Home / Urban / Balada Hutang Keluarga Rhoma / 2. Kita Bangkrut, Ani

Share

2. Kita Bangkrut, Ani

Author: Gallon
last update Last Updated: 2022-04-20 17:16:37

"Rhoma ... ada apa ini? Kenapa bisa kita jadi bangkrut? Kenapa, Rhoma? Jelaskan," isak Ani saat ia melihat suaminya Rhoma sedang menatap Ani dengan sendu terduduk di lantai rumahnya.

Ani makin menjerit saat melihat beberapa orang yang berlalu lalang di sana mengambil beberapa barang elektronik dan benda-benda antik yang berharga di dalam rumahnya dengan tenang. "Eh ... itu guci keramat warisan leluhur jangan dibawa," pekik Ani saat melihat guci warisan keluarganya diangkut oleh salah satu orang yang mengenakan kaos partai.

"Sudah, Ani ... sudah, biarkan mereka," ucap Rhoma pasrah saat melihat seperangkat sound sistem koleksinya diangkat.

"Ini ada apa? Kenapa jadi gini? Kenapa tiba-tiba kamu bilang kita bangkrut?" tanya Ani panik sembari memukul bahu Rhoma beberapa kali. Rasa panik menyelimuti dirinya membuat Ani memukuli suaminya itu.

"Ini kesalahan aku, Ani. Aku ... aku ditipu, Ani," bisik Rhoma.

"Kok bisa? Siapa yang berani nipu kamu? Perusahaan kita bagaimana?" tanya Ani ketakutan dengan cepat pikirannya melayang pada salah satu temannya yang bangkrut beberapa waktu yang lalu, hidup temannya kini terlunta-lunta dalam duka nestapa.

"Kean, pengacara kita Kean yang nipu kita, Ani. Dia ambil semua uang perusahaan dan bahkan menjaminkan semua aset milik kita ke bank," terang Rhoma sembari mencoba memeluk Ani, "Tenang, Ani. Tenang."

"Aku nggak bisa tenang, Rhoma, dasar bedebah!? Semuanya dia ambil?" Ani berteriak keras sembari menarik-narik rambutnya dari kedua sisi, matanya melihat orang-orang yang berlalu lalang mengambil barang-barang miliknya.

Saat ini ekor matanya melihat seseorang membawa tas bermerek H yang sangat ia sayangi dan sudah dia anggap anaknya sendiri, dengan cepat ia mendorong Rhoma dan meloncat ke hadapan orang tersebut. "Mau dibawa ke mana anak saya, hah!?"

"Anak? Anak mana, Bu?" tanya orang tersebut kebingungan, sepengetahuannya ia sedang menjinjing tas bukan anak.

Ani merampas tas yang ada di tangan pria itu, dengan cepat ia mengelus-elusnya dan berbisik pelan. "Jangan sedih, Nak, Mommy nggak bakal biarin mereka menyentuh dan menyakiti kamu, Nak," bisik Ani sembari menepuk-nepuk tas tersebut dengan penuh cinta.

Lelaki itu hanya bisa membulatkan matanya dan menggerakkan telunjuk di dahinya ke atas dan ke bawah dengan posisi miring. "Wah ... udah gila ini manusia, kasihan ya ... Tuhan."

Rhoma dengan sigap memapah Ani untuk duduk di tangga, "Sudah Ani, Sudah."

Ani hanya bisa melihat orang-orang berlalu lalang di rumahnya, mengambil semua barang-barang yang ia miliki sedangkan, tangannya terus memeluk tas bermerek H miliknya seerat mungkin.

"Kita bakal tinggal di mana? Kamu masih punya aset?" tanya Ani pada Rhoma, ia berharap suaminya ini masih memiliki beberapa harta kekayaan yang bisa menyelamatkan mereka.

Rhoma menggeleng, tubuhnya lemas dan lunglai ia benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi semua hartanya ia titipkan pada Kean. Rhoma terlalu mempercayai Kean hingga ia memberikan daftar kekayaannya pada Kean saat akan mendaftarkan tax amnesti beberapa waktu yang lalu.

"Rhoma ... bagaimana ini, astaga ... nggak bisa napas aku, Rhoma ... tidak Rhoma," isak Ani menangis seperti anak TK yang telat dijemput oleh orang tuanya. Ani terlentang dan berguling-guling di lantai sembari memeluk tasnya.

"Daddy, Mommy."

Rhoma dan Ani langsung melihat sumber suara dan mendapati Anya yang berlari ke arah mereka sembari membawa beberapa belanjaan. Anak pertama ini tampak shining, shimmering, dan splending karena mengenakan pakaian dari brand ternama di dunia dari ujung rambut hingga kaki.

"Anya ...," teriak Ani sembari mengangkat kedua tangannya meminta anak pertamanya itu memeluk tubuhnya. "Anya ... anak Mommy yang paling cantik sealam dunia."

"Mommy ini ada apa?" tanya Anya bingung sembari membalas pelukan Ani, namun mata Anya masih berlarian melihat aktivitas di rumahnya yang tidak seperti biasanya. Semua orang berlarian sambil mengangkat semua barang yang ada di sana.

"Anya," lirih Ani sembari memeluk anaknya.

"Kita mau pindah rumah? Ini ada apa? Eh ... itu kenapa piano Anya dibawa?" pekik Anya kaget saat piano kesayangannya diangkut oleh beberapa orang dengan kasar.

"Kita bukan pindah rumah, Anya," ucap Rhoma pelan sembari mengusap pucuk rambut Anya lembut.

"Lah ... terus kalau bukan mau pindah rumah mau ngapain ini barang diangkat-angkat?" tanya Anya makin penasaran, pikiran Anya pun mulai berkelana dengan liar lalu mulai berspekulasi mengenai hal-hal yang baik hingga yang berbau mistik.

"Daddy nggak lagi ikut pesugihan, kan?" tebak Anya yang baru saja melihat video tentang pesugihan di salah satu sosial media yang dia lihat kemarin.

"Jangan ngaco kamu, pesugihan itu haram!?" ucap Rhoma kaget.

"Tapi, bisa dilakukan, gimana kalau kita ke Gunung Kawi buat lakuin ritual pesugihan? Kita tumbalkan Kean? Kan bagus, kita bisa dapat dua keuntungan, Rhoma," ucap Ani yang sudah kesal dan murka pada Kean yang sudah membuat keluarganya bangkrut.

"Sungguh terlalu kamu, Ani," sahut Rhoma berbicara dengan menekankan kata terlalu.

"Ih ... ini itu ada apa sebenarnya? Udah jangan ngomong persugihan nggak jelas, jelasin dulu sama Anya ini ada apa?" tanya Anya kesal karena orang tuanya malah berpikiran untuk pergi ke Gunung Kawi bukannya menjelaskan ada apa sebenarnya.

"Jadi, kita ini ba—"

"Mommy, Daddy, Kak Anya ada apa ini? Tadi Boy liat di depan mobil sama motor pada nggak ada, ada apa?" tanya Boy yang kaget karena pulang sekolah malah mendapati kalau mobil dan motor milik keluarganya dibawa oleh orang-orang tak dikenal. Boy yakin kalau orang tuanya sedang tidak melakukan sedekah bersama membangun bangsa dengan cara memberikan semua harta kekayaannya.

"Boy ... Boy, anak Mommy yang paling Mommy sayang, sini, Nak, peluk Mommy," isak Ani sembari mengangkat kedua tangannya untuk memeluk anak bungsunya itu.

"Ini ada apaan sih?" tanya Boy bingung, "lagi ikutan reality show?" Mata Boy terus melihat ke berbagai arah dan mendapati orang-orang tidak dikenal benar-benar mengosongkan rumah mereka.

"Bukan, tidak seperti itu ceritanya, anak-anak dan istriku tercinta," ucap Rhoma seraya berdiri di depan keluarganya, "sebenarnya, Daddy ini ditipu oleh Kean. Dia ambil uang Daddy dan menjual juga menjaminkan semua aset milik Daddy. Bahkan, Daddy masih harus membayar beberapa tunggakkan kartu kredit yang Kean pakai."

"Kok bisa?" tanya Anya dan Boy berbarengan.

"Ini kesalahan Daddy, hingga ... lelaki bedebah itu mengambil dan merampas segalanya, aku minta maaf," ucap Rhoma dengan menatap keluarganya dengan tatapan sendu.

"Jadi, maksudnya kita bangkrut? Nggak punya uang sama sekali dan malah punya hutang?" tanya Anya kaget bukan main karena tadi pagi ia masih bangun sebagai seorang anak orang kaya raya loh jinawi dan sekarang ia akan tidur dalam keadaan gembel!?

"Sayangnya ... itu yang terjadi, Anya," sahut Rhoma.

"Terus kita masih bisa tinggal di sini?" tanya Ani.

"Sayangnya tidak, Ani. Kita harus mengosongkan rumah ini minggu depan." Rhoma berjalan ke arah bagian dalam rumahnya dan keluar dengan membawa dua buah koper, "kita diberi waktu seminggu ini untuk berbenah pakaian. Masih ada beberapa koper di dalam."

"Terus kalau kita nggak tinggal di sini, kita mau tinggal di mana?" tanya Anya yang mulai merasa sakit kepala.

"Begini, Daddy sebenarnya masih punya rumah warisan dari leluhur Daddy, tapi, tempatnya tidak di kota. Tapi, di ...."

"Pinggiran kota Jakarta?" tanya Ani penasaran mau di bawa ke mana dirinya oleh suaminya itu.

"Lebih jauh sedikit." Rhoma menunjukkan jempol dan telunjuknya yang ditempelkan.

"Bekasi?" tebak Boy yang langsung dijawab dengan gelengan Rhoma.

"Tangerang?" tebak Anya.

"Bantar gebang?" tebak Ani kesal karena semua jawaban yang dilontarkan oleh anak-anaknya salah.

"Mommy ngapain ke Bantar Gebang, sih?" tanya Anya kesal karena Ani menebak Bantar Gebang, memang mau apa mereka di sana, Tuhan.

"Bukan ... sedikit lebih, jauh lagi."

"Ya ... di mana, Daddy? Jangan rahasia-rahasiaan," pekik Anya geram.

"Sebuah kota di daerah Jawa Barat," jawab Rhoma yang langsung membuat keluarganya menggerakkan kedua tangannya ke atas karena penasaran dengan lokasinya.

"Water Candle ...."

"Hah!?" Seketika itu juga keluarga Rhoma berteriak keras, karena tempat apa di muka bumi ini dinamakan Water Candle?!

••

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Eka Defy
wkwkkwwkkk... q baca jd mendayu2 kayak logat si Rhoma,ngakak q
goodnovel comment avatar
Lovely Bintang
aku ga bisa brenti ngakak astaga... tolong akuu...
goodnovel comment avatar
Callah
wkwkwwkwwkkkk..... water candlee sa ae kk gallooonnn.... tp cililin itu ada di jakarta loch kk gallon.... deket blok m malah area eliteee
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   3. Apa itu Water Candle

    "Jangan ngaco, Daddy, mana ada desa di Indonesia namanya Water Candle, nggak usah ngelawak, Daddy," pekik Anya yang saat ini sedang tidak mood untuk diajak bercanda."Ada, Anya, namanya Cililin kalau diubah ke bahasa Inggris itu bisa jadi Water Candle." Rhoma mengambil surat tanah yang ada di meja dan menunjukkan sebuah sertifikat tanah ke keluarganya."Ci artinya air dalam bahasa Indonesia dan bila diubah ke bahasa Inggris akan berubah menjadi water, sedangkan lilin dalam bahasa Inggris berubah jadi candle. Jadi, kalau disatukan bisa jadi Water Candle," ucap Rhoma sembari mengangkat kedua jempolnya dan langsung mendapatkan lemparan sebuah bantal yang istrinya lemparkan."Ngaco kamu, Rhoma ... kamu nggak lagi bercanda, kan?" tanya Ani sembari mengusap keningnya karena pusing bukan main, punggungnya pun mulai terasa sakit sepertinya darah tingginya sedang kumat."Tidak, Ani. Tidak mungkin aku membohon

    Last Updated : 2022-04-20
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   4. Bersatu kita teguh, Bercerai Daddy ditabok Mommy

    "No Daddy." Anya dan Boy berteriak keras saat melihat Rhoma mendapatkan bogem mentah hingga membuat Rhoma terpelanting ke lantai.Anya dan Boy dengan cepat berlari ke bawah, Anya mengambil stik golf milik Rhoma dan Boy mengambil panci yang entah kenapa ada di lantai."Hiya ...." Anya melayangkan stik golf ke arah pria yang menonjok Rhoma hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. "Pergi!?"Boy melayangkan pancinya mengenai orang yang ada di belakang pria yang menonjok Rhoma. "Pergi ... mau aku teriaki maling, hah?" teriak Boy yang kembali membawa benda apa pun yang ada di bawah kakinya dan melemparkannya ke arah gerombolan yang mendatangi rumahnya.Kegaduhan tidak terelakkan lagi, terlihat Anya dengan beringas melayangkan stik golf ke berbagai penjuru arah membuat beberapa orang di sana mundur, sedangkan Boy mengambil benda apa pun yang ada di kakinya mulai dari bantal, panci, gelas, remote TV, ulekan hingga benda apa pun yang tercecer akibat kegiatan

    Last Updated : 2022-04-20
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   5. Cililin Here We Come

    “Rhoma, apa itu?” tanya Ani saat melihat sebuah bus kecil berwarna biru cerah, secerah lampu-lampu yang ada di sekeliling mobil baik di bagian dalam dan luar mobil, mobil itu sangat meriah ditambah musik dangdut yang membahana luar biasa dari dalam speaker mobil. Ani bahkan langsung menyerngit saat mendengarkan lagu Ani yang seolah memanggil-manggil namanya.Ani, AniSungguh aku tahu kau rindu padakuAni, AniEngkau juga tahu 'ku rindu padamu (Rhoma Irama-Ani)“Ini mobil yang akan membawa kita ke Cililin, Ani,” sahut Rhoma sembari memasukkan koper-koper ke dalam mobil, Rhoma hanya bisa mengurut dada dan menyingsingkan lengan baju saat melihat betapa banyaknya koper yang keluarga mereka bawa padahal sudah banyak barang-barang yang diambil oleh orang Bank tapi, kenapa barang keluarganya masih banyak sekali.“Daddy, ini mobilnya?” tanya Boy bersemangat sembari mengenakan kaca mata hitam miliknya, ia sangat suka kar

    Last Updated : 2022-04-20
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   6. Akal Bulus Keluarga Rhoma

    “Hah ... hah ....” Napas Anya memburu saat sudah sampai di pekarangan rumah yang akan mereka tempati, lututnya hampir copet saat ia menginjakkan kakinya di teras rumah sederhana berwarna putih dan memiliki kayu ulir yang sudah termakan rayap.“Capek ... napas, minum ... kaki, tak kuasa,” racau Boy sembari duduk di samping Anya, keringat membanjiri tubuhnya dan wajahnya saat ini berubah warna menjadi merah.“Masih seneng jadi orang miskin, hah?” tanya Anya kesal pada adiknya itu, rasanya Anya ingin mencekik adiknya bila Boy berkata ia masih bahagia menjadi orang miskin.Boy menggeleng dan meminum air minum di botol hingga habis, dia tidak menyangka menjadi orang serba kekurangan harus mengandalkan tenaga sendiri untuk mencapai apa yang ia mau, tidak ada sopir yang mengantar mereka ke tempat tujuan dan tidak ada pembantu yang membantu mereka membawa semua barang-barang yang mereka bawa dari ujung jalan hingga sampai ke depan rum

    Last Updated : 2022-04-20
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   7. Pengalaman Pertama

    Fikri Bulbul salah satu debt collector senior disalah satu agensi yang ada di kota Jakarta, dia terkenal andal dalam melakukan tugasnya untuk meminta kembali uang orang-orang yang berhutang pada pihak Bank atau pun lesing mobil. Keandalan Fikri bahkan sudah tersohor di seluruh Jakarta. "Fikri, kamu harus ambil kasus ini," ucap atasannya Bang Beng sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat ke tangan Fikri yang sedang asik mengisap rokoknya. "Apa ini?" tanya Fikri sembari membaca informasi di dalam amplop tersebut dan tertawa membaca nama-nama orang yang tertera di sana. "Mereka ini keluarga Berirama, mereka sangat sulit untuk diminta pertanggung jawabannya. Bahkan, mereka melarikan diri ke daerah Cililin untuk kabur dari tanggung jawabnya," ucap Bang Beng sembari duduk di hadapan Fikri. "Wow ... kaburnya jauh juga, terus kenapa susah ditagih?" tanya Fikri sembari melihat foto KTP lelaki bernama Rhoma Berirama. "Susah, setiap yang datang pasti mereka sembun

    Last Updated : 2022-04-20
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   8. Tipu Muslihat Keluarga Rhoma

    "Rhoma, dia mati?" tanya Ani saat melihat Rhoma mendekati debt collector yang baru saja disambit oleh Rhoma karena membenamkan wajahnya ke payudara anak gadisnya. Kurang ajar."Sial ....""Kenapa? Mati dia?" tanya Boy kaget karena mendengar Rhoma mengumpah, seumur hidupnya baru sekarang dia mendengar Rhoma mengumpat. "Daddy, orang itu mati?" tanya Anya kaget karena melihat raut wajah Rhoma yang tampak bingung. "Kalau mati kasian, padahal ganteng.""Anya," ucap Ani yang kaget, bisa-bisanya anak semata wayangnya ini malah kecentilan sama orang yang sedang terkapar. "Tapi, ganteng, kan, Mom," ucap Anya yang ingin ketampanan debt collector itu diakui oleh Ibunya. "Ini malah berantem ganteng atau nggak, ini gimana? Daddy, ini beneran meninggal?" tanya Boy waswas kalau beneran meninggal mau dibuang ke mana mayatnya? Ya kali mau dilarung di sungai belakang rumah, ngeri bangkit dan menghantui keluarga mereka."Sialnya .... Dia ...." Rhoma menggantung kalimatnya sembari menatap seluruh kelu

    Last Updated : 2022-05-03
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   9. Satpam Senja

    "Kamu kenapa bisa gagal?" Bang Beng kaget saat mendengar perkataan Fikri dari sambungan telepon. "Aku dipukul entah hapa ini!? Entah panci, entah teko, entah ulekan kayu," unkap Fikri sembari menyentuh bagian belakang kepalanya yang masih sakit bukan kepalang."Hah ... bisa kita laporkan keluarga itu sebagai orang yang melakukan penganiyayan," ucap Bang Beng kaget karena Fikri yang notabene adalah debt collector paling munpuni bisa mundur dan tidak berhasil untuk menagih hutang keluarga Rhoma."Kalau Bang Beng laporin, aku juga bisa kena. Aku masuk tadi tanpa permisi, aku loncat pager dan ketahuan sama salah satu warga yang namanya Ety gadis jujur," jawab Fikri yang tertawa karena mengingat nama wanita yang memergoki dirinya tadi, astaga ... masih adakah orang tua di bumi pertiwi ini menamakan anaknya Ety gadis jujur? Nggak ada!"Hah ... Ety gadis jujur? Nama macam apa itu, makin aneh-aneh saja orang-orang di kampung itu, terus gimana? Sebentar lagi hutang keluarga Rhoma itu akan dis

    Last Updated : 2022-05-05
  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   10. Alih propesi

    "Ini rumah Pak RT," ucap Emal sembari menunjuk rumah bercat warna hitam kelam.Fikri mulai merasa tidak enak saat melihat rumah Pak RT, kenapa semua warna rumahnya hitam hingga gagang pintu dan kaso-kasonya pun hitam. Dan apa itu? Fikri memicingkan matanya melihat sepasang patung berbentuk seperti cumi-cumi."Ini rumahnya? Yakin?" tanya Fikri sembari menunjuk rumah tersebut."Yakinlah," sahut Emal santai."Ini bukan rumah sekte pemujaan cumi-cumi?" tanya Fikri sangsi, ayolah manusia waras mana yang memajang patung cumi-cumi di depan rumahnya!? Tidak mungkin Pak RT ini titisan siluman cumi-cumi."Bukan ... ini mah rumah Pak RT, kalau rumah dukun tuh di sana," ungkap Emal sembari menunjuk sebuah rumah yang terlihat megah."Dukun apa?" tanya Fikri spontan."Dukun sunat, mau disunat?" Emal balik bertanya sembari mengacungkan telunjuknya dan memperagakan adegan sunat di hadapan Fikri yang membuat lelaki itu bergidik."Ogah ... udah, kalau disunat lagi abis nanti," bisik Fikri sembari menge

    Last Updated : 2022-05-06

Latest chapter

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   10. Alih propesi

    "Ini rumah Pak RT," ucap Emal sembari menunjuk rumah bercat warna hitam kelam.Fikri mulai merasa tidak enak saat melihat rumah Pak RT, kenapa semua warna rumahnya hitam hingga gagang pintu dan kaso-kasonya pun hitam. Dan apa itu? Fikri memicingkan matanya melihat sepasang patung berbentuk seperti cumi-cumi."Ini rumahnya? Yakin?" tanya Fikri sembari menunjuk rumah tersebut."Yakinlah," sahut Emal santai."Ini bukan rumah sekte pemujaan cumi-cumi?" tanya Fikri sangsi, ayolah manusia waras mana yang memajang patung cumi-cumi di depan rumahnya!? Tidak mungkin Pak RT ini titisan siluman cumi-cumi."Bukan ... ini mah rumah Pak RT, kalau rumah dukun tuh di sana," ungkap Emal sembari menunjuk sebuah rumah yang terlihat megah."Dukun apa?" tanya Fikri spontan."Dukun sunat, mau disunat?" Emal balik bertanya sembari mengacungkan telunjuknya dan memperagakan adegan sunat di hadapan Fikri yang membuat lelaki itu bergidik."Ogah ... udah, kalau disunat lagi abis nanti," bisik Fikri sembari menge

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   9. Satpam Senja

    "Kamu kenapa bisa gagal?" Bang Beng kaget saat mendengar perkataan Fikri dari sambungan telepon. "Aku dipukul entah hapa ini!? Entah panci, entah teko, entah ulekan kayu," unkap Fikri sembari menyentuh bagian belakang kepalanya yang masih sakit bukan kepalang."Hah ... bisa kita laporkan keluarga itu sebagai orang yang melakukan penganiyayan," ucap Bang Beng kaget karena Fikri yang notabene adalah debt collector paling munpuni bisa mundur dan tidak berhasil untuk menagih hutang keluarga Rhoma."Kalau Bang Beng laporin, aku juga bisa kena. Aku masuk tadi tanpa permisi, aku loncat pager dan ketahuan sama salah satu warga yang namanya Ety gadis jujur," jawab Fikri yang tertawa karena mengingat nama wanita yang memergoki dirinya tadi, astaga ... masih adakah orang tua di bumi pertiwi ini menamakan anaknya Ety gadis jujur? Nggak ada!"Hah ... Ety gadis jujur? Nama macam apa itu, makin aneh-aneh saja orang-orang di kampung itu, terus gimana? Sebentar lagi hutang keluarga Rhoma itu akan dis

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   8. Tipu Muslihat Keluarga Rhoma

    "Rhoma, dia mati?" tanya Ani saat melihat Rhoma mendekati debt collector yang baru saja disambit oleh Rhoma karena membenamkan wajahnya ke payudara anak gadisnya. Kurang ajar."Sial ....""Kenapa? Mati dia?" tanya Boy kaget karena mendengar Rhoma mengumpah, seumur hidupnya baru sekarang dia mendengar Rhoma mengumpat. "Daddy, orang itu mati?" tanya Anya kaget karena melihat raut wajah Rhoma yang tampak bingung. "Kalau mati kasian, padahal ganteng.""Anya," ucap Ani yang kaget, bisa-bisanya anak semata wayangnya ini malah kecentilan sama orang yang sedang terkapar. "Tapi, ganteng, kan, Mom," ucap Anya yang ingin ketampanan debt collector itu diakui oleh Ibunya. "Ini malah berantem ganteng atau nggak, ini gimana? Daddy, ini beneran meninggal?" tanya Boy waswas kalau beneran meninggal mau dibuang ke mana mayatnya? Ya kali mau dilarung di sungai belakang rumah, ngeri bangkit dan menghantui keluarga mereka."Sialnya .... Dia ...." Rhoma menggantung kalimatnya sembari menatap seluruh kelu

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   7. Pengalaman Pertama

    Fikri Bulbul salah satu debt collector senior disalah satu agensi yang ada di kota Jakarta, dia terkenal andal dalam melakukan tugasnya untuk meminta kembali uang orang-orang yang berhutang pada pihak Bank atau pun lesing mobil. Keandalan Fikri bahkan sudah tersohor di seluruh Jakarta. "Fikri, kamu harus ambil kasus ini," ucap atasannya Bang Beng sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat ke tangan Fikri yang sedang asik mengisap rokoknya. "Apa ini?" tanya Fikri sembari membaca informasi di dalam amplop tersebut dan tertawa membaca nama-nama orang yang tertera di sana. "Mereka ini keluarga Berirama, mereka sangat sulit untuk diminta pertanggung jawabannya. Bahkan, mereka melarikan diri ke daerah Cililin untuk kabur dari tanggung jawabnya," ucap Bang Beng sembari duduk di hadapan Fikri. "Wow ... kaburnya jauh juga, terus kenapa susah ditagih?" tanya Fikri sembari melihat foto KTP lelaki bernama Rhoma Berirama. "Susah, setiap yang datang pasti mereka sembun

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   6. Akal Bulus Keluarga Rhoma

    “Hah ... hah ....” Napas Anya memburu saat sudah sampai di pekarangan rumah yang akan mereka tempati, lututnya hampir copet saat ia menginjakkan kakinya di teras rumah sederhana berwarna putih dan memiliki kayu ulir yang sudah termakan rayap.“Capek ... napas, minum ... kaki, tak kuasa,” racau Boy sembari duduk di samping Anya, keringat membanjiri tubuhnya dan wajahnya saat ini berubah warna menjadi merah.“Masih seneng jadi orang miskin, hah?” tanya Anya kesal pada adiknya itu, rasanya Anya ingin mencekik adiknya bila Boy berkata ia masih bahagia menjadi orang miskin.Boy menggeleng dan meminum air minum di botol hingga habis, dia tidak menyangka menjadi orang serba kekurangan harus mengandalkan tenaga sendiri untuk mencapai apa yang ia mau, tidak ada sopir yang mengantar mereka ke tempat tujuan dan tidak ada pembantu yang membantu mereka membawa semua barang-barang yang mereka bawa dari ujung jalan hingga sampai ke depan rum

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   5. Cililin Here We Come

    “Rhoma, apa itu?” tanya Ani saat melihat sebuah bus kecil berwarna biru cerah, secerah lampu-lampu yang ada di sekeliling mobil baik di bagian dalam dan luar mobil, mobil itu sangat meriah ditambah musik dangdut yang membahana luar biasa dari dalam speaker mobil. Ani bahkan langsung menyerngit saat mendengarkan lagu Ani yang seolah memanggil-manggil namanya.Ani, AniSungguh aku tahu kau rindu padakuAni, AniEngkau juga tahu 'ku rindu padamu (Rhoma Irama-Ani)“Ini mobil yang akan membawa kita ke Cililin, Ani,” sahut Rhoma sembari memasukkan koper-koper ke dalam mobil, Rhoma hanya bisa mengurut dada dan menyingsingkan lengan baju saat melihat betapa banyaknya koper yang keluarga mereka bawa padahal sudah banyak barang-barang yang diambil oleh orang Bank tapi, kenapa barang keluarganya masih banyak sekali.“Daddy, ini mobilnya?” tanya Boy bersemangat sembari mengenakan kaca mata hitam miliknya, ia sangat suka kar

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   4. Bersatu kita teguh, Bercerai Daddy ditabok Mommy

    "No Daddy." Anya dan Boy berteriak keras saat melihat Rhoma mendapatkan bogem mentah hingga membuat Rhoma terpelanting ke lantai.Anya dan Boy dengan cepat berlari ke bawah, Anya mengambil stik golf milik Rhoma dan Boy mengambil panci yang entah kenapa ada di lantai."Hiya ...." Anya melayangkan stik golf ke arah pria yang menonjok Rhoma hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. "Pergi!?"Boy melayangkan pancinya mengenai orang yang ada di belakang pria yang menonjok Rhoma. "Pergi ... mau aku teriaki maling, hah?" teriak Boy yang kembali membawa benda apa pun yang ada di bawah kakinya dan melemparkannya ke arah gerombolan yang mendatangi rumahnya.Kegaduhan tidak terelakkan lagi, terlihat Anya dengan beringas melayangkan stik golf ke berbagai penjuru arah membuat beberapa orang di sana mundur, sedangkan Boy mengambil benda apa pun yang ada di kakinya mulai dari bantal, panci, gelas, remote TV, ulekan hingga benda apa pun yang tercecer akibat kegiatan

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   3. Apa itu Water Candle

    "Jangan ngaco, Daddy, mana ada desa di Indonesia namanya Water Candle, nggak usah ngelawak, Daddy," pekik Anya yang saat ini sedang tidak mood untuk diajak bercanda."Ada, Anya, namanya Cililin kalau diubah ke bahasa Inggris itu bisa jadi Water Candle." Rhoma mengambil surat tanah yang ada di meja dan menunjukkan sebuah sertifikat tanah ke keluarganya."Ci artinya air dalam bahasa Indonesia dan bila diubah ke bahasa Inggris akan berubah menjadi water, sedangkan lilin dalam bahasa Inggris berubah jadi candle. Jadi, kalau disatukan bisa jadi Water Candle," ucap Rhoma sembari mengangkat kedua jempolnya dan langsung mendapatkan lemparan sebuah bantal yang istrinya lemparkan."Ngaco kamu, Rhoma ... kamu nggak lagi bercanda, kan?" tanya Ani sembari mengusap keningnya karena pusing bukan main, punggungnya pun mulai terasa sakit sepertinya darah tingginya sedang kumat."Tidak, Ani. Tidak mungkin aku membohon

  • Balada Hutang Keluarga Rhoma   2. Kita Bangkrut, Ani

    "Rhoma ... ada apa ini? Kenapa bisa kita jadi bangkrut? Kenapa, Rhoma? Jelaskan," isak Ani saat ia melihat suaminya Rhoma sedang menatap Ani dengan sendu terduduk di lantai rumahnya. Ani makin menjerit saat melihat beberapa orang yang berlalu lalang di sana mengambil beberapa barang elektronik dan benda-benda antik yang berharga di dalam rumahnya dengan tenang. "Eh ... itu guci keramat warisan leluhur jangan dibawa," pekik Ani saat melihat guci warisan keluarganya diangkut oleh salah satu orang yang mengenakan kaos partai. "Sudah, Ani ... sudah, biarkan mereka," ucap Rhoma pasrah saat melihat seperangkat sound sistem koleksinya diangkat. "Ini ada apa? Kenapa jadi gini? Kenapa tiba-tiba kamu bilang kita bangkrut?" tanya Ani panik sembari memukul bahu Rhoma beberapa kali. Rasa panik menyelimuti dirinya membuat Ani memukuli suaminya itu. "Ini kesalahan aku, Ani. Aku ... aku ditipu, Ani," bisik Rhoma. "Kok bisa? Siapa yang berani nipu kamu? Perusahaan kita

DMCA.com Protection Status