya dan mengirimkan video tersebut kepada Hana."Lucunya putri Papa, bikin Papa makin sayang." Bertrand mengecup pipi gembil Hani. Dia bahkan langsung naik ke atas ranjang itu dan merebahkan tubuhnya di samping putrinya.Hani yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bertrand nampak tertawa lepas, Bertrand semakin senang dan mengusakkan hidungnya pada lengan putrinya itu."Papapa," celoteh Hani lagi sambil membalikkan tubuhnya.Hani nampak merangk
Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.
Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi
Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di
Hana menggeliatkan tubuhnya, dia lalu berusaha untuk menggerakkan kedua tangannya tetapi tidak bisa. Dia juga berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya tetapi tidak bisa. Hana merasakan kepalanya begitu berat, dia juga merasakan kalau matanya begitu sulit untuk terbuka. Namun, wanita itu berusaha untuk membuka matanya.Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah membuat dia silau. Namun, Hana berusaha untuk melawan silaunya cahaya dengan matanya yang memicing. "Ini di mana? Kenapa badan aku sakit semua? Kenapa juga kedua tangan dan kedua kakiku begitu sulit untuk digerakkan?"Hana merasakan tubuhnya begitu sakit, dia jadi berpikir apakah tadi malam dia sudah melakukannya atau belum bersama dengan Bertrand.Namun, jika dia sudah melakukannya dengan Bertrand, Kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali. Wanita itu mencoba untuk mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja matanya melotot karena dia berada di tempat yang asing. "Di aman ini?" tanya Hana yang tiba-tiba saja merasa panik.
Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu
Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d
Selama Helma sakit, Hana selalu menginap di kediaman Alexander. Dia mengurusi Helma dan juga Hani dengan baik, tentu saja hal itu berdampak baik untuk Hana karena Helma nampak menyayangi wanita itu.Bertrand juga merasa senang, selama Hana di kediamannya, pria itu selalu berusaha untuk mencari cara agar wanita itu bersimpati kepada dirinya.Setelah satu minggu dirawat oleh Hana, Helma telah pulih. Pagi ini Helma, Hana dan juga Bertrand nampak menikmati sarapan paginya dengan tentang. Sedangkan Hani, tentunya sudah sarapan terlebih dahulu dan kini sedang jalan-jalan di taman kompleks dengan pelayan."Kapan kalian menikah?" tanya Helma setelah dia menyelesaikan sarapannya.Uhuk! Uhuk!Hana sampai tersedak karena kaget, biasanya Helma menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Namun, kali ini Helma mengagetkan dirinya karena menanyakan masalah pernikahan."Pelan-pelan makannya, minumlah dulu," ujar Bertrand yang langsung memberikan segelas air putih kepada Hana."Makasih," ujar Hana sete
Hani benar-benar merasa kesal kepada Bertrand, dia memang bisa tidur bersama dengan Hani, tetapi pria itu juga memaksa ingin tidur di kamar putri mereka. Walaupun Bertrand adalah ayah biologis dari Hani, tetapi tidak pantas rasanya untuk mereka tidur di dalam kamar yang sama bersama dengan putri mereka. "Kamu tuh gak boleh tidur satu kamar dengan aku, karena kita belum menikah." Bertrand yang melihat Hana melarang dirinya untuk tidur di sana malah tersenyum, lalu dia menjawil dagu Hana. Hana merasa tidak suka dengan apa yang dia lakukan oleh Bertrand, lalu dia menepis kasar tangan pria itu. "Gak usah macam-macam!" ujar Hana. "Aih! Kamu tuh marah-marah terus, hilang nanti cantiknya. Lagian aku tuh bukan mau tidur satu kamar dengan kamu, tapi mau tidur satu kamar dengan Hani. Geer," ujar Bertrand. Padahal, tentu saja dia ingin tidur satu kamar dengan Hana. Ini adalah kesempatan emas bagi dirinya, rasanya tidak perlu disia-siakan. Hani hanyalah dia jadikan sebagai alasan.
Hana merasa begitu kesal sekali karena Bertrand dengan berani mencium bibirnya, padahal walaupun dia setuju untuk menikah dengan pria itu, tetap saja hal itu tidak boleh dilakukan. Hana juga merasa kesal kepada dirinya sendiri, karena begitu syok wanita itu tidak melakukan apa pun. Dia malah hanya terdiam sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh Bertrand."Aku tidak messum, aku berkata yang sesungguhnya. Aku masih sangat ingat kalau dulu aku menyentuh kamu, aku masih sangat ingat kalau aku dulu mencium bibir ini. Rasanya--""Stop! Jangan bicara lagi, gak guna juga ngurusin gituan. Mending aku pulang aja, kamu tuh nyebelin banget!" Hana yang kesal langsung mendorong dada Bertrand, setelah itu dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kediaman Alexander. Rasanya berlama-lama berada di sana juga dirasa percuma, karena Hani kini sedang bersama dengan Helma. Keduanya pasti akan pergi dalam waktu yang lama, karena mereka pergi untuk keliling komplek.Namun, saat dia keluar dari pint