SEJAK KECIL AKU MEMBENCIMU! "Apa akhirnya dia tidak berpura-pura menjadi kakakku lagi? Mana Kak Nara yang aku kenal dulu? Mengapa dia berubah seperti ini? Dia yang seperti ini membuatku sedikit tidak terbiasa, aneh sekali. Padahal dulu dia selalu berbaik hati kepadaku. Rupanya aku tertipu akan casingnya saja?" batin Clarissa. "PERMAINAN APA INI? APA YANG SEDANG KAU MAINKAN?" sindir Clarissa. "Apa bedanya kamu denganku?" sambung Clarissa seolah menantang Nara. "Hah? Kau tanya apa bedanya? Jelas berbeda! Kamu perempuan brengsek! Jangan sombong kau ya! Oke lah sekarang kau bisa mendapatkan hati CEO abal-abal itu, tapi aku memiliki bukti Kamu bermain dengan orang lain. KAU MALAM ITU KE HOTEL BERSAMA PRIA TAK DIKENAL! Jika kamu memprovokasiku terus-terusan, maka aku akan mengantarkan bukti itu ke keluarga Leonard," ancam Nara. Clarissa tersenyum kecut, sepertinya apa yang dikatakan oleh Tuan Justin benar. Sebelumnya dia sudah di beri tahu bahwa dia bisa ada dalam hotel karena jebakan
TAKTIK NARA MENGHASUT JUSTIN MEMBENCI CLARISSA! "Apa kamu tahu sejak kecil aku membencimu?" tanya Nara lagi. Nara menyeka keningnya yang sedikit berdarah. "Kenapa?" tanya Clariisa. "Pertama kamu datang ke keluargaku secara tiba-tiba. Rasanya aku ingin membunuhmu tapi ayah dan kakek mengatakan kamu akan berguna jika tinggal di sini, kamu juga bisa memberiku hata dan reputasi. Aku mencoba bersabar," jawab Nara. "Lalu mengenai Devan? Kau terlalu percaya diri. Dia hanya ingin bermain-main saja denganmu. Dengan statusnya itu, bagaimana mungkin dia akan menikahi anak haram sepertimu," sambung Nara. "Benarkah? Nyatanya aku mendapatka Tuan Justin. Pemilik perusahaan besar? Terimakasih ya, Kak. Terimakasih karena kau MEMBANTUKU MEMBUANG SAMPAHKU! AMBIL LAH!" perintah Clarissa dengan percaya dirinya. Dia sendiri pun tak menyangka jika bisa mengatakan itu pada Nara. Entah keberanian dari mana yang dia dapatkan, sedangkan di sisi lain Nara langsung menggenggam erat tangannya. Dia benci sek
DEVAN CINTA PERTAMA YANG MENGHANCURKAN CLARISSA! "Sayang, apa kamu tidak keberatan dengan semua masa laluku? Bahkan kalau semua itu hanya tuduhan keji saja. Bagaimana kau akan menyikapinya? Apakah kau akan tetap ingin menjadikan aku seorang istri Tuan Justin Leonard?" tanya Clarissa. "Tentu saja. Memang apa yang kalian pikirkan? Tak ada masalah. Toh semua itu belum bisa di buktikan keberannya kan? Lalu untuk apa aku mempermasalahkan pernyataan konyol itu," jawab Justin. Nara terheran-heran karena rencananya tak berhasil sama sekali. Ekspresi datar itu tak bisa di bohongi. Bagaimana mungkin dia sudah tidur dengan lelaki lain dan kamu masih menginginkannya. Clarissa tersenyum penuh kemenangan. "Kakakku yang baik, apakah kamu tahu orang yang kamu maksud itu dia adalah orangnya?" sindir Clarissa. "Kau yang mempertemukan kami, bukankah aku sudah menjelaskannya dari awal?" sambungnya. Nara mundur beberapa langkah. "Bagaimana mungkin aku yang melakukan semuanya? Bagaimana mungkin?" t
KETEGASAN CLARISSA MEMBALAS SEMUANYA!"Hubungan kami yang berjalan dari SMA nyatanya bisa dengan mudah dikhianatinya. Aku seperti tak mengenal Kak Devan. Aku juga seperti tak mengenal, Kak Nara. Apakah aku terlalu bodoh dalam hal ini?" batin Clarissa dalam hati."Clarissa," panggil Devan."Ya," sahutnya tersadar dari lamunan."Aku minta maaf padamu. Sungguh aku terpaksa seperti ini. Semua bukan karena keinginanku," ucap Devan lirih dalam helaan nafasnya."Untuk apa?" selidik Clarissa pun berjalan mundur."Rencana apa lagi yang sedang kau susun untuk menghancurkanku?" sindirnya lagi.Devan menghela nafas panjang. Dia menggelengkan kepalanya perlahan, dia tak mau menyalahkan Clarissa, semua karena kesalahannya sendiri. Ya, dia menyadari itu."Aku menyukaimu tapi kamu juga tahu statusku kan? Kita tak bisa menikah dalam posisi ini, karena apa? Aku belum mapan, keluargaku dari orang biasa. Tak pantas jika denganmu, apalagi saat itu kakakmu Nara juga mengaakan cinta. Hubungan kita tak akan
KEDATANGAN ALEXANDRIA TIBA-TIBA"Apa istirahatmu sudah cukup?" tanya Justin masuk dalam kamarnya."Tua Justin," panggil Clarissa lirih."Kenapa? Untuk apa kau menangisi hal bodoh semacam itu? Kau harus bangkit! Untuk apa menangisi lelaki tak berguna dan keluargamu yang toxic itu? Bangun dan ganti pakaianmu, lalu makan setelah itu pergi ke perusahaan," perintah Justin."Hah? Perusahaan?" tanya Clarissa bingung.Dia memberikan paperbag kepada Clarissa sebuah brand yang sangat mahal. Clarissa menerima dengan sejuta tanda tanya. Justin pun menjelaskannya."Perusahaan kekurangan asisten dan kamu cocok untuk posisi itu. Jadi, pakailah ini! Aku sudah memberikannya untukmu, rasanya pakaian itu cocok ketika kau pakai," ucap Justin lagi."Apa? Bekerja? Di perusahaan Tuan Justin?" sahut Clarissa benar-benar tak mengerti. Perlahan Justin maju, mereka saling bertatapan, Justin memegang dagu Clarissa. Dia mendongakkan wajah gadis itu sehingga mata mereka pun bertatapa
AKU TAK KEBERATAN JIKA MENGHIDUPIMU, ASAL MEMBERIKU KETURUNAN!Hari ini pertama kalinya Clarissa bekerja, dia mengenakan setelan blazer pemberian dari Justin. Nampak cantik dan cocok sekali dengannya. Dengan polosnya dia berangkat bersama Justin, namun karena belum percaya diri dengan make up nya di lobby Clarissa memisahkan diri. Setelah menambahkan lipstik nude, dia baru naik ke lantai sembilan belas dimana tempat Justin bekerja."Ah, leganya. Hari Ini pertama kalinya aku bekerja," batin Clarissa masuk ke kantor Justin.Namun sejujurnya dia masih bingung dengan semua ini. Bagaimana bisa masuk ke kantor dan mengurus prosedur masuk kerja dari jalur orang dalam tanpa interview bahkan tak ada lamaran kerja."Kenapa tadi aku tak bersamanya saja? Sekarang aku bingung. Apa dia sungguh berencana menjadikanku sebagai pegawainya? Aku harus kemana?" batin Clarissa saat dalam lift, dia menghela nafas panjang sekali."Sudahlah ini jauh lebih baik daripada tinggal di sangk
VIDEO CALL DEVAN!"Kalau selamanya bergantung padaku juga tak masalah. Aku juga bersedia asal kau memberikan keturunan untukku," bisik Justin di telinga Clarissa. Hal itu membuat Clarissa bergidik ngeri, dia merinding mendengar ucapan itu."Apa kamu lapar? Aku akan membawamu pergi makan," ujar Justin. "Baik, aku lapar, Tuan," jawab Clarissa penuh semangat. Justin menowel hidung bangir milik Clarissa.'Ting' HP Justin berbunyi lagi. Ada 35 pesan masuk dari Alexandria tapi dia tidak menggubrisnya sama sekali. Clarissa sempat melihat ke arah wall secreen HP milik Justin."Aku tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Kenapa dia mengganggu sekali. Kau jangan salah paham," kata Justin."Ya aku tahu kok, Tuan Justin," ucap Clarissa.'Ting' giliran Hp Clarissa yang berbunyi. Nampak banyak pesan di notif pemberitahuannya. Clarissa meneguk ludahnya dengan kasar, semua itu tak lain adalah pesan beruntun dari Devan. Dia memang sengaja tak membalasnya sejak beberapa
SEBATAS PENIKAHAN KONTRAK DAN BALAS DENDAM! "Apa seperti ini cara makan orang kaya? Meskipun keluarga angkatku adalah orang kaya juga tetapi dia tak akan membuang banyak uang untuk hidangan semewah ini," batin Clarissa dalam hati melihat banyaknya hidangan di meja. Mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, bahkan hidangan penutu Justin memang memesan banyak sekali hidangan seafood. Mulai dari abalon, sushi tuna sampai unagi (Belut jepang), sashimi salmon bahkan kerang semua terhidang lengkap dengan croisan dan salad buah sebagai hidangan penutupnya. "Kenapa? Apakah menurutmu ini banyak?" tanya Justin heran, dia memang terbiasa makan dengan berbagai macam hidangan. "Tentu, Tuan. Bahkan menurutku ini bisa untuk makan lima orang," sahut Clarissa. "Ini tidak banyak. Makanlah yang banyak biar tubuhmu lebih berisi, jadi lebih enak untuk disentuh," jawab Justin sambil memegang pipi Clarissa lembut. "Hah? Lebih enak untuk dise
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya