"Mi, ini teman aku yang aku ceritakan sama Mami." Clara membawa masuk temannya itu ke dalam rumah besar yang ternyata di dalamnya ada semacam kafe yang lebih tepatnya mirip dengan sebuah tempat hiburan malam. Bangunan lantai dua tersebut di bagian lantai bawahnya di fungsikan sebagai kafe dan lantai duanya nampak pintu-pintu kamar yang berjejer rapi. Clara membawa Karin ke lantai bawah tekatnya di ruangan yang letaknya berada di sudut dan di bawah tangga untuk menuju lantai dua."Kiran." Kiran memperkenalkan diri pada wanita yang usianya nampak berbeda dengan riasan wajahnya. Mami adalah sapaan yang kerap dilontarkan oleh orang-orang di sekelilingnya sekaligus para pegawai dan pelanggan yang sering datang ke tempatnya."Kamu bisa panggil saya Mami sama seperti Clara panggil Mami." Wanita dengan panggilan Mami tersebut mempersiapkan kedua wanita muda yang baru saja sampai di tempatnya itu untuk duduk di atas sofa yang telah disediakan."Iya, Mi.""Kamu sudah punya pengalaman?" Perempu
"Ra, gak salah ini?" Kiran berbisik pada telinga sahabatnya itu. Keempat orang dewasa itu kini telah berada di dalam sebuah mobil sport berwarna hitam yang dikendarai oleh pasangan Clara. Sementara pria yang akan menjadi pasangan Kiran berada di sisi kiri jok kemudi. Alunan musik member samai perjalanan mereka kali ini. "Salah apanya maksud kamu, Ran?" Clara menautkan alisnya karena pertanyaan yang diajukan oleh Kiran kepadanya."Masa iya lagi-lagi pria tua yang harus aku temani," protes Kiran karena apa yang dibawa oleh Clara tidak sesuai dengan yang ada di pikirannya juga dengan keinginannya.Keduanya masih pada posisi sama-sama saling berbisik namun tetap menjaga perasaan dua pria dewasa yang ada di depan mereka."Kamu itu, ya," celetuk Clara sedikit gemas dengan tingkah lawannya itu."Kerjaan seperti kita ini gak bisa seenaknya pilih-pilih sesuai keinginan kita. Kamu harus bisa menerima apa yang ada di depan kamu itu kalau kamu dapat job yang pastinya menghasilkan cuan. Justru me
"Kiran, ada yang nungguin kamu. Segera kamu berangkat ke tempat Mami." Sebuah nomer baru masuk pada aplikasi perpesanan pada layar ponsel milik Kiran. Ya, sudah satu hari gadis itu izin pada Mami Mawar melalui temannya dengan alasan istirahat.Kiran yang baru saja keluar dari kamar mandi kosnya. Sudah seharian kemarin ia beristirahat dan memanjakan diri di tempat spa membuat badannya kini kembali menjadi lebih bugar dan kulitnya pun nampak kembali bersinar.Benar memang, jika ada uang di tangan apapun bisa ia dapatkan, apa yang ia kehendaki bisa diwujudkan. Tidak sia-sia dirinya mengorbankan kuliahnya demi bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan mudahnya.Dengan rambut yang terlilit handuk berwarna putih yang bertengger di atas kepalanya. Kiran segera mendekati arah meja rias yang berada di sudut ruangan kamarnya.Kursi kecil yang berada di bawah meja ia tarik keluar dan kemudian ia menjatuhkan bokongnya di atas sana. Tangan kanannya meraih benda pipih itu dan kemudian ia mengecek
"Halo, Iya ... Ma ada apa?" Arif yang ketika itu sedang ada di luar rumah, lebih tepatnya, ia sedang berkumpul dengan kawan-kawannya di warung kopi kampung tetangga mendapatkan panggilan telepon dari Nurmala." ... " Suara Nurmala yang ada di seberang terdengar tidak jelas akibat tempat keberadaannya itu ramai orang-orang sedang bercanda gurau."Apa?" Suara Arif mendadak naik beberapa oktaf yang menyebabkan dirinya mendadak menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di warung tersebut. Melihat ekspresi dari orang-orang disekitarnya membuat uat Arif kemudian berpindah tempat. Ia mencari tempat yang agak jauh tentunya yang tidak ada suara bising sehingga ia bisa mendengar suara istrinya lebih jelas."Kamu tadi ngomong apa, Ma? Gak jelas soalnya di sini rame tempatnya." Arif meminta pada istrinya untuk mengulang kembali perkataannya yang belum jelas ia dengar.Dari ujung telepon Nurmala menghela napasnya. Rasa campur aduk sendang menguasai hati dan pikirannya antara rasa khawatir dtju
Jerit histeris terdengar keluar dari mulut Nurmala Kaka mendapati putra semata wayangnya itu tengah tersungkur di atas lantai dengan tangan yang terikat dan juga babak belur di beberapa bagian wajahnya.Kevin anak Nurmala itu sedang kedapatan oleh suami dari perempuan yang menjadi teman kencannya merupakan seorang security sebuah perusahaan yang mana ia pulang ke rumah yang di tempatinya dengan sang istri adalah satu Minggu sekali. Oleh karena itulah Kevin dan istri dari oknum tersebut mengambil kesempatan untuk memadu kasih. Bukan kali pertama mereka melakukan hal yang terlarang tersebut, hanya saja mungkin itu adalah hari dan waktu yang tepat untuk memberikan rasa jera bagi keduanya."Kevin ...!" Nurmala segera berlari menuju putranya yang sudah tidak berdaya itu. Sementara perempuan istri orang yang sudah ia kencani itu terduduk lemas di dekat kekasih gelapnya. Kedua pasangan tidak senonoh itu mendapatkan bogem mentah dari suami si perempuan yang ternyata bernama Sinta. Sementara D
Ting! Sebuah notifikasi pesan masuk pada ponsel milik Marwah. "Wah, kamu sudah dengar kabar belum?" Pesan yang dikirim oleh Rina itu langsung dibaca oleh Marwah."Kabar apa Mbak Rina?" Marwah mengirimkan balasan berupa pertanyaan pada Rina. "Memangnya kamu beneran belum tahu? Kabar tentang keluarga kakak iparmu." Lagi Rina segera mengirimkan pesan pada mantan tetangganya itu."Mbak Nur maksudnya Mbak Rina?""Iya, Nurmala siapa lagi memangnya kakak ipar kamu itu.""Apa si Reihan juga gak ngasih kabar? Mungkin dikirim ke ponsel si Farhan?"Pesan beruntun di kirim oleh Rina."Belum ada Mbak. Mas Farhan juga gak bilang apa-apa.""Itu si Kevin anaknya Nurmala sudah dinikahkan sama istri orang." Marwah menutup mulutnya membaca pesan yang baru saja ia terima itu. Tentu saja ia kaget dengan kabar yang baru saja disampaikan oleh Rina.Tuuttt.Pesan WhatsApp tiba-tiba berubah menjadi panggilan suara."Assalamualaikum Mbak Rina." Sapa Marwah mendahului."Waalaikumsalam iya, Wa." "Mbak bener
"Sinta, anakmu gak bisa diam apa? Rewel terus bikin pusing kepala!" sentak Nurmala kepada menantu barunya. Nurmala yang ketika ibu merekap barang dagangan yang harus diisi lagi ke dalam tokonya tidak bisa konsentrasi karena anak dari menantunya itu sedari pagi sudah rewel dan bikin ribut rumah tersebut.Sinta segera berlari dari arah dapur usai mencuci tangannya yang penuh dengan busa sabun. Sinta sedang mencuci baju semua penghuni rumah tersebut."Iya, Ma maaf." Sinta masuk ke dalam bilik kamarnya dan mendapati putra kecilnya itu terbangun usai dia berusaha menidurkan kembali agar dirinya bisa segera menyelesaikan pekerjaan rumah.Dua Minggu Sinta menjadi menantu di rumah mertuanya. Sinta merasa bagai seorang babu. Ia diperlakukan layaknya seorang pembantu baik dari mertua maupun iparnya. Hanya Kevin saja yang sesekali perhatian kepadanya. Selebihnya ia merasa bagai orang asing di rumah tersebut.Menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Andai dulu ia tetap teguh pada pendirian. Setia h
