MAFIA PEMBUNUHAN? SIAPA JUSTIN SEBENARNYA?
"Gila," gumam Justin. "Bukankah dia sendiri pernah bilang kalau tidak ingin mempunyai anak? Lalu mengapa dia melakukan ini? Bahkan sebelum menikah dan mengoperasinya sampai berkali-kali. Permainan apalagi ini?" batin Justin. Jujur saja dia benar-benar kecewa kepada Alexandria. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan operasi keperawanan hanya demi ambisinya. Justin menggelengkan kepalanya, dia benar-benar kecewa karena kepercayaannya pada Alexandria sudah di khianati berkali-kali. "Sudahlah tak usah di bahas lagi. Semuanya sudah berlalu. Aku tak ingin membahasnya lagi. Dan lagi tolong beritahu dia, jangan pernah meneleponku lagi!" perintah Justin. "Boleh saja aku beritahu dia, tapi aku tidak menjamin dia akan mendengarkannya. Kau tahu sendiri kan bagaimana watak Alexandria itu, Kak? kepala batu sekali. Bahkan dia sering memberontak dan berUNDANGAN MAKAN MALAM NENEK ELIZABETH! "Jangan nyalakan lampu, biarkan aku sebentar saja seperti ini," kata Justin. Dia pun memeluk Clarisa dengan sangat erat, mencoba mengisi energinya kembali. Sesaat Clarissa merasa bergetar, dia kaget, namun wajah wanita itu pun bersemu merah karena malu. Sungguh dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Justin. Clarissa langsung merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. "Ada apa dengannya? Sepertinya dia sangat sedih," Fbatin Clarissa. "Disaat seperti ini bukankah seharusnya sebagai istri aku menghiburnya? Apalagi selama ini Tuan Justin sangat baik sekali padaku," monolognya dalam hati, dia pun langsung memeluk Justin dengan sangat erat. "Tuan Justin," panggil Clarissa lirih. "Hmmm," sahut Justin. "Meski aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi jangan takut. Aku akan selalu menemanimu," kata Clarissa. Mendengar ucapan Clarissa, Justin pun melepaskan pe
PAMAN KEDUA? PAMAN TIRI? SIAPA DIA? "Nah, kau harus bersikap baik kepada Nenek dan sapa Eyaangku," perintah Justin lagi. "Siap, aku mengerti Tuan Justin," sahutnya. Mobil pun melaju meninggalkan Justin yang terlihat memandangi kepergian Clarissa. Mau tak mau dia hanya diantar supir pergi ke rumah nenek Elisabeth. Sebelum ke rumah Nenek mertuanya da membelikan buah tangan, dia tahu bagaimana adab bertamu. Setelah selesai dia bersiap untuk menemui keluarga Justin Leonard untuk pertama kalinya. "Tuhan, semoga semuanya akan berjalan dengan lancar," batin Clarissa. Mobil yang di tumpangi Clarissa sudah sampai memasuki pelataran semuah kompleks perumahan mewah juga. Dia sangat terkejut dengan rumah nenek mertuanya ini sangat besar dengan gaya klasik eropa. Bahkan rumahnya tak kalah mewah dengan rumah milik Justin. "Wahhh, mereka benar-benar keluarga konglomerat," batin Clarissa. Saat dia turun
SUMIRE YANG MESUM HAMPIR TERBUNUH? "Apa maksud ucapanmu? Ini adalah istri dari Justin," tegur Eyang Leonard. "Hah? Istri Justin?" tanya Lelaki setengah baya itu cukup kaget. "Sejak kapan Justin menikah? Kenapa aku tidak mengetahuinya? Kenapa tidak dirayakan pesta pernikahannya?" tanya seorang lelaki berambut coklat itu. "Apakah ini demi harta keluarga kita, Ma? Mama ya yang merencanakan semuanya? Hahahaha. Agar harta itu tak jatuh di tanganku. Benar kan, Ma?" katanya sambil menatap ke arah nenek Elizabeth. Clarissa meneguk ludahnya dengan kasar, diantara semua orang keluarga Justin yang dia temui baru lelaki di hadapannya ini yang kasar dan urakan sekali. Bahkan terkesan jauh dari kata elegan. Tapi nenek Elizabet hanya diam saja. "Apakah ini keluarga Tuan Justin? Mengapa lelaki ini sangat berbeda dari dugaanku? Tidak elegan dan s
CLARISSA DI CULIK JARINGAN HITAM! "Nona, Tuan memintaku untuk menjemputmu pulang," ajak Ying. "Aku adalah paman keduanya! Aku Sumire, aku yang lebih tua. Kenapa kau memperlakukan seperti ini? Kau tak menghormatiku!" teriak Sumire marah-marah. Tapi dia tak berani berbuat lebih mengingat lelaki itu suruhan Justin yang bisa dengan cepat melukainya atau menghajarnya tanpa ampun. Semua orang nampak tak memedulikan teriakan Sumire, begitu pun dengan Clarissa tak menanggapinya. Dia tak nyaman berada di sana, dia pun segera berdiri dan berpamitan kepada nenek Elizabeth. "Nenek, Kakek, kalau begitu aku pulang dulu ya," pamit Clarissa. "Apa kau yakin?" tanya Eyang Leonard yang sedikit curiga dengan pengawal kiriman cucu nya. "Benar itu, apakah kau tak mau menunggu Justin saja datang ke sini? Bukankah dia mengatakan akan segera datang?" imbuh Nenek Elizabeth. Dia juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan suaminya. Namun
SIAPA DALANG DI BALIK SEMUA INI? CINTA SEGITIGA? ATAU BALAS DENDAM? Justin belum menyadari kehilangan Clarissa. Saat ini dia sedang bersama Kevin sekarang. Mereka mengorbol banyak hal termasuk jaringan hitam, bagaimana pun juga Kevin tau kiprahnya di dunia hitam. Karena selama ini Kevin lah yang selalu merawat Justin ketika mendapatkan luka. "Vandy Tjoa, memang pernah menyelamatkanku. Aku selalu menganggapnya sebagai adik," kata Justin. "Lalu? Bukankah dia sudah memutuskan untuk pergi?" sahut Kevin. "Sebenarnya saat aku meninggalkan jaringan hitam, aku ingin membawanya pergi. Tapi dia bilang kalau sedang menyukai seseorang dalam organisasi itu. Jadi aku memutuskan untuk meninggalkannya," jawab Justin sambil membuka memori setahun lalu. "Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengpa tiba-tiba jaringan hitam itu kembali aktif lagi? Siapa dalang di balik semua ini? Rasanya aku harus segera menyelidikinya," ucap Justin. 'Tok tok tok' pintu di ketuk. Justin yang memang sedari tadi tidu
SUNTIKAN PERANGSANG DI TUBUH CLARISSA! "Jangan khawatir, Sayang! Tunggu beberapa saat lagi, maka dia tidak akan bisa menahannya," ucpa dokter itu. "Panggil empat pria paling tampan, kita akan membuat video di sini sekarang juga," perintahnya lagi. Tak lama empat pria bertubuh kekar datang, mereka melihat Clarissa wanita cantik yang berbaring dengan lingerie seksinya. Membuat mereka bernafsu saja. Dengan sekali tepukan dari dokter berambut pendek itu, lampu dan video Shoot mengarah ke kamera. "Arggghhhh," erang Clarissa pun mulai membuka matanya, dia terbangun. Entah mengapa dia merasakan kepanasan. Gairahnya memuncak. "Ah bagus. Semua kamera sudah on kan?" tanya dokter memastikan. Ke empat lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Nah untuk selanjutnya, aku serahkan pada kalian. Nikmati dan bersenang-senanglah! Aku keluar dulu," katanya. 'Ceklek' pintu di buka, tapi tiba-tiba dia seperti dicekik lehernya. "Arggghhh! Siapa kamu!" katanya sambil mencoba melepaskan cekikan itu. Lel
KATA MAAF DARI MULUT TUAN JUSTIN? Clarissa tertidur lelap sepanjang malam, dia benar-benra puas. Badannya mengeluarkan hormon menenangkan sampai pagi harinya dia terbangun. Clarissa mengerjapkan mata dan mengamati ke sekeliling ruangan, ternyata sudah berada di kamar rumah Justin. Clarissa merasa kebingungan sekarang. "Argggghhh, kepalaku sakit," gumam Clarissa. "Kapan aku tertidur? Mengapa aku tidak mengingat apapun?" batin Clarissa sambil terbangun. Dia duduk termenung di ranjang, kemudian ingatannya kembali lagi mencoba mengingat-ingat kejadian semalam tetapi semua terasa seperti Dejavu. Di merasa apakah semalam itu nyata atau mimpi. "Benarkah ini aku? Apakah aku masih mimpi? Atau aku sudah sadar?" batin Clarissa sambil mencubit pipinya. "Aku tidak mimpi. Tapi, bukankah aku diculik semalam? Bagaimana ceritanya aku bisa sampai sini dengan mengenakan baju tidur? Apakah malam itu Tuan Justin menggantikan bajuku? Apa itu artinya...." Clarissa menggantung kalimatnya, pipinya
KEPULANGAN CLARISSA KE RUMAH TUAN JANSON! "Dan lagi ada masalah yang ingin ku bicarakan denganmu. Masalah kemarin malam, semua ini adalah salahku. Bagaimana bisa aku membiarkan orang lain menyentuhmu jadi aku..." Belum sampai selesai Justin menjelaskannya, tetapi Clarisa langsung memeluknya. Dia berterima kasih kepada Justin. Berarti benar apa yang dia rasakan semalam bukanlah mimpi atau dejavu. Dia benar-benar di culik dan hampir celaka. Untung saja Tuan Justin dengan sigap menemukannya dan menyelamatkannya. Dia merasa berhutang budi lagi dan lagi pada Justin karana berhasil membawanya selamat kedua kali. "Terima kasih, Tuan Justin," kata Clarissa. "Terimakasi untuk apa?" tanya Justin. "Kau menyelamatkan hidupku kedua kalinya," jawab Justin. "Lain kali jangan sembrono! Jangan sembarang mempercayai seseorang, untung saj aaku bisa menemukanmu dengan cepat," ucap Justin, Clarissa menganggukkan kepalanya dan merasa menyesal s