CINDY? SIAPA WANITA ITU SEBENARNYA?
"Kenapa kau diam saja, Andrea? Dimana sebenarnya Tuan Justin mu itu? Apakah dia benar-benar menghindari ku?" tanya Cindy."Tapi ini adalah kantor presiden direktur Nona Cindy. Bukankah anda terlalu lancang datang dan menunggu di sini?" sahut Andrea."Sudahlah kau tak usah ikut campur. Apakah hubunganku dengan Kak Justin masih kurang jelas untukmu? Lagi pula tenang saja, aku tahu dan mengerti sekali bagaimana Kak Justin. Aku tidak akan sembarangan menyentuh apapun di sini, lagi pula Kak Justin juga tahu aku di sini. Kamu pergilah sana, biarkan aku menunggu di sini," perintah Cindy. Andrea menghela nafas panjang."Baiklah kalau begitu," kata Andrea sambil keluar dari ruangan. Melihat Andrea keluar, Clarissa langsung menatapnya."Itu teman Bos," bisik Andrea sambil mengulurkan tangan telunjuknya di bibirnya."Apa itu? Apakah wanita ini benar-benar teman baik Tuan Justin? Apakah mereka benar-benar hanya berteman? Bahkan sekelasKENAPA KAU BERUBAH?"Kak Justin kamu di sini menerima seorang asisten wanita? Siapa dia?" tanya Cindy."Iya dia baru datang, dia juga begitu cantik. Apakah dia sudah punya pasangan? Bukankah Andrea sudah lama sendirian kalau tidak salah, bukankah mereka berdua cocok?" tanya Cindy. Justin hanya bisa diam saja."Bukankah ada pepatah lama yang mengatakan bahwa pria dan wanita jika cocok pekerjaan dan bekerja di tempat yang sama maka dia tidak akan merasakan kelelahan?" sambungnya lagi."Dia sudah menikah," sahut Justin.Cindy langsung diam mendengar ucapan Justin yang terdengar ganjil. Setelah mengatakan itu Justin langsung bergegas pergi meninggalkan Cindy yang masih diam. Dia memandangi wajah Clarissa."Ayo jalan sudah malam!" perintahnya lagi menyadarkan Cindy."Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba dia begitu tidak senang saat aku mengatakannya? Aku pun tidak tahu jika wanita itu sudah menikah dan merasa hanya cocok dengan Andre," ucap Cindy.Tanpa mengat
APA GUNANYA AKU KEMBALI KE SINI?"Tidak perlu. Ini tidak ada hubungannya denganmu," ucap Justin."Kenapa? Kenapa kau begitu sinis padaku dari tadi? Apa yang membuatmu berubah seperti ini, Justin. Meskipun kita sudah lama tak bertemu. Bukankah ini terlalu dingin?" batin Cindy. "Huh melelahkan sekali," kata seseorang yang tak lain adalah Kevin. Dia memasuki ruangan VIP yang sudah di pesan Justin."Kalian ini mengapa tidak menungguku malah minum sendirian," sambung Kevin menghampiri mereka."Nah itu dia. Akhirnya datang juga," sahut Justin.Kevin datang dengan membawa buket bunga. Bukan bunga sembarangan, itu adalah anggrek yang beracun. Bunga yang susah di temukan."Kamu duduklah di sana, aku akan duduk di hadapan Cindy. Kami sudah lama tak bertemu, tidak mudah bagiku datang kali ini," omel Kevin mengusir Justin."Ini untukmu," ucap Kevin memberikan buket bunga anggrek ungu itu kepada Cindy."Lama tidak bertemu wanita cantik beracun," sapanya lagi."Ada apa? Bukankah ini bunga racun f
KECEWANYA CINDY DAN CLARISSA!"Apa gunanya aku kembali ke sini? Aku kembali ke sini hanya untuknya," monolog Cindy sambil menggenggam tangannya. "Tapi itu belum diungkapkan ke publik, lagi pula gadis kecil itu begitu lugu dan polos. Kamu tidak akan tega menyakitinya. Kalau aku jadi Kak Justin maka akan menyembunyikannya dengan baik," sahut Kevin."Begitukah?" tanya Cindy, air matanya berada di ujung mata kemudian tak bisa di tahan lagi.Dengan cepat dia mengusap air matanya, dia tak mau terlihat lemah di hadapan Justin dan Kevin. Namun tak bisa di pungkiri hatinya sakit sekali mendengar kenyantaan Justin sudah menikah dengan wanita lain. Cindy menghela nafas panjang."Maaf suamiku sudah meninggal tiga tahun lalu. Aku merasa di dunia ini aku sudah tidak mempunyai seorang keluarga, itu sebabnya aku datang mencari kalian. Aku ingin kak Justin mengatur pekerjaan untukku awalnya. Namun aku tak tahu jika endingnya akan seperti ini. Maaf, jika Kak Justin tidak nyaman sebaiknya aku mencari
BERUANG YANG MELAMAR"Nenek senang sekali, di mana lagi bisa menemukan gadis yang baik. Lain kali kau harus mengajak suamimu untuk bertemu dengan kami. Kita bisa makan bersama lain kali," imbuh Nenek Lee."Ah itu ya, Nek. Begini, suamiku itu, dia..." kata Clarissa menggantungkan kalimatnya."Kenapa dengannya? Apakah dia lelaki jahat?" tanya Nenek Lee. Clarissa menggelengkan kepalanya."Bukan, Nek. Pekerjaannya agak sibuk, Nenek. Tapi lain kali aku akan membujuknya untuk bisa makan bersama," kata Clarissa,Tiba-tiba Justin datang menyusulnya. Dia mengamati Clarissa nampak menikmati kopinya, dia berusaha menyimak obrolan itu. "Hey harusnya suamimu tak seperti itu. Namun masa muda pasti akan seperti ini, harisnya ketika sudah menikah harus bisa seimbang menjalankan semuanya. Karena tidak peduli seberapa sibuknya juga harus memperhatikan istri," jelas Kakek Lee."Ketika aku masih muda aku hanya tahu apa bisnis dan pekerjaan itu. Mungkin aku tidak menyadari bahwa tidak ada istri yang sep