"Cepat bawa dia masuk!" titah Kiran pada kedua pria suruhannya itu. Mereka berhasil menyekap Alina dan membuatnya pingsan karena obat bius yang diberikan salah satu pria bertopeng hitam yabg tidak lain adalah orang suruhan Kiran yang telah dibayar.Alina sudah dimasukkan ke dalam mobil yang mereka tumpangi."Buruan kita bawa ke tempat Mami Mawar. Mami pasti senang banget dapat barang baru yang bagus."Sepanjang perjalanan Alina dibuat tidak sadarkan diri. Sehingga kondisi tersebut memudahkan Kiran untuk membawanya ke tempat lain.."Gimana Ran? Berhasil kamu?" Dering telepon masuk pada ponsel milik Kiran dan setelah diangkat oleh gadis itu ternyata panggilan masuk tersebut adalah dari kawan baiknya, Clara yang menanyakan bagaimana kabar dirinya tentan perencanaan yang sudah ia dan kawannya itu susun bersama. Tanpa terlibat langsung, Clara telah turut andil dalam percobaan penculikan Alina yang dilakukan oleh kawan baiknya itu."Beres, Ra. Ini sudah di jalan mau langsung ke tempatnya M
Atas saran dari ibunya, akhirnya Johan membawa keluar Kiran istri sirinya itu dari rumah keluarganya. Johan sengaja membawa Kiran pergi jauh dari tempat tinggal mereka dengan tujuan agar tidak ada orang yang mengenalinya.Johan membawa pergi Kiran dengan alasan untuk mengobati sakitnya. Johan sengaja membawa istri sirinya itu ke pelosok dan mengobatkannya di sana.Usai membawa istrinya itu ke rumah sakit. Johan buru-buru pergi meninggalkan Kiran di rumah sakit dan tidak ada keinginan untuk menjenguk bahkan untuk kembali membawa perempuan itu masuk lagi ke dalam rumahnya.."Ka, ada kabar baik buat kamu." Ibra bersama dengan pengacaranya menemui Azka yang berada di balik jeruji."Kabar baik apa, Mas?" tanya Azka antusias."Bukti rekaman CCTV dari rumah tetangga kamu itu mulai menemukan titik terang. Pihak polisi juga masih melakukan pendalaman tentang kasus mu ini. Semoga setelah ini titik terang itu segera terungkap dan kamu bisa segera bebas dari tempat ini.""Aamiin, semoga saja,
"Dari mana kamu, Mas?" Johan terlonjak karena istrinya yang tiba-tiba saja mengagetkannya."Kamu ngagetin suami saja. Aku habis dari rumah sakit ngantar Kiran." Johan melepas baju yang baru ia kenakan dan kemudian menggantinya baju bersih yang sudah di siapkan oleh Sintia.Tidak banyak bertanya. Sembari menunggu suaminya membersihkan diri, Sintia segera turun kelantai bawa untuk membantu menyiapkan makan malam untuk keluarganya."Sudah pulang Jo?" sapa Bu Sukma ketika melihat putranya yang berjalan ke arah meja makan."Iya, Ma.""Sudah beres?""Sudah," jawab singkat Johan atas pertanyaan dari ibunya itu.Sementara Sintia mengerutkan keningnya. Perempuan itu tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh suami dan ibu mertuanya.Sintia memilih diam tidak turut serta dalam perbincangan kedua orang yang ada di hadapannya itu.."Mas kamu kelihatan senang sekali seperti habis menang undian," celetuk Lita yang keheranan karena melihat suaminya tersebut tersenyum sendiri."Ini lebih dari m
