Home / Fantasi / Balada Ming Yuan / Air Mata Bercampur Darah

Share

Balada Ming Yuan
Balada Ming Yuan
Author: Zhang A Yu

Air Mata Bercampur Darah

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Musim dingin, ujung hutan bambu.

Ming Yuan mengedarkan pandangan. Selain gerombolan bambu tinggi menjulang di hadapannya, ia hanya bisa melihat sekelompok orang berpakaian zirah tembaga yang mengacungkan golok panjang dan sebilah tombak.

Pandangan Ming Yuan turun ke bawah. Mayat-mayat berceceran seperti daun kering di musim gugur. Tembaga di dada mereka bercampur darah. Anyir luar biasa menusuk.

Lalu, gadis itu melihat ke bawah. Di atas pangkuannya, seseorang yang paling berarti baginya telah memejamkan mata.

Ming Yuan menjerit, "Zhuge Yue!"

Di suasana yang sunyi mencekam ini, suara Ming Yuan laksana lolongan serigala kelaparan. Saat yang sama, tangisannya memecah, membanjiri pipinya dan pipi pria di atas pangkuannya itu.

"Zhuge Yue jangan mati!!!" Ming Yuan menangis tersedu-sedu. "Jangan mati, Zhuge Yue, jangan tinggalkan aku!"

Tangisan Ming Yuan semakin kencang. Tangan Zhuge Yue bergerak. Tangan penuh luka dan darah itu terangkat. Lantas, dengan lembut tangan itu menyapu pipi tirus Ming Yuan.

"Ming Er." Pelan nyaris tak terdengar panggilan Zhuge Yue.

Ming Yuan lekas menyambut tangan Zhuge Yue. Ia genggam erat, seakan menunjukkan betapa ia sangat khawatir kehilangan pria itu.

"Jangan tinggalkan aku, Zhuge Yue, aku tak punya siapapun lagi."

Zhuge Yue tersenyum. Kemudian ia mengarahkan pandangannya yang mulai redup kepada pasukan berzirah tembaga.

Melihat kegarangan wajah mereka, energi Zhuge Yue bagai tercharge secara penuh dalam waktu singkat.

Pedang yang sebelumnya sudah tergeletak, kini ia ambil alih dan ia gunakan untuk menekan mereka mundur.

"Zhuge Yue!!!"

Keadaan Zhuge Yue sangat parah. Ming Yuan mengkhawatirkan pria itu. Tak mau kalah, Ming Yuan turut mengambil pedangnya. Lalu, ia membantu Zhuge Yue memukul lawan mundur.

Selain Zhuge Yue, keadaan Ming Yuan juga sudah sangat lemah. Jika saja dua tahun lalu Zhuge Yue tidak mengajarkannya ilmu bela diri, mungkin ia telah mati dua atau tiga shichen yang lalu.

Tangggg

Pada akhirnya, Ming Yuan tak sanggup mengarahkan pedangnya ke lawan kembali. Pedang miliknya terlempar jauh ke dasar danau, dan hal itu membuat setidaknya 10 Prajurit mengepung dirinya dari segala sisi.

"Ming Yuan!" Zhuge Yue berteriak panik.

Zhuge Yue hendak menyelamatkan Ming Yuan, tetapi seseorang yang memiliki keahlian bela diri tak kalah jauh darinya, tiba-tiba datang memberi tendangan hingga pria malang itu terdorong mundur sampai kaki kanannya menyentuh ujung tebing.

Srakkk

Serpihan tebing koyak. Mereka berjatuhan ke dasar danau dan tidak meninggalkan suara, yang berarti jarak ujung tebing dengan danau sangatlah tinggi.

Zhuge Yue menoleh. Mundur sedikit saja, nyawanya bisa melayang. Tapi ia tak bisa maju karena prajurit berzirah tembaga di hadapannya itu telah mengepung, tak memberinya celah melawan atau mengepung.

Di antara celah kaki mereka, Zhuge Yue melihat tubuh Ming Yuan tergeletak dengan tangan berlumur darah. Zhuge Yue tidak terima. Pria itu tanpa berpikir bergerak maju, sambil menebaskan pedang tapi … sebuah anak panah melesat kencang menebus dadanya.

Darah segar muncrat. Zhuge Yue melirik ke bawah. Dan pandangan pria itu menjadi buram. Saat yang sama rombongan anak panah memberondong tubuhnya. Zhuge Yue tak kuasa. Tubuhnya terhuyung ke belakang lalu …

"Zhuge Yue!!!"

Pria itu pada akhirnya melewati ujung tebing. Tubuhnya jatuh melintasi udara menuju permukaan danau yang dingin bagai es.

Pasukan berzirah tembaga berdiri di setiap tapi, mereka seolah tak ingin ketinggalan menyaksikan jatuhnya tubuh Zhuge Yue.

Byurrrrr

Kini sudah dipastikan tubuh Zhuge Yue memasuki air danau yang dingin itu. Ming Yuan gegas merangkak, menyingkirkan setiap orang untuk sampai di ujung tebing. Namun, ketika tangannya sedikit lagi sampai, seseorang mendadak menarik kaki Ming Yuan lalu membopongnya seperti membopong karung goni.

"Zhuge Yue! Zhuge Yue!" Ming Yuan berteriak parau. Ia sekaligus memukuli pundak seseorang yang membawanya.

"Zhuge Yue! Jangan tinggalkan aku!"

Ming Yuan dibawa pergi dari sana. Ua berteriak tanpa mau melepas pandangannya dari tempat terakhir ia bersama Zhuge Yue.

"Zhuge Yue!!!"

Seseorang yang membawanya itu mengeluarkan jurus memukul tengkuk. Ming Yuan dalam sekejap tak lagi bergerak maupun tak bersuara.

Lalu, seseorang itu mendudukkan Ming Yuan pada punggung kudanya, diikuti ia sendiri. Kuda dicambuk, kuda berjalan ke depan, tidak lambat juga tidak cepat.

***

Ibu Kota.

Sambil menunggu dekrit Kaisar. Ming Yuan dimasukkan penjara bawah tanah. Untuk menghindari bunuh diri, kedua tangan dan kakinya diikat menggunakan tali. Bahkan di penjara bawah tanah itu, selain dirinya, maka hanya ada kegelapan tak terlukis.

Ming Yuan tak dapat melihat apapun. Ia memilih memejamkan mata seraya berdoa untuk kematiannya sendiri.

Dalam keadaan malang itu, Ming Yuan mengingat masa silam. Masa dimana hari dimulai dengan buruk, baik lalu kembali buruk.

Semua masih terpatri jelas. Seolah di depan mata, seolah baru terjadi kemarin sore, siang atau malam. Dan semua itu dimulai saat …

Musim gugur tahun 770 SM.

Kereta keluarga Yuan tiba di depan istana harem. Gadis muda yang sedang mekar-mekarnya itu diseret keluar lalu didorong pada Kepala Pelayan istana harem.

"Itu Nona muda persembahan kami untuk Kaisar," ucap Kusir.

Kepala Pelayan melempar sekantong koin pada Kusir. "Makmurkan rakyat!"

"Baik." Kusir tersenyum lalu bergegas pergi menjalankan keretanya.

Ming Yuan seketika berlari mengejar. "Paman! Jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan aku!"

Kepala Pelayan menarik tangan Ming Yuan. Dengan tatapan tajam, ia mampir membuat nyali gadis itu menciut.

"Kau beruntung bisa menjadi bagian istana harem. Jangan ceroboh atau nyawamu berakhir sebelia ini." Kecam Kepala Pelayan.

Ming Yuan secara lantang menjawab, "Daripada menjadi gundik Kaisar tua, lebih baik aku mati!"

Plakkkk

Tamparan keras melayang mengenai pipinya. Jejak merah telapak tangan tertinggal di sana. Rasanya luar biasa ngilu sampai air mata Ming Yuan keluar tanpa disadari.

"Jangan bicara sembarangan!"

Cuihhh

Ming Yuan malah meludahi wajah Kepala Pelayan. Itu membuat Kepala Pelayan murka tapi masih pandai mengendalikan kemarahannya.

Kepala Pelayan hanya terpejam, seraya menggertakkan rahang. Setelah matanya mengerjap, ia meminta Prajurit membawa Ming Yuan ke gudang kayu.

"Bawa gundik kecil ini ke gudang kayu! Tanpa izin dariku, seseorang tak bisa menemuinya!"

"Baik!"

Gubrakkkk

Ming Yuan si gadis 15 tahun itu akhirnya dilempar ke gudang kayu, yang gelap gulita bila pintunya ditutup.

