Hana memperhatikan Bara yang berteriak-teriak memaki dirinya bersama dengan Hesti, hingga kedua manusia itu masuk ke dalam mobil dan suaranya pun ikut menghilang. Setelah kedua manusia itu tak ada, pertahanan Hana akhirnya runtuh juga, wanita itu menangis karena mengalami luka yang begitu dalam. Kalau dikhianati saja mungkin dia masih bisa menahan rasa sakitnya.Namun, masalahnya Bara dengan teganya menjual dirinya dan juga membuang Hani. Hana merasa jika Bara dan juga Hesti merupakan sepasang iblis berbentuk manusia. "Ya Tuhan! Semoga saja aku bisa secepatnya menemukan Hani," ujar Hana sambil terisak.Hana terlihat hendak mengusap air matanya, tetapi ada orang yang menyodorkan tisu kepada dirinya. Hana langsung menolehkan wajahnya ke arah orang tersebut, ternyata yang memberikan dirinya tisu adalah Bertrand."Terima kasih," ujar Hana.Hana langsung mengusap air matanya, walaupun sudah diusap, tetapi tetap saja air mata itu mengalir lagi dan lagi. Karena memang kesedihan itu begitu
Hanya memerlukan waktu lima belas menit saja, Hana dan juga Bertrand sudah sampai di sebuah penginapan. Penginapan yang menyediakan tempat makan dan bahkan ada tempat ibadah di sana. Suasananya terasa begitu nyaman, karena di tempat itu menyuguhkan pemandangan yang indah. Dari sana mereka bisa melihat hamparan pepohonan rindang yang berwarna hijau.Paru-paru mereka seakan terisi oleh udara yang sehat dan juga segar, tidak seperti udara yang ada di kota karena sudah banyak polisinya."Mau makan dulu atau mau shalat dulu?" tanya Bertrand."Sebenarnya aku laper banget, tapi waktu maghrib cuma sebentar.""Oke! Aku paham," ujar Bertrand.Akhirnya keduanya nampak pergi ke mushola yang ada di tempat tersebut, keduanya melaksanakan shalat berjamaah. Setelah itu, barulah keduanya memesan makanan yang ada di sana. Mereka makan malam dalam diam."Mau langsung pulang atau mau nginep aja?""Sebenarnya aku sangat lelah, pengennya sih nginep di sini. Tapi, kita itu tidak ada hubungan apa-apa. Takut
"Ya, aku adalah pria yang men1duri kamu. Tapi sungguh hal itu terpaksa aku lakukan, karena saat itu aku berada dalam pengaruh obat perangsang. Sumpah, itu adalah pertama kalinya aku melakukan hal tersebut."Hana menatap wajah Bertrand dengan tatapan menyelidik, rasanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut. Bisa-bisanya pria itu mengatakan, kalau pria itu adalah orang yang men1duri dirinya kala dirinya berada di negara S.Namun, jika mengingat apa yang dikatakan oleh Bara, mantan suaminya itu memang menjual dirinya kepada orang asing yang sedang dalam pengaruh obat perangsang."Jangan bercanda!" ujar Hana penuh penekanan."Maaf, tapi sungguh aku tidak bercanda. Waktu itu--- "Tatapan Bertrand menerawang jauh, dia seolah-olah sedang mengingat apa yang sudah terjadi terhadap dirinya kala itu."Cepat ceritakan! Aku ingin tahu," ujar Hana penasaran. Dia sungguh ingin tahu, apakah versi cerita B
"Mas! Mas Bara! Kamu di mana, Mas?!"Hana berteriak dengan begitu kencang memanggil nama suaminya, dia baru saja sadar dan membuka matanya. Namun, dia tidak bisa melihat apa-apa.Semuanya nampak gelap, dia yang seperti berada di dalam gua yang begitu dalam. Tidak ada cahaya sedikit pun, sehingga dia tidak bisa melihat apa pun."Kenapa, Sayang? Kenapa kamu berteriak-teriak?""Mas Bara, kamu ke sini, Mas. Sini, jangan jauh-jauh dari aku."Hana meraba-raba ke arah mana pun, dia berusaha untuk mencari suaminya. Pria yang sudah tiga tahun menikah dengan dirinya."Ya, Sayang. Ini, Mas."Bara nampak menghampiri istrinya yang terbaring di atas ranjang pasien, lalu dia memeluk istrinya dengan begitu erat sekali."Kenapa gelap, Mas? Kenapa gelap?"Bara mengernyitkan dahinya, ini adalah siang hari. Cahaya begitu terang, dia merasa bingung karena istrinya terus saja mengeluh gelap."Gelap? Terang kok, Yang. Ini siang loh," ujar Bara."Tapi, Mas. Aku nggak bisa lihat apa-apa, kaki Aku juga merasa
