JEBAKAN NARA!
"Penjaga!! PENJAGA!" teriaknya. "Siap Tuan!" sahut dua body guard di belakang lelaki itu. "Bawa dia ke kamarnya! Jangan biarkan dia keluar dan mengganggu pemandangan," perintah lelaki itu, yang tak lain adalah Tuan Jason. Tanpa banyak bicara lagi dua pengawal yang berada di belakangnya langsung berjalan mendahului Tuan Jason, dengan kasar dia menyeret Clarissa lalu memasukkannya di dalam ruangan kamarnya. Setelah itu kedua pengawal saling berbisik, "Aku baru kali ini melihat Tuan Jason sangat kejam. Meski dia biasa menyiksa Nona Clarissa, namun dia akan menikahkan Nona Clarissa dengan pria yang berusia 70 tahun. Itu adalah hal terkejam, bahkan lelaki yang bisa meninggal kapanpun," jelas pengawal berbadan kekar. "Apa? Apa maksud mereka? Lelaki berusia 70 tahun?" batin Clarissa. "Benarkah? Jadi Tuan Abram itu bukan orang yang muda ya? Ku kira dia masih muda, karena dari namanya kekinian," tanya pelayan satunya sambil mengajak keluar dari ruangan kamar Clarissa. Melihat pelayan itu keluar dan menutup pintu, Clarissa pun berdiri. Dia mendengarkan dua pelayan yang sedang mengobrol di baliknya. Dia yakin pengawal itu akan menjaganya di pintu. Hal yang selalu biasa di lakukan Tuan Jason ketika Clarissa bersalah, dia akan mengurungnya. "Bukan, dia itu sudah tua bangka. Farel itu adalah nama samarannya, apa yang kamu mengerti. Bisnis itu tidak mempermasalahkan hal semacam itu juga," ucap pelayan kekar. "Lalu siapa sebenarnya Ibu dari Nyonya Clarissa?" 'Dok Dok Dok' "Aku tidak mau! Lepaskan aku! Lepaskan aku! Tolong! Tolong lepaskan aku!" teriak Clarissa dari dalam kamar. Kedua pengawal itu tak merespon. Clarissa terus berteriak, sampai dia pun terduduk di lantai. Dia sudah lelah menangis, percuma saja seberapa kali dia mencoba untuk menggedor pintu, tak akan pernah terbuka. Dia mencoba mengingat-ingat lagi apa yang terjadi malam itu. 'Ceklek' Tiba-tiba terdengar suara pintu di buka dari luar. Ternyata itu adalah Nara, Kakak perempuannya. Dia berjalan mendekatinya, Nara nampak menggunakan celana jeans dan tank top dengan cardigan bunga berwarna biru. "Clarissa, kamu menyukai Devan? Kenapa tidak bilang padaku? Kenapa kamu diam-diam menggodanya? Huhuhu," kata Nara sambil menangis. "KAU MENJEBAKKU KAN! KAU MEMBUATKU DI JODOHKAN DENGAN LELAKI ITU! KAU YANG MEMBUAT DAN MENGATUR DRAMANYA, KAN?" teriak Clarissa. "Clarissa, adikku sayang.. apa yang kau katakan? Mengapa kau tega menuduhku seperti itu?" tanya Nara dengan memelaskan mukanya. Dia membelai rambut Clarissa. Clarissa terdiam, jika memang bukan Nara siapa lagi pelakunya? Namun selama ini Nara sangat baik padanya. Dia dan kakaknya tak pernah memiliki masalah selama ini. Apalagi Clarissa sangat menyayanginya. "Lalu apa yang kakak katakan? Bukankah kakak sendiri juga tahu kalau Kak Devan itu pacarku? Kami memang sudah lama bersama, memang tak banyak yang tau hubungan kami karena Devan sendiri yang mengatakan bahwa hubungan ini harus di sembunyikan dulu. Karena bisa menghambat kariernya, bahkan kami bersama sejak SMA, Kak. Lelaki yang sering kali aku bicarakan pada Kak Nara, dia adalah Devan," jelas Clarissa. "Benarkah? Lalu bagaimana bisa kau menginap dengan lelaki lain di hotel kalau kau memang bersama Devan? Ini aneh kan, " tanya Nara dengan muka yang susah diartikan. "Bukankah Kakak berkata lelaki yang mencintaiku akan datang di kamar itu? Aku pikir dia adalah Devan. Aku pikir kalian menyiapkan menyiapkan kejutan padaku. Dan kartu kamar Itu juga Kakak yang memberikannya kepadaku kan?" jawab Clarissa. Dia masih ingat sekali sebelum kehilangan kesadarannya, bahwa Nara memberikannya. Lalu tiba-tiba dia kehilangan kesadaran begitu saja. "Apa? Kartu kamar apanya? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan sebenarnya, Clarissa," ujar Nara sambil mengusap air matanya, namun bibinya tersungging penuh senyum. "A-apa? Sandiwara macam apa ini?" tanya Clarisa. Nara langsung berubah, dia memelaskan wajahnya. "Clarissa, aku mengerti, aku paham sekarang jika kau sangat menyukai Devan. Tapi Devan itu tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Bahkan saat kau tidur dengan lelaki lain di kamar itu, Devan pun bersamaku. Dia mencumbuku, lihatlah bekas cupangan di dadaku. Aku kehilangan kesucianku dengan Devan. Untung saja Devan akan bertanggung jawab," kata Nara membuka cardigan bunga birunya. Tiba-tiba Nara meluruhkan badannya di lantai. Mereka berhadapan sekarang, Clarissa terdiam. Sakit sekali hatinya, bagaimana bisa lelaki yang sangat dia cintai berubah seketika bahkan akan menikahi kakak perempuannya. "Clarissa," panggil Nara. "Kami akan segera menikah. Bisakah kamu tidak mengganggunya lagi? Clarissa aku mohon padamu, bisakah jangan merebut Devan lagi dariku?" tanya Nara. Clarissa mendongakkan kepalanya. "Aku akan memberikannya semua kepadamu tapi mengenai perasaanku. Aku tidak akan mengalah," ujarnya lagi. 'Brakkk' tiba-tiba pintu kamar itu terbuka lagi dengan kasar. Nampak seorang lelaki tampan masuk ke dalam kamar lelaki itu tak lain adalah Devan. Clarissa terdiam, memang Devan dan Nara saling mengenal namun dia masih tak menyagka dua orang yang dia sayangi mengkhianatinya seperti ini. "Devan," gumam Clarissa. "Nara! Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa lagi? Ada apa, Sayang?" tanya Devan sambil menghampiri Nara. Dan yang membuatnya terkejut, dia seolah-olah tidak mengenal Clarissa. "Aku tidak apa-apa, Devan. Jangan salahkan Clarissa, dia tidak sengaja melakukan ini," ujar Nara. "Kak Devan! Kak Devan kau kekasihku kan? Apa yang kau lakukan? Sejak kapan kau bersama Kak Nara? Apakah kau menghianati cinta kita?" tanya Clarissa, namun Devan seolah-olah tak peduli dia langsung menggendong Nara di depan Clarissa. "Hentikan sandiwaramu, Clarissa! KITA TAK SALING KENAL! Aku akan menikahinya," tegas Devan. "Apa maksud semua ini, Devan? Jangan pergi! Jangan seperti ini, Devan! Kita bersama lebih dari tujuh tahun!" teriak Clarissa sambil menangis dan memukul dadanya dengan keras. Dia langsung berdiri mengejar mereka, tiba-tiba satu tendangan menghantam bahu Clarissa saat dia mencoba mengejar Devan dan Nara. 