Lutut Ming Yuan terbentur. Ia tak bisa bangun. Selama beberapa shichen ia terus terjerembab dengan mata terjaga tajam.

Di pertengahan malam udara semakin dingin. Tubuh Ming Yuan menggigil tapi lebih baik mati kedinginan daripada ia menjadi gundik Kaisar atau seorang Selir.

Angin musim gugur menelisik masuk. Selain menyapu wajah Ming Yuan, sekaligus meninggalkan alunan seruling yang lembut mendayu-dayu dan dalam seolah menyentuh setiap pori-pori Ming Yuan.

Ming Yuan berkedip. Sakit di kedua lutut dan hatinya seakan sirna. Ia merangkak menghampiri pintu. Melalui celah-celah pintu itu, alunan seruling terdengar lebih jelas.

Sudut bibir Ming Yuan terangkat. Ia berusaha menggapai gagang pintu. Ia menariknya ke belakang tapi tidak terbuka. Lalu, ia mengetuk pintu berharap ada yang mendengar.

"Tolong aku!"

Related chapters

  • Balada Ming Yuan   Pria Tampan Dengan Rupa Sedingin Es

    Seseorang akan membuka pintu kayu nan usang itu. Ming Yuan dengan cepat mengesot mundur.KrietttPintu berderit. Cahaya putih dari rembulan seketika menyeruak. Ming Yuan kontan berpaling seraya menutup mata dengan sebelah tangan.Saat yang sama, ia melihat bayang-bayang hitam berkibar laksana sayap burung Phoenix.Ming Yuan berpikir itu adalah Dewa kuno, yang katanya akan turun menjumpai rakyat menderita.Ming Yuan termasuk. Hatinya bersorak. Cepat-cepat ia bersujud penuh hormat tanpa melihat rupa yang datang."Ming Yuan memberi salam pada Dewa Agung. Dewa Agung mohon lepaskan Ming Yuan dari penderitaan ini."Suara Ming Yuan kecil tapi lembut selayaknya gadis muda. Meski demikian, suara itu mampu membuat seseorang di depannya tersentuh hingga ia berangsur jongkok, mengulurkan tangan seputih salju dan selembut sutra.Di balik sujud, Ming Yuan dapat mencium aroma manis dari bunga anggrek. Hidungnya mengendus-endus sebelum ia memberanikan diri mengangkat wajah lalu menemukan seorang pria

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Pagoda Angle, Kami Datang

    "Wanita itu sungguh menjijikkan lebih daripada kita kita," bisik salah seorang Selir cap gundik yang membicarakan Ming Yuan."Ia hanya seorang gadis kecil, tetapi ia sukses menaklukan Pangeran Es yang digilai banyak wanita termasuk dari sini juga. Sungguh, gadis kecil itu pasti memiliki sihir yang dibawa dari desa terkutuknya.""Ia bukan gadis kecil, ia pasti Iblis berkedok gadis.""Karena Iblis itu, Kaisar harus menghukum Putra Mahkota, bukankah itu mengerikan?""Pagi ini, aku berdoa pada Buddha. Aku minta kematian untuk gadis itu, sehingga Pangeran bisa kembali ke Istana!"Ming Yuan berjalan mengekori Zhuge Yue. Ia tertunduk menelan segala ocehan busuk mereka."Gundik akan selamanya gundik meski dipungut seorang Pangeran sekalipun."Sejauh ini Zhuge Yue tidak memberikan tanggapan apapun. Namun, begitu pemimpin Istana Harem, yakni Ratu Agung Hongye turut memberi komentar pedas. Langkah Zhuge Yue seketika terhenti.Ming Yuan mengikuti dirinya. Ia turut berhenti lantas memandang punggu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Mari Balas Dendam

