Usai dinas selama tiga bulan, aku membawa suplemen dari luar negeri untuk ibu mertuaku. Saat ini, perut ibu mertua sudah makin besar. Kali ini, aku pulang dengan membawa kabar gembira.Aku mau bercerai."Cerai?" Suamiku berkata dengan panik, "Kenapa, Sayang?" Suamiku tampak tidak tenang. "Apa ada perkataanku yang menyinggungmu?""Hah?" Aku pura-pura bodoh. "Apa maksudmu?" Suamiku bertanya, "Kenapa kamu minta cerai?""Dasar bodoh, kita cerai, lalu beli rumah," kataku."Apa?" Kali ini, suamiku terkejut dan bingung, tetapi juga merasa gembira."Apa kamu lupa kebijakan di negara kita? Ada pembatasan pembelian rumah," kataku."Benarkah?" tanya ibu mertuaku kepada Winda. Winda mengangguk.Ibu mertua berkata, "Kalau begitu, sebelum cerai, ganti nama kepemilikan rumah ini menjadi nama Alan."Niat ibu mertua terlihat jelas. Meskipun rumah ini bobrok, masih bernilai uang.Rumah ini adalah warisan orang tuaku, tidak akan kuberikan kepadanya.Aku berkata, "Sebenarnya, aku berencana membelikan ruma
Alan menutup telepon. Kulihat, Alan mengambil beberapa kartu kredit dari kamar.Sejak itu, mereka selalu makan mewah, seperti ikan, daging sapi, abalon, lobster. Kekasih gelap Alan ganti tas setiap hari. Ibu mertua dan Winda memakai gelang dan cincin emas.Mereka juga membeli kursi pijat di rumah. Setiap hari Paman Owen berbaring di kursi pijat sambil menonton drama. Keluarga itu berjalan sangat harmonis.Aku senang melihat rekaman CCTV ini. Kemewahan palsu ini adalah senjata mematikan untuk mereka.Tidak terasa satu bulan berlalu, sebentar lagi akta cerai akan keluar, aku juga merasa makin cemas. Bagaimanapun juga, rencanaku belum sepenuhnya sempurna. Jika aku sampai melakukan kesalahan, konflik harta dengan suamiku masih berlanjut dan menimbulkan masalah-masalah lainnya.Aku baru tenang kalau sudah mendapatkan akta cerai.Sehari sebelum mengambil akta cerai, Alan tiba-tiba menghubungiku. Dia berteriak dengan serius, "Siska, pulang sekarang juga!"Aku merasa gugup, takut rencanaku gag
Sania tidak perlu takut membohongi Alan karena Sania memang kaya raya.Alan menyerahkan kembali ponselku dengan gembira. Aku pun meminta maaf kepada Sania.Sania berkata dengan sedih, "Siska, aku habis putus. Temani aku, dong."Awalnya, mau makan bersama. Aku melirik ke arah Alan, Alan mengangguk. Di mata Alan, saat ini Sania adalah pohon uangnya. Oleh karena itu, Alan ingin menyenangkan hatinya."Pergilah, besok malam kita makan bersama.""Oke, terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu!" Aku mengambil tas dan keluar. Begitu keluar rumah dan merasakan sinar matahari, tubuhku menjadi hangat kembali.Sania menjemputku di depan gang. Setelah naik mobil, aku melihat CCTV di rumah Paman Owen.Sejak Bibi Lusi menjual rumah itu, aku menyewa rumahnya untuk kebutuhan darurat.Di dalam mobil sport, aku membuka CCTV dan mengawasi Alan dan keluarganya.Setelah aku pergi, mereka juga pergi, sepertinya mereka mau pergi makan bersama.Alan berkata, "Sudah kubilang, pelakunya bukan Siska. Dia sangat menci
Aku menyaksikan kejadian itu dari CCTV sambil mengunyah keripik yang renyah. Pria itu memang pembeli yang kupilih. Setelah menunjukkan surat keterangan dari rumah sakit jiwa, aku memberinya diskon sebesar 40 juta.Setelah aku pergi meninggalkan rumah itu, aku memberitahu pria itu untuk pindah. Semua perabotan rumah menjadi milik pria itu. Pria itu berhak menyimpan perabotan yang dia suka maupun membuang yang dia tidak suka.Aku meminta pria itu menyingkirkan mantan suamiku dan pria itu setuju.Pria itu membuang koper dan pakaian mereka semua. Alan memungut satu per satu sambil memaki. Polisi pun datang dan mendamaikan dengan kesepakatan membayar kompensasi sebesar 10 juta. Ibu mertua mengomel sambil memaki pria itu.Pria itu bersandar di pintu, dia berkata sambil menyeringai, "Apa kamu belum tahu bahwa kalau orang sakit jiwa membunuh itu nggak melanggar hukum?"Ibu mertua langsung buru-buru lari karena ketakutan.Ibu mertua takut pria itu benaran akan membunuh mereka.Mereka membawa ba
Pintu dibanting tepat di hadapan mereka. Winda jongkok sambil menangis. "Anakku! Anakku!"Dengan mata memerah, Alan memegang baju Paman Owen sambil berkata, "Di mana uang pensiunmu? Keluarkan!"Owen tertegun, lalu berkata dengan takut, "Aku nggak punya uang ….""Nggak punya uang?" Alan menarik tas Owen."Apa yang kamu lakukan?"Mereka berdua saling menarik tas, lalu ada sebotol obat jatuh ke lantai dan suaranya bergema di tangga."Apa ini? Kamu punya penyakit diabetes? Kenapa nggak bilang?"Suara amarah Alan menggema. Selanjutnya, Alan menarik tangan kekasih gelapnya sambil berkata, "Di mana kamu simpan tas yang kubelikan?""Berikan padaku. Kalau kita jual, kita bisa sewa rumah. Setelah semua beres, akan kubunuh Siska! Cepat berikan tas itu!"Wanita itu tidak berani menatap Alan. "Tas … tas itu kuberikan kepada kekasihnya adikku ….""Kamu tahu sendiri, itu adalah kekasih pertama adikku …." Saat itu juga, Alan menamparnya!Perawakan wanita itu kurus dan kecil. Sebuah tamparan langsung m
Setelah makan sop ayam buatan ibu mertua, perutku sakit dan jatuh pingsan.Tenggorokanku sakit. Aku membuka mata dan samar-samar mendengar suara.Awalnya, aku ingin meminta suamiku menuangkan air, tetapi tiba-tiba aku mendengar suamiku berkata."Bu, apa obat yang ibu berikan padaku bermasalah? Kenapa Siska tiba-tiba terkena radang lambung?""Nggak mungkin, itu obat bagus! Kapsul pil KB itu berisi bubuk plasenta, nggak dijual bebas.""Proses mengolahnya juga sulit! Ibu harus mencucinya dulu sampai bersih, lalu ditaruh di pengukus. Setelah matang dan bentuknya seperti daging ayam, Ibu harus memotongnya menjadi beberapa bagian, lalu dipanggang di oven. Selanjutnya, digiling menjadi bubuk.""Seharusnya nggak seperti ini hasilnya," jawab suamiku. "Ibu beli di mana?""Siapa bilang aku beli? Bukankah kakakmu baru saja melahirkan beberapa waktu lalu? Itu adalah plasenta bayinya."Suamiku mengganti pil KB beberapa hari lalu. Aku pikir suamiku mendukungku.Aku pikir suamiku berpihak padaku. Siap
"Mana ada wanita yang nggak mau hamil," kata ibu mertua dengan sinis."Tenanglah, Bu! Kami akan berusaha bulan ini, kemungkinan bulan depan dia hamil," kata suamiku."Menurutku, kamu perlu cari wanita lain! Beberapa hari lalu, aku bertemu dengan rekan kerjamu. Dia tampaknya oke, bokongnya besar, dia sepertinya bisa melahirkan anak laki-laki untukmu.""Dia juga sepertinya menyukaimu. Nak, carilah wanita lain.""Setelah anak itu lahir, uruslah pembagian harta dan ceraikan istrimu." Suamiku berkata, "Bercerai? Aku nggak akan menceraikannya.""Kenapa kamu nggak mau menceraikannya? Kamu masih mau mempertahankan pernikahanmu seumur hidup! Aku muak melihatnya!" Ibu mertua khawatir."Dia anak tunggal, orang tuanya sudah meninggal, tabungannya banyak dan gajinya tinggi. Bu, bukankah Ibu pernah mengatakan bahwa ada tetangga di kampung halaman yang dapat asuransi empat miliar setelah istrinya meninggal? Tolong carikan informasi darinya.""Kamu benar, aku akan tanyakan padanya."Perkataan suamiku