Terdengar deru mesin mobil di depan rumahnya. Lita segera keluar. Setelah pintu rumah ia buka, nampak suaminya itu baru saja turun dari motor miliknya."Mas, itu ada mobil dealer kenapa berhenti di depan rumah kita?" tanya Lita yang masih penasaran. "Itu motor kamu, Vin?" sela Nurmala yang baru saja muncul dari balik pintu."Iya, Ma, ini motor baru Kevin."Lita berjalan mendekat ke arah motor yang baru saja di turunkan dari atas mobil dealer. "Mas, beneran ini mobil kamu?""Iya lah, masa iya cuma bohongan. Kamu juga lihat sendiri pegawai dealernya saja masih belum pulang," sewot Kevin pada istrinya karena sang istri yang tidak percaya dengan pencapaiannya itu."Aku seneng banget kalau ini beneran motor kamu, Mas.""Makanya jangan curigaan Mulu sama suami kamu."Usai serah terima telah selesai. Dua orang pria yang bertugas untuk mengantar motor baru milik Kevin, segera undur diri."Motor baru mbak Lita?" sapa salah satu tetangga yang baru saja lewat di depan rumah mereka."Iya, Bu. Su
"Yang, kamu lagi ngapain?" Azka baru saja masuk ke dalam kamarnya. Pria tersebut mendapati sang istri seperti orang yang sedang kebingungan. Sedang mencari sesuatu sepertinya."Mas, Mas lihat cincin aku, gak? Cincin kado dari Mas pas ulang tahunku yang kemarin."Azka berjalan semakin mendekat. "Memang kamu terakhir taruh di mana?""Terakhir aku taruh di laci meja rias, Mas." Marta masih berusaha mengingatnya lagi.Azka membantu istrinya untuk mencari cincin yang dimaksud.."Mas, kamu habis dapat rezeki nomplok?" Mata Lita nampak berbinar ketika Kevin menunjukkan apa yang ia bawa sepulang dari mengantarkan ibunya itu berobat."Mobil siapa itu, Mas?" tanya Lita melihat di depan rumah kontrakan mereka yang sempit bahkan teras pun lebarnya tidak lebih dari satu meter itu."Mobil punya, Mama. Aku kan pernah cerita kalau Mama dulu pernah punya harta yang dibawa kabur sama mantan suaminya. Tadi di jalan Mama ketemu sama dia setelah sekian lama. Aku beri pelajaran saja sama dia biar tahu ras
"Vin, tunggu, Vin. Lihat! Itu Papa kamu, Vin. Cepat kejar dia!" seru Nurmala yang yang tanpa terduga disengaja ia dipertemukan kembali pada mantan suaminya setelah bertahun-tahun. Arif---mantan suami Nurmala sengaja meninggalkannya gara-gara tergoda seorang janda yang merupakan tetangga mereka di rumah yang baru mereka beli dulu.Pagi setengah siang itu Nurmala meminta tolong pada putranya agar mengantarkannya untuk berobat ke puskesmas yang terdekat dengan tempat mereka.Mereka baru saja selesai dan berniat akan segera pulang ke rumah setelah terlebih dahulu membeli makan siang untuk mereka bawa pulang. Kebetulan warung makan yang mereka singgahi berada di depan pasar. Ketika itu juga mata Nurmala melihat suami dan istri barunya itu baru saja keluar dari toko perhiasan yang berseberangan dengan tempat mereka membeli makanan.Melihat mantan suaminya yang ternyata masih bisa hidup tenang bahkan kehidupan suaminya itu nampak jauh lebih baik dari pada kehidupannya, membuat Nurmala merada
"Ka, coba kamu periksa dulu kamar mereka," titah Marwah pada keponakannya.Marwah memiliki pikiran negatif terhadap keluarga dari suaminya itu. Ia memiliki pengalaman buruk sebelumnya atas ulah dari kakak iparnya itu."Jangan lancang kamu, Wah. Siapa kamu mau main bongkar-bongkar barang milik orang!" sungut Nurmala karena tidak terima Marwah memprovokasi keponakannya sendiri."Tapi Bude Marwah ada benarnya. Yang, kita cek dulu kamar mereka!" Azka kemudian mengajak sang istri serta istri dari pak RT untuk membantu mereka membereskan barang-barang milik keluarga Nurmala."Apa Mbak Nur lupa atau perlu aku ingatkan lagi? Mbak lupa dulu pernah bawa kabur uang orang yang harusnya menjadi haknya Reihan? Mbak diam-diam menjual rumah ibu yang sudah diberikan sama Reihan dan Mbak kabur begitu saja. Kalau keadaan Mbak menyedihkan seperti ini, bukan salah orang lain. Tapi iku karena balasan atas perbuatan Mbak di waktu lampau." Marwah mengungkit akan perbuatan kakak iparnya itu di depan umum.."