    Ming Yuan dan Shang Que terperangah. Kedua bola mata mereka laksana memberontak dari wadahnya.WushhhKala itu angin berhembus lembut dari barat. Helaian rambut Ming Yuan terhempas pelan, menari-nari gemulai.WushhhhhZhuge Yue menambah kecepatan angin. Ia cukup menghentakkan kakinya ke bumi, maka angin bergulung-gulung seperti pusaran tengah padang pasir, yang menggerus hebat, menyingkirkan dedaunan kering ketepian, dan tidak terasa dedaunan itu hampir-hampir tersapu keseluruhannya.Ming Yuan dan Shang Que kembali terperangah. Lebih lebar, lebih terkejut."Ada banyak tulang belulang disana!""Pangeran punya keahlian luar biasa!"Ming Yuan dan Shang Que berkata bersamaan. Bedanya, Ming Yuan memuji kepiawaian Zhuge Yue, sedang Shang Que terkejut gara-gara tulang belulang berserakan itu.FuhhhZhuge Yue membuang nafas melalui mulutnya. Ia kemudian menengadah perlahan.Ming Yuan masih terperangah, sementara Shang Que telah menegakkan punggung, seolah barusan ia tak sama sekali terkejut.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Singa Betina Milik Zhuge Yue

    "Sejauh ini, tidak ada wanita yang membuatku merasa tertarik seperti saat aku tertarik padamu."Pria yang dikenal dingin dan jarang bicara seperti Zhuge Yue mengatakan hal tersebut. Itu membingungkan Ming Yuan selama sesaat.Wanita cantik berusia 16 tahun itu sempat membisu, seraya menatap dalam wajah Zhuge Yue. Sementara Zhuge Yue yang telah membuatnya bingung sesaat, justru terlihat tenang dengan mengarahkan pandangan ke belakang Ming Yuan."Hati-hati, belakangmu!" kata Zhuge Yue tajam, dalam.TapppMing Yuan seketika mengangkat tangan _ menangkap kendi arak yang entah bagaimana ceritanya melayang hendak mengenai kepalanya.Ming Yuan membuang nafas panjang. Ia meletakkan kendi arak itu secara kasar. Kemudian ia menoleh, memastikan siapa gerangan yang berniat mencelakai dirinya.Kedua bola mata Ming Yuan menyipit. Ia menemukan sekelompok wanita yang mengelilingi seorang pria kaya raya. Pria kaya raya itu jelas dalam keadaan mabuk. Pria kaya itu menyingkirkan beberapa wajah wanita yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Jadilah Lebih Kuat

    "Shi Fu!" panggil Ming Yuan.Zhuge Yue yang sedang memberi pakan burung liar, yang bertengger di tangannya pun menoleh.Ming Yuan berlari kecil mengikis jarak di antara mereka. Ia terlihat membawa anakan burung yang belum memiliki bulu."Shi Fu, aku menemukan ini terlantar di belakang sana!" Ming Yuan mengarahkan dagunya ke belakang Pagoda.Burung yang bertengger pada tangan Zhuge Yue kemudian diterbangkan, dan Zhuge Yue mengambil alih burung di tangan Ming Yuan itu."Shi Fu, apakah ini anakan burung gagak?" Tanya Ming Yuan.Zhuge Yue menatapnya sinis.Ming Yuan malah terkekeh. "Habisnya rambut di kepalanya ini warna hitam."Zhuge Yue mendengus dingin. "Ini anakan burung merpati.""Oh." Bibir Ming Yuan membulat.Zhuge Yue berkata dengan dingin. "Jangan hanya bermain, kecepatan berlari mu belum melampauiku!"Ming Yuan mengangguk. Gadis 16 tahun itu lekas berlari menuju tempat latihannya, yakni hutan yang mengelilingi Pagoda, dan pada hutan itu, Zhuge Yue sudah menyiapkan beberapa serig

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Misi Pertama

    "Tolong!!!"Teriakan perempuan bergema di pagi menjelang siang hari ini. Sekonyong-konyong para Pelayan dan Pengawal Istana pun berlarian dari tempat mereka berada menuju sumber suara tersebut."Ada apa ini?" Salah seorang membelah kerumunan yang entah sejak kapan terbentuk. Ia dibuat tercengang mendapati tubuh Pelayan setia milik Ratu Hongye tergeletak dalam keadaan pucat, serta tangannya berlumuran darah, yang menimpa sebuah kain brokat biru laut."Apa yang terjadi padanya?""Kenapa bisa seperti ini?""Ini pembunuhan!""Panggil penyidik! Yang Mulia Ratu juga harus tahu."Maka pergilah satu di antara mereka dengan langkah tergesa-gesa dan nafas tersengal-sengal."Yang Mulia Ratu." Pelayannya tersungkur tepat di depan kaki Ratu Hongye karena terburu-buru.Ratu Hongye menatap sinis. Dengan dingin ia bertanya, "Angin apa yang membuatmu berlari kencang demikian?""Yang Mulia Ratu, Pelayan pribadi anda tewas terbunuh."Tercenganglah Ratu Hongye tersebut. Sesegera mungkin ia melebarkan lan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Gadis itu Lebih Dari Biasa.