Ketika penyakit radang lambungku mulai membaik, aku pulang dari rumah sakit. Di pagi hari, suamiku sudah berangkat kerja, sedangkan ibu mertua senam di lapangan luar rumah. Aku memasang kamera tersembunyi di seluruh bagian rumah.Mereka sudah membahas masalah asuransi. Aku harus mulai mengawasi gerak-gerik mereka. Tindakan ini kulakukan untuk antisipasi mereka ingin membunuhku untuk mendapatkan asuransi."Siska, kamu nggak sarapan? Ini ayam yang baru kubeli dari pasar, masih segar. Sejak masuk rumah sakit, kamu kurusan, jadi sekarang kamu harus lebih banyak makan," ucap ibu mertua."Aku nggak sarapan. Kantor sudah menyediakan makanan. Aku pergi kerja dulu." Aku takut mereka ingin meracuniku."Kamu belum minum pil KB," kata suamiku mengingatkan.Pil KB seharusnya diminum setiap hari dan harus di jam yang sama, biasanya selalu kuminum setelah sarapan.Sambil menahan mual, aku berkata, "Nggak perlu. Selama di rumah sakit, aku nggak meminumnya, jadi nggak berguna kalau aku minum sekarang."
Pintu dibanting tepat di hadapan mereka. Winda jongkok sambil menangis. "Anakku! Anakku!"Dengan mata memerah, Alan memegang baju Paman Owen sambil berkata, "Di mana uang pensiunmu? Keluarkan!"Owen tertegun, lalu berkata dengan takut, "Aku nggak punya uang ….""Nggak punya uang?" Alan menarik tas Owen."Apa yang kamu lakukan?"Mereka berdua saling menarik tas, lalu ada sebotol obat jatuh ke lantai dan suaranya bergema di tangga."Apa ini? Kamu punya penyakit diabetes? Kenapa nggak bilang?"Suara amarah Alan menggema. Selanjutnya, Alan menarik tangan kekasih gelapnya sambil berkata, "Di mana kamu simpan tas yang kubelikan?""Berikan padaku. Kalau kita jual, kita bisa sewa rumah. Setelah semua beres, akan kubunuh Siska! Cepat berikan tas itu!"Wanita itu tidak berani menatap Alan. "Tas … tas itu kuberikan kepada kekasihnya adikku ….""Kamu tahu sendiri, itu adalah kekasih pertama adikku …." Saat itu juga, Alan menamparnya!Perawakan wanita itu kurus dan kecil. Sebuah tamparan langsung m
Aku menyaksikan kejadian itu dari CCTV sambil mengunyah keripik yang renyah. Pria itu memang pembeli yang kupilih. Setelah menunjukkan surat keterangan dari rumah sakit jiwa, aku memberinya diskon sebesar 40 juta.Setelah aku pergi meninggalkan rumah itu, aku memberitahu pria itu untuk pindah. Semua perabotan rumah menjadi milik pria itu. Pria itu berhak menyimpan perabotan yang dia suka maupun membuang yang dia tidak suka.Aku meminta pria itu menyingkirkan mantan suamiku dan pria itu setuju.Pria itu membuang koper dan pakaian mereka semua. Alan memungut satu per satu sambil memaki. Polisi pun datang dan mendamaikan dengan kesepakatan membayar kompensasi sebesar 10 juta. Ibu mertua mengomel sambil memaki pria itu.Pria itu bersandar di pintu, dia berkata sambil menyeringai, "Apa kamu belum tahu bahwa kalau orang sakit jiwa membunuh itu nggak melanggar hukum?"Ibu mertua langsung buru-buru lari karena ketakutan.Ibu mertua takut pria itu benaran akan membunuh mereka.Mereka membawa ba