Usai percekcokan antara Azka dan keluarga dari Budenya itu. Akhirnya RT setempat dan dibantu beberapa warga yang lainnya memisahkan Azka dari amukan Kevin. Kevin tidak terima jika keluarganya dipaksa keluar dari rumah tersebut."Mas ada apa di rumah Azka kok sampai ada banyak orang?" Marwah datang beserta suami dan juga anak bungsunya.""Mas juga gak tahu.""Kita lihat saja ke dalam." Usai Zafran memarkirkan mobil miliknya. Anak bungsu dari pasangan Marwah dan juga Farhan itu segera keluar terlebih dahulu. Ia kemudian membukakan pintu untuk ayah dan juga bundanya."Bunda hati-hati." Zafran memegangi tangan ibunya."Ayo!" Farhan mensejajarkan diri dengan istrinya dan mereka pun bersama-sama mendekat ke arah pintu rumah Azka yang tidak lain adalah putra dari Reihan yang pernah dititipkan kepada mereka."Ada apa ini?" Setelah mengucap permisi pada beberapa orang yang bergerombol di rumah Azka. Farhan langsung saja berjalan mendahului Marwah dan juga putranya.Semua orang yang ada di tem
"Mas, kamu lagi cari-cari apa?" Marta yang baru saja masuk ke ruang kerja suaminya dan tiba-tiba melihat suaminya yang baru saja berangkat kerja tapi masih berada di rumah. Marta langsung menangkap raut gelisah suaminya langsung saja menghampiri dan menanyakan perihal yang membuat suaminya itu gelisah."Yang, kamu lihat amplop coklat yang ada di laci, Mas?" Marta mengerutkan dahinya."Amplop coklat?" Marta mengulang pertanyaannya dari suaminya. "Amplop coklat yang mana, Mas. Aku dari tadi pagi sibuk di belakang dan belum sempat masuk ke ruangan ini, Mas. Memang kapan Mas taruh uang itu di laci? Kalau boleh tahu memang apa isi amplop yang Mas cari itu?" Marta mendekat ke arah Azka dan berniat untuk membantu suaminya mencari barang yang dimaksud oleh suaminya itu."Itu uang untuk gaji karyawan, Yang. Uang itu Mas taruh di laci kemarin sepulang kerja.""Kok bisa sampai hilang sih, Mas? Apa Mas lupa menyimpannya? Selama ini kita gak pernah loh mengalami kejadian seperti ini di rumah kita
"Kiran ...! Cepat bersihkan rumput di belakang sana!" Wati asisten rumah tangga di rumah tersebut. Perempuan empat puluh tahun yang sudah bekerja dengan keluarga Johan selama kurang lebih lima belas tahun itu memerintahkan pada istri muda tuannya. Bukan tanpa alasan melainkan karena kesengajaan. Wati merasa sakit hati karena perlakuan Kiran yang sebelumnya. Sebelum ia jatuh sakit dan kondisinya sangat memperihatinkan seperti saat ini."Eh, ba_bu. Makanan apa yang kamu masak ini? Kamu sengaja mau mera_cuni aku?" Kiran yang masih baru di rumah tersebut masih belajar untuk beradaptasi namun ia juga seolah menjadi orang baru yang semena-mena terhadap orang yang lebih lama."Maaf nyonya kenapa dengan makanannya?" Wati lari tergopoh menghampiri Kiran yang sedang bersantai di tepi kolam dan menikmati makan siangnya sendiri karena ibu mertua dan juga suaminya kebetulan sedang ada acara bersama. Sebagai istri kedua dsn istri siri kedudukan Kiran belum bisa dibuplikasi dan oleh karena itu untuk