"Bagaimana, Sayang? Apa kamu sudah ingat semuanya?" tanya Bara ketika melihat istrinya yang malah asik melamun.Pria itu mengusap puncak kepala istrinya dengan begitu lembut, lalu Bara mengecup kening istrinya. Dia terlihat begitu perhatian dan juga pengertian terhadap istrinya tersebut.Mendengar pertanyaan dari Bara, Hana seakan tertarik ke alam nyata. Dia tersadar dari lamunannya dan menganggukkan kepalanya dengan cepat."Iya, Mas. Aku ingat, aku melahirkan Hani secara prematur karena jatuh saat hendak mengambil air wudhu. Aku juga ingat kalau aku kecelakaan saat hendak pulang ke rumah kita, lalu di mana putri kita Mas? Bagaimana keadaannya sekarang?"Hana begitu rindu kepada putri kecilnya, dia berharap jika putri kecilnya baik-baik saja. Dia berharap jika putri kecilnya kini tumbuh dengan baik, walaupun selama enam bulan ini dia koma dan tidak bisa merawat putri kecilnya."Nanti saja kita bicarakan untuk masalah Hani, Sayang. Sekarang lebih baik aku panggil dokter dulu untuk meme
Hari ini dokter mengatakan kalau Hana sudah boleh pulang, dia merasa lebih baik kalau tinggal di rumah sendiri, karena pasti akan lebih nyaman daripada tinggal di rumah sakit. Walaupun memang kakinya belum bisa lancar dalam berjalan, dia bertekad akan berusaha untuk belajar berjalan kembali. Dia juga akan berusaha sabar dalam menghadapi kenyataan hidup, dia akan berusaha untuk bisa melihat walaupun tanpa mata. "Yang sabar ya, Nyonya. Kami akan segera menghubungi kalau ada pendonor mata untuk Nyonya," ujar Dokter sebelum Hana pulang. "Ya," ujar Hana. Setelah itu, Hana dibawa pulang oleh Bara menuju rumah mewahnya, kediaman Aditama. Hana langsung diantarkan ke kamar utama, Bara bahkan membantu wanita itu untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Mas, katanya kita mau ke kuburan? Mau nyekar ke makam putri kita, kok aku malah diajak pulang?' "Aku tahu kalau kamu pasti merindukan putri kita, tapi saat ini keadaan kamu sedang tidak baik-baik saja. Nanti kalau sudah benar-benar
Beberapa saat sebelumnya.Bara baru saja pulang, bi Heni, pelayan yang sudah bekerja selama tiga puluh tahun lamanya di sana nampak membukakan pintu untuk Bara. Lalu, wanita itu menurunkan barang-barang yang dibawa oleh Bara menuju kamar Hesti.Semenjak Hana mengalami kecelakaan, Bara membawa Hesti dan mereka selalu tidur di dalam kamar utama. Bi Heni sempat melayangkan protesnya, tetapi Bara langsung mengancam bi Heni.Bara berkata jika dia memiliki kuasa yang besar, jika bi Heni melawan Bara, maka pria itu akan membunuh bi Heni. Pria itu bahkan semenjak saat itu tidak pernah memperbolehkan bi Heni untuk keluar dari rumah.Bahkan, bi Heni tidak diperbolehkan untuk memegang ponsel. Bara juga memutuskan semua sambungan telepon yang ada di kediaman Aditama, dia memutuskan semua akses yang bisa digunakan untuk berkomunikasi.Rumah mewah itu bahkan dijaga oleh beberapa pengawal, baik di depan ataupun di belakang rumah tersebut. Pria itu sangat licik.Wanita itu menurut, dia tak lagi melay
Mendengar suara adzan yang berkumandang membuat Hana terbangun dari tidurnya, dengan begitu perlahan dia duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.Lalu, wanita itu nampak meraba-raba ke arah samping. Dia berusaha untuk mencari suaminya, tetapi dia merasa kalau kasur itu kosong."Mas Bara, kamu di mana?" tanya Hana.Terdengar seperti ada orang yang sedang bergerak di atas sofa, tetapi tidak ada ucapan yang terdengar. Hana merasa heran, jika saja bisa melihat, Hana pasti tahu sebenarnya ada apa di sofa dan ada siapa."Mas! Apa kamu sedang tidur di atas sofa? Atau kamu sedang di kamar mandi?" tanya Hana.Tidak ada sahutan sama sekali, Hana yang merasa penasaran berusaha untuk turun dari tempat tidur. Dia memakai sandal yang selalu dia simpan di dalam laci nakas, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan begitu perlahan dan juga hati-hati.Tanpa Hana tahu, Bara dan juga Hesti sedang berada di atas sofa. Keduanya baru saja selesai berolah raga yang mengha