    Kaisar menguatkan rumor jika wanita yang sangat ia cintai adalah Ratu Hongye. Tepat setelah hari pembunuhan Pelayan setianya, Kaisar mengerahkan pasukan khusus guna menjaga kediaman Ratu Hongye, bahkan selama Kaisar tidak mengizinkan, Ratu Hongye tidak dibiarkan keluar kediaman meski hanya satu langkah.Kematian Pelayan setia Ratu Hongye bukan hanya mengguncang istana, tetapi juga mengguncang Ibu kota.Banyak dari para penduduk yang bergosip di sepanjang kedai teh, kedai arak, kedai roti panggang, kedai daging domba maupun daging babi. Dan satu-satunya yang menjadi sumber dari segala informasi itu sendiri adalah Rumah bordil.Ya! Di tempat itu pula Zhuge Yue dan Ming Yuan berada, dalam penyamaran sesama pria.Ming Yuan memiliki postur khas perempuan. Tubuhnya mungil, hidungnya mancung tapi kecil, bibirnya tipis sensual dan wajah agak tirus. Guna menutupi kecantikannya itu, Zhuge Yue sendiri yang merias Ming Yuan menjadi pria muda berkumis tipis, sekaligus memiliki tahi lalat berambut

    Last Updated : 2024-10-29
  • Balada Ming Yuan   Gadis Kecil Penuh Semangat.

    "Beraninya kau berpenampilan seperti gundik!" ketus Zhuge Yue dingin dan datar. Ming Yuan menunduk. Ia memperhatikan penampilannya sendiri, dan ia memang baru sadar kalau saat ini ia hampir sama seperti gundik di rumah bordil tadi."Luar biasa!" Ming Yuan malah tersenyum bangga. "Ternyata aku memiliki ukuran dada jauh lebih besar dari kali terakhir kulihat, hum, maksudnya kuperhatikan."Zhuge Yue terbelalak mendengar jawabannya. Ia lantas menyentil kening Ming Yuan. "Bodoh!"Ming Yuan spontan menjerit kecil. "Awh, Shi Fu!""Kau ini perempuan, berhadapan dengan Gurumu yang dewasa seperti ini, seakan tidak punya malu. Dimana kau meletakkan otakmu, hah!" Nada bicara Zhuge Yue masih biasa. Dingin dan datar mirip batu mencuci di sungai.Ming Yuan mengusap keningnya secara kasar. Ia kemudian menjelaskan apa yang telah ia dapat dari penyamaran menjadi gundik beberapa saat lalu."Shi Fu, kediaman Ratu Hongye dijaga sangat ketat. Kemungkinan akan sulit bagiku masuk ke sana lagi."Zhuge Yue su

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Balada Ming Yuan   Di Akhir Penyamaran Panjang.

    Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit

  • Balada Ming Yuan   Pengepungan di Hutan Bambu.

    Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang

  • Balada Ming Yuan   Meninggalkan Ibu Kota.

    Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Pengobatan Mengerikan.

    KrietttttPintu paviliun dibuka terburu-buru. Melihat darah menetes dari ujung jari Ming Yuan, Zhuge Yue tidak tahan mengikis jarak dan ia langsung meraih tangan Ming Yuan."Sudah aku bilang, kamu jangan terluka!" lirih Zhuge Yue penuh penekanan. Ming Yuan menggeleng. "Ini harus dilakukan supaya mereka tidak curiga padaku."Zhuge Yue menyibakkan tudung merah yang menghalangi pandangannya pada wajah Ming Yuan. Dan begitu tudung merah itu dibuka, Zhuge Yue dibuat tertegun akan kecantikan Ming Yuan, sekaligus pada bibir merahnya yang mengembang tipis. Zhuge Yue lantas menatap intens bola mata indah milik gadis kecil yang telah menjadi istrinya itu. Zhuge Yue yang sudah cukup lama tertarik dengan gadis kecil itu, pun segera merangkul juga mencium keningnya agak lama.Zhuge Yue selalu dingin, tetapi hal seperti ini yang diberikan selalu sukses membuat Ming Yuan merasakan kehangatan tersembunyi pria itu. Ming Yuan tanpa ragu membalas pelukan Zhuge Yue. Berhubung tingginya hanya sepundak Zh

  • Balada Ming Yuan   Akhirnya Menikah.

