PAMAN KEDUA? PAMAN TIRI? SIAPA DIA?
"Nah, kau harus bersikap baik kepada Nenek dan sapa Eyaangku," perintah Justin lagi. "Siap, aku mengerti Tuan Justin," sahutnya. Mobil pun melaju meninggalkan Justin yang terlihat memandangi kepergian Clarissa. Mau tak mau dia hanya diantar supir pergi ke rumah nenek Elisabeth. Sebelum ke rumah Nenek mertuanya da membelikan buah tangan, dia tahu bagaimana adab bertamu. Setelah selesai dia bersiap untuk menemui keluarga Justin Leonard untuk pertama kalinya. "Tuhan, semoga semuanya akan berjalan dengan lancar," batin Clarissa. Mobil yang di tumpangi Clarissa sudah sampai memasuki pelataran semuah kompleks perumahan mewah juga. Dia sangat terkejut dengan rumah nenek mertuanya ini sangat besar dengan gaya klasik eropa. Bahkan rumahnya tak kalah mewah dengan rumah milik Justin. "Wahhh, mereka benar-benar keluarga konglomerat," batin Clarissa. Saat dia turunSUMIRE YANG MESUM HAMPIR TERBUNUH? "Apa maksud ucapanmu? Ini adalah istri dari Justin," tegur Eyang Leonard. "Hah? Istri Justin?" tanya Lelaki setengah baya itu cukup kaget. "Sejak kapan Justin menikah? Kenapa aku tidak mengetahuinya? Kenapa tidak dirayakan pesta pernikahannya?" tanya seorang lelaki berambut coklat itu. "Apakah ini demi harta keluarga kita, Ma? Mama ya yang merencanakan semuanya? Hahahaha. Agar harta itu tak jatuh di tanganku. Benar kan, Ma?" katanya sambil menatap ke arah nenek Elizabeth. Clarissa meneguk ludahnya dengan kasar, diantara semua orang keluarga Justin yang dia temui baru lelaki di hadapannya ini yang kasar dan urakan sekali. Bahkan terkesan jauh dari kata elegan. Tapi nenek Elizabet hanya diam saja. "Apakah ini keluarga Tuan Justin? Mengapa lelaki ini sangat berbeda dari dugaanku? Tidak elegan dan s
CLARISSA DI CULIK JARINGAN HITAM! "Nona, Tuan memintaku untuk menjemputmu pulang," ajak Ying. "Aku adalah paman keduanya! Aku Sumire, aku yang lebih tua. Kenapa kau memperlakukan seperti ini? Kau tak menghormatiku!" teriak Sumire marah-marah. Tapi dia tak berani berbuat lebih mengingat lelaki itu suruhan Justin yang bisa dengan cepat melukainya atau menghajarnya tanpa ampun. Semua orang nampak tak memedulikan teriakan Sumire, begitu pun dengan Clarissa tak menanggapinya. Dia tak nyaman berada di sana, dia pun segera berdiri dan berpamitan kepada nenek Elizabeth. "Nenek, Kakek, kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Clarissa. "Apa kau yakin?" tanya Eyang Leonard yang sedikit curiga dengan pengawal kiriman cucu nya. "Benar itu, apakah kau tak mau menunggu Justin saja datang ke sini? Bukankah dia mengatakan akan segera datang?" imbuh Nenek Elizabeth. Dia juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan suaminya. Namun
SIAPA DALANG DI BALIK SEMUA INI? CINTA SEGITIGA? ATAU BALAS DENDAM? Justin belum menyadari kehilangan Clarissa. Saat ini dia sedang bersama Kevin sekarang. Mereka mengorbol banyak hal termasuk jaringan hitam, bagaimana pun juga Kevin tau kiprahnya di dunia hitam. Karena selama ini Kevin lah yang selalu merawat Justin ketika mendapatkan luka. "Vandy Tjoa, memang pernah menyelamatkanku. Aku selalu menganggapnya sebagai adik," kata Justin. "Lalu? Bukankah dia sudah memutuskan untuk pergi?" sahut Kevin. "Sebenarnya saat aku meninggalkan jaringan hitam, aku ingin membawanya pergi. Tapi dia bilang kalau sedang menyukai seseorang dalam organisasi itu. Jadi aku memutuskan untuk meninggalkannya," jawab Justin sambil membuka memori setahun lalu. "Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengpa tiba-tiba jaringan hitam itu kembali aktif lagi? Siapa dalang di balik semua ini? Rasanya aku harus segera menyelidikinya," ucap Justin. 'Tok tok tok' pintu di ketuk. Justin yang memang sedari tadi tidu
SUNTIKAN PERANGSANG DI TUBUH CLARISSA! "Jangan khawatir, Sayang! Tunggu beberapa saat lagi, maka dia tidak akan bisa menahannya," ucpa dokter itu. "Panggil empat pria paling tampan, kita akan membuat video di sini sekarang juga," perintahnya lagi. Tak lama empat pria bertubuh kekar datang, mereka melihat Clarissa wanita cantik yang berbaring dengan lingerie seksinya. Membuat mereka bernafsu saja. Dengan sekali tepukan dari dokter berambut pendek itu, lampu dan video Shoot mengarah ke kamera. "Arggghhhh," erang Clarissa pun mulai membuka matanya, dia terbangun. Entah mengapa dia merasakan kepanasan. Gairahnya memuncak. "Ah bagus. Semua kamera sudah on kan?" tanya dokter memastikan. Ke empat lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Nah untuk selanjutnya, aku serahkan pada kalian. Nikmati dan bersenang-senanglah! Aku keluar dulu," katanya. 'Ceklek' pintu di buka, tapi tiba-tiba dia seperti dicekik lehernya. "Arggghhh! Siapa kamu!" katanya sambil mencoba melepaskan cekikan itu. Lel
KATA MAAF DARI MULUT TUAN JUSTIN? Clarissa tertidur lelap sepanjang malam, dia benar-benra puas. Badannya mengeluarkan hormon menenangkan sampai pagi harinya dia terbangun. Clarissa mengerjapkan mata dan mengamati ke sekeliling ruangan, ternyata sudah berada di kamar rumah Justin. Clarissa merasa kebingungan sekarang. "Argggghhh, kepalaku sakit," gumam Clarissa. "Kapan aku tertidur? Mengapa aku tidak mengingat apapun?" batin Clarissa sambil terbangun. Dia duduk termenung di ranjang, kemudian ingatannya kembali lagi mencoba mengingat-ingat kejadian semalam tetapi semua terasa seperti Dejavu. Di merasa apakah semalam itu nyata atau mimpi. "Benarkah ini aku? Apakah aku masih mimpi? Atau aku sudah sadar?" batin Clarissa sambil mencubit pipinya. "Aku tidak mimpi. Tapi, bukankah aku diculik semalam? Bagaimana ceritanya aku bisa sampai sini dengan mengenakan baju tidur? Apakah malam itu Tuan Justin menggantikan bajuku? Apa itu artinya...." Clarissa menggantung kalimatnya, pipinya
TERENGGUTNYA KESUCIAN CLARISSA "Kak Devan," gumam Clarissa sambil memandang ke arah lelaki yang sekarang berada di atasnya. Clarissa memegang kepalanya, dia merasakan pusing luar biasa. Clarissa mencoba mengingat lagi, terakhir kali dia bersama Nara dan makan di sebuah restoran. Kakaknya Nara mengatakan bahwa seorang yang mencintainya sedang menunggu di dalam kamar ini. Clarissa mengira itu adalah Devan kekasihnya. "Apakah ini dirimu? Sungguh ini kau?" sambungnya. Lelaki itu tak menjawab. 'Cup' bibir mereka saling beradu, awalnya hanya sekedar saling menempel namun lama- lama menjadi lumatan. Dengan beraninya Clarissa langsung memeluknya, antara sadar dan tidak. Sebuah mimpi rasanya bisa ada di posisi ini dengan Devan, kekasih nya. Dia menduduki perut lelaki itu kemudian melumat bibirnya dengan ganas. "Ahhhh, mmmmhhh," desahan keluar dari bibir mereka. "Kau tidak menyuruhku untuk tidak melakukannya kan?" tanya lelaki tampan itu. "Suara itu...." gumam Clarissa langsung ber
WANITA HARAM YANG MENEMANIKU SEMALAM! Dering handphone diatas nakas membuat Justin terbangun. Dia meraba di mana terakhir kali meletakkan ponselnya dan segera menjawab telpon masuk itu, "Hallo, Tuan Justin! Hallo," sapa suara di seberang panik sesaat setelah telpon diangkat Justin. "Arggghhh! Ya..." sahutnya sambil memegangi kepalanya yang sakit. "Tuan... Tuan ada dimana? Tuan baik-baik saja?" tanya pria di sebrang. Dia mencoba mengumpulkan semua kesadarannya. Membuka matanya menatap ke semua sudut ruangan sambil mengingat apa yang terjadi, dia melihat di atas seprai bercak darah warna merah. Dia kemudian menyibak selimutnya, mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang pun. "Sial! Apa yang terjadi," monolog Justin. "Tu....Tuan. Apa yang terjadi denganmu?" pria di telpon panik. "Aku berada di hotel Street, minta semua rekaman CCTV nya! CEPAT!" perintah Justin. Dia membanting Handphone dan turun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi. Tapi matanya menemukan sebuah kartu nama
JEBAKAN NARA!"Penjaga!! PENJAGA!" teriaknya."Siap Tuan!" sahut dua body guard di belakang lelaki itu."Bawa dia ke kamarnya! Jangan biarkan dia keluar dan mengganggu pemandangan," perintah lelaki itu, yang tak lain adalah Tuan Jason.Tanpa banyak bicara lagi dua pengawal yang berada di belakangnya langsung berjalan mendahului Tuan Jason, dengan kasar dia menyeret Clarissa lalu memasukkannya di dalam ruangan kamarnya. Setelah itu kedua pengawal saling berbisik,"Aku baru kali ini melihat Tuan Jason sangat kejam. Meski dia biasa menyiksa Nona Clarissa, namun dia akan menikahkan Nona Clarissa dengan pria yang berusia 70 tahun. Itu adalah hal terkejam, bahkan lelaki yang bisa meninggal kapanpun," jelas pengawal berbadan kekar."Apa? Apa maksud mereka? Lelaki berusia 70 tahun?" batin Clarissa."Benarkah? Jadi Tuan Abram itu bukan orang yang muda ya? Ku kira dia masih muda, karena dari namanya kekinian," tanya pelayan satunya sambil mengajak keluar dari ruangan kamar Clarissa.Melihat p