SSTTTT! LAYANI AKU YA MALAM IN!"Bukankah aku sudah menikah denganmu, Tuan Justin?" tanya Clarissa."Ya kau adalah Istri terbaik jadi aku tidak keberatan kalau harus menikah dan melamarmu beberapa kali," kata Justin dengan mode yang serius. Dia pun segera berdiri dan mencium tangan Clarissa. Nenek dan kakek Lee melihat ke arah mereka. Ternyata tanpa di sadari Clarissa dan Justin mereka menjadi tontonan."Lihat, aku sudah bilang dia akan baik-baik saja kan?" ucap Kakek Lee dengan nafas ngos-ngosan karena Nenek panik."Tadi dia tiba-tiba di bawa pergi oleh beruang itu, Kek. Clarissa kan sudah seperti cucuku sendiri, itu membuat mereka khawatirkan," ucap Clarissa melihat dua orang tua itu. "Bisakah kita memulai semua dari awal?" tanya Justin. Clarissa menyuruh Justin bisa berdiri, dia memeluk suaminya."Aku mau Tuan Justin," sahut Clarissa. Mereka berpelukan, Clarissa melihat kakk dan Nenek berjalan menghhampiri mereka. Clarissa melepaskan pelukannya."Tuan Justin aku pergi bermain de
MELAMAR CLARISSA PADA KELUARGANYA!HP yang terletak di Nakas samping ranjang tempat Justin dan Clarissa menghabiskan malam indah itu. Hp Clarissa terus berbunyi tapi dia tidak bisa mengangkatnya, karenaa Justin memilih untuk tetap tidur sambil memeluk Clarissa."Tuan Justin HP nya terus berbunyi, angkat teleponnya. Barangkali penting," perintah Clarissa."Jangan ribut! Aku sangat lelah," kata Justin"Siapa suruh kamu begitu menggoda," ucapnya lagi. "Ihhh Tuan Justin, mengapa kamu begitu mesum," kata Clarissa."Ada-ada saja," gumam Clarissa sambil segera mengambil HP itu."Ahh ternyata Nenek," ucap Clarissa dapat segera mengangkatnya. "Halo Nenek," sapa Clarissa."Cucu menantuku, kami sudah berangkat. Bagaimana denganmu dan Justin?" tanya nenek Elizabeth.Clarissa terdiam, dia berpikir sejenak apa yang sebenarnya terjadi. Sepersekian detik diia baru ingat, hari ini adaha waktunya mereka melakukan kunjungan ke rumah Clarissa."Oh iya hari ini keluarga Tuan Justin akan pergi melamar
KARENA KAU ADALAH BERLIAN UNTUKKU!Mereka pun semua keluar gerbang lagi, sekarang tampak berceceran mobil sport keluaran terbaru dengan harga miliaran. Mereka langsung tambah melongo, karena mobil sport yang mereka lihat bukan di tumpangi oleh keluarga Leonard, tapi hanya para pelayan."Ini sudah terlalu berlebihan kan?" gumam tuan Jason kaget."Benar, jika dibandingkan dengan semua mahar yang di berikan oleh Devan ini sangat berbeda. Bahkan mobil yang di gunakan para palayan itu lebih banyak dan berarti di banding dengan cincin, aset milik property keluarga," jawab Nyonya Lula."Bahkan semua hantaran yang dibawa Devan masih tidak cukup untuk membeli sebuah ban milik mereka," imbuh Tuan Jason.Tiba-tiba semua ajudan berjejer bersiap untuk membuka pintu mobil paling mewah. Saat pintu dibuka nampak Justin keluar dari sana. Kemudian dia membuka pintu sebelah."Ayo Clarissa sudah sampai," ajak Justin.Carissa pun keluar, dia mengenakan baju dress berwarna biru keunguan dengan rambut di
SIAPA SEBENARNYA SILSILAH KELUARGAMU?"Jika keluarga Tuan Jason dan Tuan Bobby tidak puas dengan mas kawin ini, maka kita bisa mendiskusikannya lagi," tegas nenek Elizabeth. Tuan Bobby pun langsung tersenyum,"Tidak tidak, Nyonya Elizabeth. Jangan begitu, kami sekeluarga sangat puas. Bahkan puas sekali hanya saja sesaat aku merasa sudah terlalu banyak. Apakah ini tidak berlebihan, Nyonya dan Tuan?" tanya Tuan Bobby sambil merebut kertas kepemilikan saha itu dari tangan Tuan Jason."Ayah..." pekik Tuhan Jason, meratapi kertas perjanjian itu.Bukan tanpa alasan, dia berharap dialah yang menyimpan surat perjanjian itu. Meski tidak bisa mendapatkan uang dari kertas itu namun dia bisa memanfaatkannya. Dia bisa menggunakan surat perjanjian itu untuk mempermudah kelancaran bisnisnya."Kenapa kau ini lancang sekali? Kau bersikap tidak sopan! Seperti tidak tahu tata krama saja," tegur Eyang Bobby. Dia menyerahkan surat itu kepada Clarissa."Clarissa simpan ini baik-baik. Kau tahu? Bahwa surat
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya