Sekarang hari ketiga setelah pembantaian keluarga Da Tong. Kediaman pria itu tidak lagi berpenghuni, tetapi beberapa Prajurit bawahan Jenderal Song beserta dirinya masih sering bolak-balik masuk untuk penyelidikan.Pada hari ketiga itu, Jenderal Song diminta menghadap Kaisar. Dan di siang yang dingin, ia dan pria yang sudah beberapa tahun duduk di singgasananya itu saling berhadapan sambil menikmati arak putih."Tubuh mereka mungkin telah digerogoti cacing, atau mungkin beberapa di antara mereka sudah bertemu Dewa penentu takdir, mungkin juga beberapa di antara mereka telah memiliki jalan reinkarnasi. Mereka yang sudah mati pun memiliki perkembangan. Lantas, bagaimana dengan kasus yang ditangani yang masih bernyawa?"Jenderal Song tahu arah pembicaraan Kaisar. Ia akan bisa dengan mudahnya menjawab pertanyaan itu, tetapi ia merasa malu karena hingga detik ini ia belum menemukan petunjuk apapun.Jenderal Song tidak bersuara. Kaisar yang sudah lama mengenal pria itu memahami jawaban apa
Zhuge Yue telah menjelaskan semuanya. Kini giliran pria itu yang mengajukan keinginannya, sesuai persyaratan sebelumnya. "Lakukan sesuatu untukku. Tidak banyak, hanya satu hal tapi sesuatu ini harus dibereskan tidak boleh kurang dari dua bulan."Ming Yuan telah sepakat sebelumnya. Tentu ia akan mengikuti. Sekarang ia mendengarkan seluruh instruksi Zhuge Yue. Kemudian ia mengangguk penuh keyakinan.Di sisi lain. Shang Que menyapukan pandangannya pada kamar pribadi Zhuge Yue. Begitu ia melihat Ming Yuan keluar dari kamar itu lalu belok kanan, berjalan lurus, belok kiri dan menghilang menuju halaman samping atau menuju kamarnya, Shang Que bergegas melompat turun dari dahan tempat ia bertengger sebelumnya. Sekarang Shang Que berjalan menuju kamar Zhuge Yue. Setibanya di sana, ia berbisik selama beberapa saat.Zhuge Yue tersenyum lantas mengibaskan tangan. Setelah itu Shang Que keluar mengejar Ming Yuan yang sedang tidak baik-baik saja."Ming Yuan!" panggil Shang Que.Ming Yuan tak meng
Sekarang ketiga pejabat penting itu berada di kamar penginapan yang sama. Mereka duduk melingkari meja bulat, yang di atasnya tidak ada apapun selain tumpuan satu tangan mereka. Kemudian Jenderal Song dan Kepala bagian penyidik saling tukar pandang. Mereka saling mengisyaratkan sesuatu. Setelah itu, mereka sama-sama mengeluarkan lembaran lukisan dari balik pakaian masing-masing. Dan yang membuat mereka heran, lukisan itu tidak sama persis. Ada sedikit perbedaan, yang bisa saja dianggap benar-benar beda orang. "Apa ini yang kamu maksud sebagai Kusir keluarga Ming?" Tanya Jenderal Song setengah tak yakin.Kepala bagian penyidik dan Komandan pasukan sayap kiri menatap dua lukisan di hadapannya secara bergantian lantas mereka sama-sama tersenyum samar."Harusnya seperti itu, tetapi kenapa lukisan ini sedikit berbeda?""Pantas kita tidak bisa menemukannya, ternyata lukisan ini tidak detail.""Aku meminta pelukis terbaik di Ibu Kota untuk menggambar wajahnya, dan semua atas instruksi Kepal
"Kamu kembali." Kedengarannya Zhuge Yue bertanya tapi nada suaranya tadi datar tapi juga sedikit mengerutkan kening.Ming Yuan duduk di atas batu. Kehadiran pria itu membuatnya bergeser sedikit. Zhuge Yue lantas ikut duduk di sana, sekaligus melirik kendi arak yang tadi sangat dinikmati Ming Yuan."Harganya lebih dari lima tael perak, hebat sekali kamu bisa membeli itu." Sindir Zhuge Yue.Ming Yuan mengibaskan tangan. "Cukup murah, terlebih aku membelinya dari hasil curian."Zhuge Yue mengerutkan kening kembali, tetapi kali ini lebih dalam dari sebelumnya. "Siapa yang mengajarimu mencuri?"Sudut bibir Ming Yuan melengkung indah. Sembari meneguk arak seharga lima tael perak itu, ia berkata, "Aku bisa membunuh tanpa diketahui siapapun, bagaimana mungkin soal mencuri saja tidak bisa?"Kerutan kening Zhuge Yue kian dalam. Air mukanya juga tiba-tiba menggelap. Namun, karena memandang Ming Yuan sangat santai dan tenang begitu, Zhuge Yue bisa dengan mudah menepis segalanya. Zhuge Yue menghel
Ming Yuan ingin membuktikan kekuatan token hitam berlapis emas yang diberikan Zhuge Yue. Token itu ia keluarkan dari saku gaunnya. Lalu, ia menunjuk gaun musim dingin yang indah juga hangat. "Aku menginginkan itu!"Pelayan toko berjalan cepat menghampiri. Disisi lain, Nona muda sebelumnya dan Pelayannya masih di sana. Ia memperhatikan Ming Yuan seakan-akan Ming Yuan objek langka yang harus diperhatikan sebaik mungkin. "Nona, dia bahkan tidak memiliki Pengawal atau Prajurit pribadi. Kemungkinan besar Pangeran tidak betul-betul mencintainya. Kemungkinan itu dilakukan Pangeran karena Pangeran membenci Ayahnya setengah mati," bisik Pelayan Nona muda tersebut.Si Nona muda tersenyum simpul. "Kamu benar tapi ini belum tentu juga. Semua orang tahu. Pangeran adalah satu-satunya orang Istana yang paling sulit didekati. Pangeran sendiri bahkan hanya punya Shang Que. Oleh karena itu, meski posisi Pangeran kala itu sebagai Putra Mahkota, tetapi Pangeran tidak memiliki pendukung. Pangeran tidak p
Ucapan Shang Que siang tadi membuat Ming Yuan tidak bisa tertidur. Ia pada dipan Pelayan kediaman Selir Shu Jin terus terbayang-bayang perkataan Shang Que. Dan karena tidak bisa tidur itulah, Ming Yuan beranjak bangun lantas pergi ke halaman samping untuk memungut dedaunan yang kembali memenuhi padahal sore tadi halaman itu sudah ia sapu bersih. Ming Yuan bisa saja menggunakan sapu, tetapi suaranya akan menimbulkan berisik, yang bisa saja mengganggu orang lain. Ia pikir, nanti yang ada ia dimarahi bukan dipuji bekerja semalam ini. Dan selama ia memungut dedaunan kering itu ia harap dapat menepis ucapan Shang Que, tetapi ucapan Shang Que seakan-akan kian jelas hingga Ming Yuan memilih mendaratkan bokongnya pada permukaan daun kering yang lain."Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak boleh memikirkan itu. Aku tidak boleh kehilangan fokus. Ingat! Aku punya satu tujuan penting. Ah, lebih tepatnya kami. Aku dan Shi Fu sama-sama punya tujuan. Aku harus menyelesaikan tujuan ini lalu pindah ke
Token hitam berlapis emas milik Zhuge Yue yang saat ini ada di tangan Ming Yuan, tidak mungkin berakhir seperti batu tidak berguna. Gadis kecil itu memanfaatkannya dengan sangat baik sampai dia mampu membeli barang-barang mahal dari toko-toko terkenal di Ibu Kota.Ming Yuan pergi diantar Shang Que, sedang Zhuge Yue tidak terlihat selama dua hari ini. Ming Yuan pikir pria itu sedang menjalankan misi lainnya. Dan benar saja, Zhuge Yue tidak berada di kota melainkan di tempat terpencil yang di sekeliling hanya pohon menjulang sampai daunnya menutupi langit.CurrrTeh hitam dituang pada cawan keramik hitam mengkilap. Zhuge Yue mengetahui nilai sebuah barang. Pria itu tersenyum tipis, karena meski seseorang yang dihadapinya tinggal di tengah hutan, tetapi ia memiliki barang semahal itu."Jangan salah, Pangeran! Ini bukan milikku. Jika anda telah mengetahui dalang perampokan tiga keluarga kecil itu, berarti anda tahu asal muasal cawan hitam ini."Zhuge Yue masih dengan senyuman tipisnya. "K
Pandangan tajam Ming Yuan sekelas Zhuge Yue, tentu Shang Que percaya pada Ming Yuan. Namun posisinya adalah, disini tidak ada satu orang pun yang mempercayai Ming Yuan, jika masalah ini dimenangkan Ming Yuan, mereka akan berpikir orang berkedudukan pasti dapat melakukan segalanya! "Shang Que, ada apa?"Seseorang datang!!!Semua mata tertuju pada satu arah tapi detik-detik berikutnya mereka menundukan kepala penuh hormat. "Kami memberi salam pada Pangeran."Pandangan dan wajah Zhuge Yue selalu dingin. Mereka tidak berani mengangkat wajah seinci pun. Sementara Ming Yuan dan Shang Que menoleh kemudian balik badan, serta berdiri menyamping supaya Zhuge Yue yang baru datang lebih leluasa memperhatikan keadaan."Kakak Yue!" Tak disangka, Hao Jiu Er benar-benar tidak punya malu. Ia secara terang-terangan menghampiri Zhuge Yue, tetapi karena Zhuge Yue mundur satu langkah dengan tanda keras enggan didekati Hao Jiu Er, Nona muda itu seketika menghentikan langkahnya lalu diam menundukan wajah d