MENIKAHI PRIA YANG MENIDURINYA?
"Tuan! Tuan! Ada yang menerobos masuk ke dalam rumah!? teriak pengawal berbadan kekar. "Siapa?" tanya Tuan Jason. "Entahlah, aku tidak bisa menghentikannya!" teriak seorang pelayan lagi. "Siapa yang berani masuk ke dalam rumahku?" sahut Tuan Jason. Tiba-tiba seorang lelaki perlente dengan memakai jas rapi datang dengan dikawal empat orang bodyguard muda. Dia nampak menyingsingkan jasnya, Tuan Jason pun mengerutkan keningnya heran. Dia tak tahu lelaki itu, bahkan tak mengenalnya. Tanpa banyak bicara dia pun melewati Tuan Jason dan langsung berdiri di hadapan Clarissa yang masih nampak setengah pingsan. Tanpa persetujuan apapun, dia pun menggendongnya. "Hei hei! Siapa kamu? Kenapa kau seperti ini? Kau akan membawa putriku kemana? Kenapa kau membawanya? Apa urusanmu denganku?" teriak Tuan Jason. "Ini perintah Tuan kami," jawab lelaki perlente itu. "Tuanmu? Siapa? Siapa dia?" teriak Tuan Jason. "Tuanku adalah Justin Leonard," tegasnya sambil berlalu dan masih menggendong Clarissa yang pingsan. "Tu...Tuan Justin Leonard," kata Tuan Jason terbata-bata. "Ambil ini dan hubungi dia," perintahnya berlalu begitu saja, tangan tuana Jason menerima kartu nama itu dengan gemetaran. Dia masih syok, mendengar ucapannya. Justin Leonard adalah CEO muda kondang yang sering kali tampil di TV, media sosial, dan berita. Bahkan perusahaan milik Tuan Jason sudah menawarkan kerjasama produk mereka namun belum diterima. "Bagaimana mungkin ini terjadi? Apa yang dilakukan Clarissa sampai bisa bersamanya?" batin Tuan Jason. "Wahhhh! Astaga! Astaga!!!!! Apa ini? Wahhh!!! AKU KAYA! AKU KAYA!" pekiknya tertahan. Dia langsung berlari ke depan mencoba mengejar lelaki perlente yang menggotong putrinya sedang pingsan. Tuan Jason berusaha mengejar lelaki itu, tanpa aba-aba kedua bodyguard itu mengamankannya. "Siapa dia?" tanya Justin. "Namanya Clarissa, putri seorang pengusaha juga yang kebetulan ingin bergabung dengan perusahaan kita, namanya Tuan Jason," jelas personal asisten Justin, lelaki perlente yang membawa Clarissa pergi dari rumah. "Kau yakin kan ini wanita yang bersamaku?" selidik Justin. "Yakin Tuan. Kami sudah mengecek semua CCTV hotel, memang wanita inilah yang bersama denganmu semalam, Tuan," jawabnya. "Dia juga anak dari Tuan Jason, pemilik perusahaan yang kartu namanya ditemukan di kamar hotel semalam," sambungnya. "Ck! Sialan. Cara main yang kotor rupanya," gumam Justin. "Bagaimana mungkin semalam aku kehilangan kendali dan bersamanya," sambungnya. "Sepertinya memang ada sesuatu yang di tambahkan dalam minuman itu, Tuanku," sahut Andrea, pesonal asisten sekaligus orang kepercayaan Justin. "Bagaimana bisa," ujar Justin. "Maaf, Tuan. Maafkan saya, harusnya saja kemarin mendampingi mu jamuan makan malam. Saya tak mengira endingnya akan seperti ini," ucap Andrea membungkukkan badannya. Justin terdiam, dia tak menyahut mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Nihil, dia sama sekali tak mengingat apapun, dia hanya sadar jika meniduri seorang wanita polos pagi harinya. Justin hanya memotretnya dan menyuruh beberapa anak buahnya menyelidiki wanita itu. "Dia tidak apa-apa kan?" tanya Justin melirik ke arah Clarissa. "Aku sudah turun tangan, mana mungkin terjadi sesuatu dengannya. Tapi tendangannya lumayan keras, biadab memang ayahnya. Dia akan baik-baik saja setelah beristirahat beberapa hari," jelas seornag dokter menyahut, dia adalah dokter sekaligus pengusaha dan keponakan Justin bernama Dirly yang tiba-tiba masuk dari belakang. "Tapi kamu sungguh sudah mencobanya?" tanyanya lagi memastikan. "Ck! Aku melakukannya karena tak sadar. Aku berada di bawah pengaruh alkohol semalam," sahutnya. Justin berjalan ke arah Clarissa, dia membaca map putih yang di berikan oleh Dirly. Kemudian tersenyum penuh arti. "Pas! Dia yang ku mau," kata Justin. "Aku tidak menyangka jika selera seorang Justin Leonard seperti ini," ledek Dirly. "Cihhh kau tahu apa," kata Justin pergi meninggalkan Clarissa, dia duduk bersama Dirly. Clarissa, wanita itu masih tertidur keadaannya lemah. Di bahu dan beberapa tubuh bagian lainnya masih lebam karena tendangan Tuan Jason. Tiba-tiba mata Justin tertuju pada bahu sisi kanan, terdapat tato kecil berbentuk bunga mawar yang unik. Wanita itu bukan menggunakan mawar namun warna hitam. "Apakah kau melihatnya, Justin?" tanya Dirly. "Ya aku melihatnya, seleranya lumayan bagus juga ternyata. Tato di bahu itu kan? Mawar Hitam," jawab Justin. Tiba-tiba saat percakapan itu terjadi Clarissa bangun. Dia mengerjapkan mata heran dengan ruangan yang tak pernah dia tahu. "Aku di mana? Dimana ini?" tanya Clarissa bergumam. "Kamu sudah bangun?" tanya Justin. "Kamu yang kemarin menolongku ya?" sahut Clarissa melihat ke arah Andrea. Dia antara sadar dan tidak, merasakan seorang malaikat sedang bersamanya. Dia membebaskan dari jeratan keluarga Jason. Dan ternyata ketika dia bangun itu bukanlah mimpi. "Kau terlalu lama pingsan. Apa kau tak lelah? Apa yang kau mimpikan sampai tak bangun-bangun?" kata Dirly menghampiri pasiennya itu. Dia memeriksanya sebentar, "Terima kasih," kata Clarissa dengan wajah yang memerah. "Tidak perlu, itu semua sudah seharusnya aku lakukan," kata Justin. "Baca ini," perintahnya. "Apa ini? Surat permohonan pernikahan?" tanya Clarissa kebingungan. "Ya, kita akan menikah, membantu istri sendiri itu sudah suatu keharusan dan kau akan menjadi istriku," jawab Justin. "Hah? Apa? Aku menjadi istrimu? Bagaimana mungkin? Kita tak saling kenal," sanggah Clarissa. "Kenapa? Apa kau tak mau atau kau mau kembali di rumah jahanam itu? Apakah kau ingin menikah dengan lelaki tua bangka bernama Abraham itu? Kalau kau memang mau, maka aku akan mengembalikan mu sekarang!" ancam Justin. Clarissa terdiam sesaat. Dia mengamati wajah lelaki yang mengajaknya menikah ini. Sepertinya dia pernah melihat lelaki itu. Wajahnya tak asing. "Tunggu! Bukankah kau yang memperkosaku semalam?" teriak Clarissa sambil menunjuk muka Justin. "Turunkan tanganmu!" bentak Justin. Clarissa pun langsung menurunkannya. "Ya! Itu kesalahan semalam. Anggaplah salam perkenalan sebelum kita menikah," jawab Justin dengan santai. "Hah?" sahut Clarissa syok denga entengnya jawaban Justin. "Kau pilih mana sekarang? Menjadi istriku dan lahir kan seorang anak dengan begitu aku akan membantumu melakukan semua yang aku inginkan. APAPUN KEINGINANMU, atau menikah dengan pria tua bangka dan hidup menderita?" tanya Justin dengan nada mengintimidasi. Mendengar ucapan itu, Clarissa langsung terdiam. Dia bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya jika menyetujuinya maka dia akan menikah dengan lelaki yang baru ditemuinya tapi jika dia tidak setuju maka harus kembali ke rumah. Dia akan melihat ibu dan ayah angkatnya yang memperlakukannya dengan sangat kasar, melihat Devan orang yang dicintainya tiba-tiba ingin menikah dengan kakaknya dan melihat eyangnya yang juga bermulut saja menyakitinya. "Pelayan! Tolong bawakan barangnya kemari," perintah Justin. Seorang pelayan datang menghampirinya dengan membawakan maps. "Baca!" perintah Justin. AKANKAH CLARISSA BERSEDIA MENIKAH DENGAN LELAKI YANG MENIDURINYA?ISTRI PRESDIR YANG TERBUANG"Apa ini?" tanya Clarissa."Andrea jelaskan," perintah Justin menyerahkannya."Baik, Tuan. Nyonya Clarissa, di tabel ini adalah nama lengkap serta daftar kekayaan pria berusia 70 tahun yang akan dijodohkan denganmu. Keluarga mu ingin menukarkanmu dengan sepersepuluh dari kekayaannya ini. Kau akan menderita dan tak mendapatkan uang sepeserpun dari mereka, tapi kalau kau menikah dengan Tuan Justin maka kau dapat segalanya. Tuan Justin hanya butuh istri dan keturunan. Kebetulan kau beruntung untuk posisi itu. Bagaimana? Kau mau?" tanya Andrea."Clarissa bukankah kamu ingin membalas dendam? Bukankah ini akan bermanfaat untukmu?" imbuh Justin. Clarissa masih terdiam tak bergeming, dia bingung bagaimana bisa lelaki di hadapannya ini tahu semua."Baik, disini saya akan menjelaskan beberapa fakta jahatnya keluargamu, Nyonya. Menurut rekaman CCTV hotel malam itu kau di buat hilang kesadaran oleh Kakak perempuanmu, rencananya kau akan di jual senilai tujuh puluh juta
PERNIKAHAN NARA DAN DEVAN"Ternyata aku tidak jelek jika berdandan begini. Tapi kenapa dulu orang-orang bilang wajahku biasa saja?" kata Clarissa lirih. "INI SAATNYA BALAS DENDAM ISTRI PRESDIR YANG TERBUANG!""Ah syukurlah, setidaknya dia sekarang jauh lebih enak dipandang dibandingkan waktu aku membawanya. Tampak kumal dan tak terurus," monolog Justin. Tiba-tiba Clarissa berbalik arah, dia melihat bayangan Justin di kaca."Bagaimana penampilanku, Tuan Justin?" tanya Clarissa, dia baru tahu nama suaminya Justin setelah menandatangani perjanjian. Justin Leonard itu adalah nama yang sangat tak asing namun dia lupa dimana pernah mendengarkannya. "Tuan Justin? Kenpaa kau diam? Bagaimana penampilanku?" tanya ke Clarissa."Jelek!" jawab Justin."Apa jelek? Kenapa? Bukankah ini cantik? Aku merasa lumayan," sanggah Clarissa.Justin pun berjalan ke arah lemari, dia mengambil salah satu gaun dan melempar ke arah Clarissa. Dia tak suka Clarissa memakai pakaian yang terbuka."Seleramu sangat p
APAKAH DIA BENAR-BENAR JUSTIN LEONARD?"Sudah cukup, Kak. Tak perlu dijelaskan, aku sudah menikah dengan Tuan Justin juga. Jadi kau bisa mengambil Kak Devan. Oh ya kenalkan, dia adalah Tuan Justin, adalah calon suamiku," tegas Clarissa."Aku datang bukan untuk mengacau, aku datang untuk memberikan selamat kepada kalian dengan telus. Jadi kau jangan salah paham," kata Clarissa."Apa? Suami? Sejak kapan kau menikah? Lagi pula kau ingin memberi selamat seperti apa? Jelas-jelas kau memukul suamiku," debat Nara."Oh maaf, maaf suamiku cemburuan jika istrinya di sentuh oleh wanita asing. Dia melakukannya karena calon suamimu yang mendekat duluan," jelas Clarissa. Justin menatap ke arah Clarissa, dia tak menyangka wanita itu berakting dengan sempurna. Bahkan dia dengan sangat alami bisa menyebut suami dan membanggakannya layaknya mereka sudah menikah."Hey! Apa yang kalian lakukan di sini pernikahan akan segera dimulai. Kenapa kalian masih di depan pintu menyambut tamu," ujar seorang lelak
DIA ADALAH PUNDI-PUNDI UANGKU!"Tuan, bagaimana barang bawaan ini? Haruskah saya menyerahkannya ke dalam? Ini tadi adalah set perhiasan mahal yang sudah di pesan, lengkap dengan wine langka, dan seserahan lainnya," kata Tuan Hendrawan."A...apa? Perhiasan? Wine? Seserahan?" tanya Tuan Jason."Kenapa? Bukankah awalnya kau meragukanku? Kau tahu sendiri kan bagaimana kwalitas yang akan aku berikan dan tidak dijual secara bebas demi menghargai calon mertuaku," sindir Justin."Tentu, bahkan saya sendiri kesusahan untuk mencarinya dengan sangat susah. Ini perhiasan yang Tuan inginkan merk edisi terbatas yang hanya ada lima buah di dunia," jelas Hendrawan."Apakah kau datang untuk mengantarkan yang spesial edisi terbatas itu, Tuan. Wahhh rejeki apa ini? Kedatangan Tuan Justin Leonard dan membawakan hadiah yang spesial? Bayangkan betapa mahal harganya karena hanya Ada 5 buah di dunia. Apakah semua hadiah ini akan diberikan kepadaku?" tanya Tuan Jason dengan mata berharap.Devan dan Nara Mere
PERMAINAN APA INI? APA YANG SEDANG KAU MAINKAN?"Ck! Diamlah! Dia jauh lebih berharga dari pada suamimu! Apa yang kamu mengerti," bentak Tuan Jason."Apa maksud, Ayah?" tanya Clarissa."Itu adalah pundi-pundi uang kita. Kau tahu tidak Clarissa itu lebih hebat dari dirimu ternyata, dia bisa menjadi istri pimpinan presiden direktur Justin Leonard. Kau tahu siapa dia? Dia adalah keluarga besar Leonard, jajaran orang terkaya. Kau bisa bayangkan apa yang bisa kita dapatkan? Kita bisa mendapatkan keuntungan dari itu dan bisa membangun gunung emas," bisik Tuan Jason. Tangan Nara menggenggam erat."Tapi Ayah....""Sttt! Diamlah. Aku tidak akan membuang waktu dengan kalian. Aku akan menjamu mereka, mereka lebih penting daripada kalian," kata Tuan Jason sambil masuk ke dalam gedung.Otomatis hal itu membuat Nara murka, dia bertambah benci dengan sosok Clarissa. Padahal selama ini dia sudah berusaha semaksimal mungkin merebut kebahagiaan adik angkatnya itu, dia kira dengan menikahi Devan dunia
SEJAK KECIL AKU MEMBENCIMU! "Apa akhirnya dia tidak berpura-pura menjadi kakakku lagi? Mana Kak Nara yang aku kenal dulu? Mengapa dia berubah seperti ini? Dia yang seperti ini membuatku sedikit tidak terbiasa, aneh sekali. Padahal dulu dia selalu berbaik hati kepadaku. Rupanya aku tertipu akan casingnya saja?" batin Clarissa. "PERMAINAN APA INI? APA YANG SEDANG KAU MAINKAN?" sindir Clarissa. "Apa bedanya kamu denganku?" sambung Clarissa seolah menantang Nara. "Hah? Kau tanya apa bedanya? Jelas berbeda! Kamu perempuan brengsek! Jangan sombong kau ya! Oke lah sekarang kau bisa mendapatkan hati CEO abal-abal itu, tapi aku memiliki bukti Kamu bermain dengan orang lain. KAU MALAM ITU KE HOTEL BERSAMA PRIA TAK DIKENAL! Jika kamu memprovokasiku terus-terusan, maka aku akan mengantarkan bukti itu ke keluarga Leonard," ancam Nara. Clarissa tersenyum kecut, sepertinya apa yang dikatakan oleh Tuan Justin benar. Sebelumnya dia sudah di beri tahu bahwa dia bisa ada dalam hotel karena jebakan
TAKTIK NARA MENGHASUT JUSTIN MEMBENCI CLARISSA! "Apa kamu tahu sejak kecil aku membencimu?" tanya Nara lagi. Nara menyeka keningnya yang sedikit berdarah. "Kenapa?" tanya Clariisa. "Pertama kamu datang ke keluargaku secara tiba-tiba. Rasanya aku ingin membunuhmu tapi ayah dan kakek mengatakan kamu akan berguna jika tinggal di sini, kamu juga bisa memberiku hata dan reputasi. Aku mencoba bersabar," jawab Nara. "Lalu mengenai Devan? Kau terlalu percaya diri. Dia hanya ingin bermain-main saja denganmu. Dengan statusnya itu, bagaimana mungkin dia akan menikahi anak haram sepertimu," sambung Nara. "Benarkah? Nyatanya aku mendapatka Tuan Justin. Pemilik perusahaan besar? Terimakasih ya, Kak. Terimakasih karena kau MEMBANTUKU MEMBUANG SAMPAHKU! AMBIL LAH!" perintah Clarissa dengan percaya dirinya. Dia sendiri pun tak menyangka jika bisa mengatakan itu pada Nara. Entah keberanian dari mana yang dia dapatkan, sedangkan di sisi lain Nara langsung menggenggam erat tangannya. Dia benci sek
DEVAN CINTA PERTAMA YANG MENGHANCURKAN CLARISSA! "Sayang, apa kamu tidak keberatan dengan semua masa laluku? Bahkan kalau semua itu hanya tuduhan keji saja. Bagaimana kau akan menyikapinya? Apakah kau akan tetap ingin menjadikan aku seorang istri Tuan Justin Leonard?" tanya Clarissa. "Tentu saja. Memang apa yang kalian pikirkan? Tak ada masalah. Toh semua itu belum bisa di buktikan keberannya kan? Lalu untuk apa aku mempermasalahkan pernyataan konyol itu," jawab Justin. Nara terheran-heran karena rencananya tak berhasil sama sekali. Ekspresi datar itu tak bisa di bohongi. Bagaimana mungkin dia sudah tidur dengan lelaki lain dan kamu masih menginginkannya. Clarissa tersenyum penuh kemenangan. "Kakakku yang baik, apakah kamu tahu orang yang kamu maksud itu dia adalah orangnya?" sindir Clarissa. "Kau yang mempertemukan kami, bukankah aku sudah menjelaskannya dari awal?" sambungnya. Nara mundur beberapa langkah. "Bagaimana mungkin aku yang melakukan semuanya? Bagaimana mungkin?" t