'Bughhh!' "Arrrgg... sakit," erang Clarissa perlahan. Tendangan di bahu itu langsung membuat Clarissa terjatuh di lantai. "Gadis memalukan! Tak punya harga diri! Cukup Ibumu yang menjadi wanita bar-bar, wanita jalang! Jagan sampai kau juga," teriak Tuan Jason. 'Buggghhh' tanpa ampun dia langsung memukul Clarissa lagi, dia menggeret rambut Clarissa dari belakang untuk masuk ke dalam kamarnya lagi. Karena Clarissa berhasil keluar kamar mengejar Nara dan Devan saat pintunya terbuka. "Pelayan! PELAYAN! Jangan biarkan dia keluar sebelum keluarga Abraham datang!" perintah Tuan Jason. 'Brakkk' pintu tertutup. "Sakit," gumam Clarissa antara sadar dan tidak dia pun lalu pingsan karena pukulan di tendangan di bahunya. "Tuan! Tuan! Ada yang menerobos masuk ke dalam rumah!? teriak pengawal berbadan kekar. "Siapa?" tanya Tuan Jason. AKANKAH JUSTIN BISA MENEMUKAN WANITA SEMALAMNYA? BERSAMBUNGMENIKAHI PRIA YANG MENIDURINYA?"Tuan! Tuan! Ada yang menerobos masuk ke dalam rumah!? teriak pengawal berbadan kekar."Siapa?" tanya Tuan Jason."Entahlah, aku tidak bisa menghentikannya!" teriak seorang pelayan lagi."Siapa yang berani masuk ke dalam rumahku?" sahut Tuan Jason.Tiba-tiba seorang lelaki perlente dengan memakai jas rapi datang dengan dikawal empat orang bodyguard muda. Dia nampak menyingsingkan jasnya, Tuan Jason pun mengerutkan keningnya heran. Dia tak tahu lelaki itu, bahkan tak mengenalnya. Tanpa banyak bicara dia pun melewati Tuan Jason dan langsung berdiri di hadapan Clarissa yang masih nampak setengah pingsan. Tanpa persetujuan apapun, dia pun menggendongnya."Hei hei! Siapa kamu? Kenapa kau seperti ini? Kau akan membawa putriku kemana? Kenapa kau membawanya? Apa urusanmu denganku?" teriak Tuan Jason. "Ini perintah Tuan kami," jawab lelaki perlente itu."Tuanmu? Siapa? Siapa dia?" teriak Tuan Jason."Tuanku adalah Justin Leonard," tegasnya sambil berlalu dan m
ISTRI PRESDIR YANG TERBUANG"Apa ini?" tanya Clarissa."Andrea jelaskan," perintah Justin menyerahkannya."Baik, Tuan. Nyonya Clarissa, di tabel ini adalah nama lengkap serta daftar kekayaan pria berusia 70 tahun yang akan dijodohkan denganmu. Keluarga mu ingin menukarkanmu dengan sepersepuluh dari kekayaannya ini. Kau akan menderita dan tak mendapatkan uang sepeserpun dari mereka, tapi kalau kau menikah dengan Tuan Justin maka kau dapat segalanya. Tuan Justin hanya butuh istri dan keturunan. Kebetulan kau beruntung untuk posisi itu. Bagaimana? Kau mau?" tanya Andrea."Clarissa bukankah kamu ingin membalas dendam? Bukankah ini akan bermanfaat untukmu?" imbuh Justin. Clarissa masih terdiam tak bergeming, dia bingung bagaimana bisa lelaki di hadapannya ini tahu semua."Baik, disini saya akan menjelaskan beberapa fakta jahatnya keluargamu, Nyonya. Menurut rekaman CCTV hotel malam itu kau di buat hilang kesadaran oleh Kakak perempuanmu, rencananya kau akan di jual senilai tujuh puluh juta
PERNIKAHAN NARA DAN DEVAN"Ternyata aku tidak jelek jika berdandan begini. Tapi kenapa dulu orang-orang bilang wajahku biasa saja?" kata Clarissa lirih. "INI SAATNYA BALAS DENDAM ISTRI PRESDIR YANG TERBUANG!""Ah syukurlah, setidaknya dia sekarang jauh lebih enak dipandang dibandingkan waktu aku membawanya. Tampak kumal dan tak terurus," monolog Justin. Tiba-tiba Clarissa berbalik arah, dia melihat bayangan Justin di kaca."Bagaimana penampilanku, Tuan Justin?" tanya Clarissa, dia baru tahu nama suaminya Justin setelah menandatangani perjanjian. Justin Leonard itu adalah nama yang sangat tak asing namun dia lupa dimana pernah mendengarkannya. "Tuan Justin? Kenpaa kau diam? Bagaimana penampilanku?" tanya ke Clarissa."Jelek!" jawab Justin."Apa jelek? Kenapa? Bukankah ini cantik? Aku merasa lumayan," sanggah Clarissa.Justin pun berjalan ke arah lemari, dia mengambil salah satu gaun dan melempar ke arah Clarissa. Dia tak suka Clarissa memakai pakaian yang terbuka."Seleramu sangat p
APAKAH DIA BENAR-BENAR JUSTIN LEONARD?"Sudah cukup, Kak. Tak perlu dijelaskan, aku sudah menikah dengan Tuan Justin juga. Jadi kau bisa mengambil Kak Devan. Oh ya kenalkan, dia adalah Tuan Justin, adalah calon suamiku," tegas Clarissa."Aku datang bukan untuk mengacau, aku datang untuk memberikan selamat kepada kalian dengan telus. Jadi kau jangan salah paham," kata Clarissa."Apa? Suami? Sejak kapan kau menikah? Lagi pula kau ingin memberi selamat seperti apa? Jelas-jelas kau memukul suamiku," debat Nara."Oh maaf, maaf suamiku cemburuan jika istrinya di sentuh oleh wanita asing. Dia melakukannya karena calon suamimu yang mendekat duluan," jelas Clarissa. Justin menatap ke arah Clarissa, dia tak menyangka wanita itu berakting dengan sempurna. Bahkan dia dengan sangat alami bisa menyebut suami dan membanggakannya layaknya mereka sudah menikah."Hey! Apa yang kalian lakukan di sini pernikahan akan segera dimulai. Kenapa kalian masih di depan pintu menyambut tamu," ujar seorang lelak
DIA ADALAH PUNDI-PUNDI UANGKU!"Tuan, bagaimana barang bawaan ini? Haruskah saya menyerahkannya ke dalam? Ini tadi adalah set perhiasan mahal yang sudah di pesan, lengkap dengan wine langka, dan seserahan lainnya," kata Tuan Hendrawan."A...apa? Perhiasan? Wine? Seserahan?" tanya Tuan Jason."Kenapa? Bukankah awalnya kau meragukanku? Kau tahu sendiri kan bagaimana kwalitas yang akan aku berikan dan tidak dijual secara bebas demi menghargai calon mertuaku," sindir Justin."Tentu, bahkan saya sendiri kesusahan untuk mencarinya dengan sangat susah. Ini perhiasan yang Tuan inginkan merk edisi terbatas yang hanya ada lima buah di dunia," jelas Hendrawan."Apakah kau datang untuk mengantarkan yang spesial edisi terbatas itu, Tuan. Wahhh rejeki apa ini? Kedatangan Tuan Justin Leonard dan membawakan hadiah yang spesial? Bayangkan betapa mahal harganya karena hanya Ada 5 buah di dunia. Apakah semua hadiah ini akan diberikan kepadaku?" tanya Tuan Jason dengan mata berharap.Devan dan Nara Mere
PERMAINAN APA INI? APA YANG SEDANG KAU MAINKAN?"Ck! Diamlah! Dia jauh lebih berharga dari pada suamimu! Apa yang kamu mengerti," bentak Tuan Jason."Apa maksud, Ayah?" tanya Clarissa."Itu adalah pundi-pundi uang kita. Kau tahu tidak Clarissa itu lebih hebat dari dirimu ternyata, dia bisa menjadi istri pimpinan presiden direktur Justin Leonard. Kau tahu siapa dia? Dia adalah keluarga besar Leonard, jajaran orang terkaya. Kau bisa bayangkan apa yang bisa kita dapatkan? Kita bisa mendapatkan keuntungan dari itu dan bisa membangun gunung emas," bisik Tuan Jason. Tangan Nara menggenggam erat."Tapi Ayah....""Sttt! Diamlah. Aku tidak akan membuang waktu dengan kalian. Aku akan menjamu mereka, mereka lebih penting daripada kalian," kata Tuan Jason sambil masuk ke dalam gedung.Otomatis hal itu membuat Nara murka, dia bertambah benci dengan sosok Clarissa. Padahal selama ini dia sudah berusaha semaksimal mungkin merebut kebahagiaan adik angkatnya itu, dia kira dengan menikahi Devan dunia
SEJAK KECIL AKU MEMBENCIMU! "Apa akhirnya dia tidak berpura-pura menjadi kakakku lagi? Mana Kak Nara yang aku kenal dulu? Mengapa dia berubah seperti ini? Dia yang seperti ini membuatku sedikit tidak terbiasa, aneh sekali. Padahal dulu dia selalu berbaik hati kepadaku. Rupanya aku tertipu akan casingnya saja?" batin Clarissa. "PERMAINAN APA INI? APA YANG SEDANG KAU MAINKAN?" sindir Clarissa. "Apa bedanya kamu denganku?" sambung Clarissa seolah menantang Nara. "Hah? Kau tanya apa bedanya? Jelas berbeda! Kamu perempuan brengsek! Jangan sombong kau ya! Oke lah sekarang kau bisa mendapatkan hati CEO abal-abal itu, tapi aku memiliki bukti Kamu bermain dengan orang lain. KAU MALAM ITU KE HOTEL BERSAMA PRIA TAK DIKENAL! Jika kamu memprovokasiku terus-terusan, maka aku akan mengantarkan bukti itu ke keluarga Leonard," ancam Nara. Clarissa tersenyum kecut, sepertinya apa yang dikatakan oleh Tuan Justin benar. Sebelumnya dia sudah di beri tahu bahwa dia bisa ada dalam hotel karena jebakan
TAKTIK NARA MENGHASUT JUSTIN MEMBENCI CLARISSA! "Apa kamu tahu sejak kecil aku membencimu?" tanya Nara lagi. Nara menyeka keningnya yang sedikit berdarah. "Kenapa?" tanya Clariisa. "Pertama kamu datang ke keluargaku secara tiba-tiba. Rasanya aku ingin membunuhmu tapi ayah dan kakek mengatakan kamu akan berguna jika tinggal di sini, kamu juga bisa memberiku hata dan reputasi. Aku mencoba bersabar," jawab Nara. "Lalu mengenai Devan? Kau terlalu percaya diri. Dia hanya ingin bermain-main saja denganmu. Dengan statusnya itu, bagaimana mungkin dia akan menikahi anak haram sepertimu," sambung Nara. "Benarkah? Nyatanya aku mendapatka Tuan Justin. Pemilik perusahaan besar? Terimakasih ya, Kak. Terimakasih karena kau MEMBANTUKU MEMBUANG SAMPAHKU! AMBIL LAH!" perintah Clarissa dengan percaya dirinya. Dia sendiri pun tak menyangka jika bisa mengatakan itu pada Nara. Entah keberanian dari mana yang dia dapatkan, sedangkan di sisi lain Nara langsung menggenggam erat tangannya. Dia benci sek