Sania tidak perlu takut membohongi Alan karena Sania memang kaya raya.Alan menyerahkan kembali ponselku dengan gembira. Aku pun meminta maaf kepada Sania.Sania berkata dengan sedih, "Siska, aku habis putus. Temani aku, dong."Awalnya, mau makan bersama. Aku melirik ke arah Alan, Alan mengangguk. Di mata Alan, saat ini Sania adalah pohon uangnya. Oleh karena itu, Alan ingin menyenangkan hatinya."Pergilah, besok malam kita makan bersama.""Oke, terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu!" Aku mengambil tas dan keluar. Begitu keluar rumah dan merasakan sinar matahari, tubuhku menjadi hangat kembali.Sania menjemputku di depan gang. Setelah naik mobil, aku melihat CCTV di rumah Paman Owen.Sejak Bibi Lusi menjual rumah itu, aku menyewa rumahnya untuk kebutuhan darurat.Di dalam mobil sport, aku membuka CCTV dan mengawasi Alan dan keluarganya.Setelah aku pergi, mereka juga pergi, sepertinya mereka mau pergi makan bersama.Alan berkata, "Sudah kubilang, pelakunya bukan Siska. Dia sangat menci
Alan menutup telepon. Kulihat, Alan mengambil beberapa kartu kredit dari kamar.Sejak itu, mereka selalu makan mewah, seperti ikan, daging sapi, abalon, lobster. Kekasih gelap Alan ganti tas setiap hari. Ibu mertua dan Winda memakai gelang dan cincin emas.Mereka juga membeli kursi pijat di rumah. Setiap hari Paman Owen berbaring di kursi pijat sambil menonton drama. Keluarga itu berjalan sangat harmonis.Aku senang melihat rekaman CCTV ini. Kemewahan palsu ini adalah senjata mematikan untuk mereka.Tidak terasa satu bulan berlalu, sebentar lagi akta cerai akan keluar, aku juga merasa makin cemas. Bagaimanapun juga, rencanaku belum sepenuhnya sempurna. Jika aku sampai melakukan kesalahan, konflik harta dengan suamiku masih berlanjut dan menimbulkan masalah-masalah lainnya.Aku baru tenang kalau sudah mendapatkan akta cerai.Sehari sebelum mengambil akta cerai, Alan tiba-tiba menghubungiku. Dia berteriak dengan serius, "Siska, pulang sekarang juga!"Aku merasa gugup, takut rencanaku gag
Usai dinas selama tiga bulan, aku membawa suplemen dari luar negeri untuk ibu mertuaku. Saat ini, perut ibu mertua sudah makin besar. Kali ini, aku pulang dengan membawa kabar gembira.Aku mau bercerai."Cerai?" Suamiku berkata dengan panik, "Kenapa, Sayang?" Suamiku tampak tidak tenang. "Apa ada perkataanku yang menyinggungmu?""Hah?" Aku pura-pura bodoh. "Apa maksudmu?" Suamiku bertanya, "Kenapa kamu minta cerai?""Dasar bodoh, kita cerai, lalu beli rumah," kataku."Apa?" Kali ini, suamiku terkejut dan bingung, tetapi juga merasa gembira."Apa kamu lupa kebijakan di negara kita? Ada pembatasan pembelian rumah," kataku."Benarkah?" tanya ibu mertuaku kepada Winda. Winda mengangguk.Ibu mertua berkata, "Kalau begitu, sebelum cerai, ganti nama kepemilikan rumah ini menjadi nama Alan."Niat ibu mertua terlihat jelas. Meskipun rumah ini bobrok, masih bernilai uang.Rumah ini adalah warisan orang tuaku, tidak akan kuberikan kepadanya.Aku berkata, "Sebenarnya, aku berencana membelikan ruma
Paman Owen menceraikan istrinya, sedangkan reputasi ibu mertuaku sudah rusak. Sekarang ibu mertua tidak berani lagi kumpul dengan teman-temannya. Winda pulang dari rumah sakit, dia langsung tinggal di rumahku.Meskipun kelihatannya Winda ingin menjaga ibunya, sebenarnya ingin aku melayani mereka sekeluarga.Sayangnya, aku mengecewakan harapannya. Saat Winda dan anaknya baru saja pindah ke rumah, aku pergi dinas.Winda berkata dengan sinis, "Kamu nggak mau kami tinggal di sini?""Nggak. Pulang dari dinas, gajiku akan naik menjadi 100 juta."Mendengar jawabanku, Winda terlihat cemburu. Alan dan ibu mertua mengantarku pergi dengan wajah berseri-seri.Sesampainya di kantor, aku mendapat pesan dari rekan kerja Alan."Kak Siska, Kak Alan dipecat. Tolong hibur dia."Aku tertawa.Baguslah, dia dipecat. Artinya, mereka sekeluarga bergantung hidup padaku. Hanya dengan beberapa trik kecil, aku bisa membuat mereka tunduk padaku.Alan menghubungiku, lalu dia berkata dengan sedih, "Sayang, aku dipec
Mengenai aku membelikan suplemen yang banyak dan mahal untuk ibu mertuaku, seluruh penghuni apartemen mengetahuinya. Di dalam perjalanan pulang saat melewati taman bunga, Bibi Lusi memanggilku, dia berkata dengan tertawa, "Siska, kamu sudah menikah selama tiga tahun, masa nggak mau punya anak?"Setelah mengatakan itu, ada sekelompok wanita separuh baya yang muncul dan mengelilingiku.Mereka menatapku dengan tatapan aneh."Bibi sudah tahu alasannya. Aku nggak suka anak kecil," jawabku."Kamu akan menyukainya setelah melihat bayimu lahir.""Mana ada wanita yang nggak mau punya anak?""Kalau kamu nggak punya anak, siapa yang akan merawatmu waktu kamu sudah tua nanti?""Apa kamu berencana tinggal di panti jompo?"Bibi Lusi terus mengoceh tiada henti, aku hanya mendengarkan sambil tersenyum. Bibi Lusi menahan lenganku sambil berkata, "Katakan kepada Bibi, apa kamu ini mandul?"Aku terkejut. Ekspresi orang-orang yang awalnya aneh, kini mereka menatapku dengan simpati.Meskipun kelihatannya B
Cinta bukan siapa yang duluan dan siapa yang datang terakhir. Siapa pun yang tidak dicintai, dia hanya dianggap orang ketiga.Itulah ajaran yang terus ditanamkan ibu mertua kepadaku. Ibu mertua juga memanfaatkan kehamilannya untuk bertindak sewenang-wenang.Di sisi lain, aku pura-pura menjadi menantu yang baik. Uang yang ada di tabungan bersama sebesar 400 juta kugunakan untuk membeli suplemen ibu mertua.Aku akan membeli sarang burung walet, ginseng, dan suplemen yang terdengar mahal lainnya. Entah berapa harga untuk produk palsunya.Awalnya, tabungan bersama ini akan kami gunakan setelah menikah untuk bepergian.Gunakan saja. Gaji Alan sebesar 30 juta sebulan, setiap bulan dia menabung hanya 10 juta, sedangkan gajiku 60 juta, tetapi aku harus menabung 40 juta?Karena di masa mendatang aku akan meninggalkan mereka, aku tidak mau mereka mendapatkan uang dari tabunganku. Aku mentransfer uang tabunganku kepada Sania. Sania yang membeli produk palsu dari online, kemudian mengemasnya ulang
Sesaat setelah Bibi Lusi dan Paman Owen pergi, ibu mertua berkata."Begini saja, kakakmu ingin membeli rumah. Kamu belikan dia sebuah rumah di kompleks perumahan ini. Aku juga ingin membantunya mengurus anak.""Ini adalah kompensasi karena menyebabkan keluarga kami nggak memiliki penerus."Alan terdiam, sepertinya mereka sudah sepakat akan hal ini."Sayangnya, aku nggak punya uang," jawabku.Mendengar hal itu, Alan bertanya, "Di mana uang enam miliar itu?"Lucu sekali! Itu adalah warisan dari orang tuaku, buat apa aku yang belikan rumah untuk kakaknya?"Kubuat investasi. Beberapa waktu lalu, Sania punya proyek bagus senilai 10 miliar, jadi aku investasi sebesar enam miliar.""Kamu gila, ya? Banyak sekali kamu investasi? Bagaimana kalau kamu rugi?" Alan terlihat sangat marah."Penilaian Sania selalu tepat, nggak akan rugi. Kamu masih meragukan keahlian Sania?"Sania Wongso merupakan anak orang kaya. Dia punya banyak pengalaman dalam berinvestasi. Sania pernah investasi sebesar dua milia