    Jenderal Song dibantu pasukan bayangannya kembali menyelidiki Ming Yuan lebih lanjut tapi tidak ada hal apapun yang bisa memperkuat spekulasi Jenderal Song, hingga tibalah hari pernikahan Ming Yuan dan Zhuge Yue yang dilangsungkan di akhir pekan, pun dihadiri beberapa orang, termasuk Jenderal Song sendiri.Zhuge Yue tidak banyak mengundang tamu. Tamu yang diundang juga beberapa orang terdekat di istana. Perdana Menteri Keadilan beserta istri dan anaknya jelas ikut, begitu pula dengan Guru Zhuge Yue yang telah lama dilupakan tapi sebenarnya Zhuge Yue enggan berhubungan pada siapapun agar orang orang itu aman.Selain mereka, Zhuge Liang dan Lu Anxiao ikut datang meski awalnya tidak ingin Zhuge Yue undang.Sekarang, ketika matahari tidak terlalu tinggi, Zhuge Yue dan Ming Yuan melakukan tahap wajib pernikahan yang dilangsungkan dihadapan semua hadirin. "Pengantin memberi hormat pada langit! Pengantin memberi hormat pada orang tua! Pengantin saling memberi hormat satu sama lain!"Proses

  • Balada Ming Yuan   Kecaman.

    Membayangkan bagaimana tampilannya setelah dikuliti menggunakan pisau berkarat itu, pelaku penyerangan tersebut menggeleng sambil memohon-mohon. "Ampun, Pangeran! Ampun! Akan hamba katakan yang sebenarnya!"Apa yang dikatakan salah satu pelaku itu tidak membuat Zhuge Yue menurunkan pisau berkaratnya. Ia malahan terlihat semakin tertarik pada pisau itu sehingga, ia mencoba menggunakannya untuk mengikis meja kayu tempat wei qi bertahta tapi karena berkata, menjadi sedikit kesulitan, sampai harus didorong kasar.Pelaku penyerangan itu menelan ludah kasar, disertai mata membulat membayangkan kulitnya yang jadi pelampiasan. "Tidak, aku tidak ingin mati mengenaskan seperti itu, tidak!" batinnya.Zhuge Yue mengangkat wajah. Dengan ekspresi tetap tenang, ia bertanya ketiga kalinya. "Siapa yang mengirim kamu?""Hamba … bukankah hamba sudah berkata sebelumnya, itu … itu Komandan Lu."Di kata akhir jawabannya, Zhuge Yue spontan melempar pisau berkarat itu ke arah si pelaku, sehingga pelaku yang

  • Balada Ming Yuan   Mengaku atau Mati Mengenaskan.

    Ming Yuan tahu isi pikiran Zhuge Yue. Ming Yuan memberikan tusuk rambut miliknya pada Zhuge Yue. "Pangeran! Tunggu apalagi! Congkel salah satu matanya, dan lempar mata itu ke anjing liar di sudut sana!" Tunjuk Ming Yuan. Waktu dan keadaan sangat mendukung! Di tempat yang Ming Yuan tunjuk terdapat lentera salah satu bangunan sepi, dan dibawahnya terdapat anjing hitam terjaga yang terlihat kotor, menjijikkan dan kelaparan."Gila!" Shang Que tidak tahan bersuara. Itu dibalas tatapan dan senyuman mengerikan Ming Yuan, sehingga Shang Que berbalik memalingkan wajah, tanpa mengurangi energi menahan penyerang di bawah penahanannya.Pada saat bersamaan, Zhuge Yue menoleh ke arah belakang kereta yang gelap dan sepi. Pria itu melompat turun lalu hanya dengan sekali pukulan tengkuk, ia mampu membuat satu-satunya sisa penyerang itu tak sadarkan diri, serta meminta Shang Que lekas memasukkannya ke kereta."Bawa ke dalam!""Baik!"Shang Que mengangkat tubuh lebih kurus darinya itu ke dalam kereta.

DMCA.com Protection Status